PB PBSI
Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira: Ambisi Semua Orang di Badminton Adalah Bisa Masuk ke Pelatnas
Atlet bulu tangkis ganda putra Indonesia, Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira, telah didegradasi dari pelatnas PBSI.
Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Sigit Nugroho
Wahyu kecewa degradasinya diberitahukan oleh pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, lewat WhatsApp pada 14 Desember 2020.
"Jujur, saya terima saat didegradasi. Saya ikhlas. Namun, caranya tidak manusiawi bagi saya," kata Wahyu.
"Masak sih tidak bisa secara langsung, apalagi saya kerja sama sudah cukup lama. Saya kecewa dengan cara penyampaiannya. Mengapa lewat telepon, kan bisa bertemu langsung. Sesibuk-sibuknya, sempatin waktu lima atau 10 menit saya pasti temui," tutur Wahyu.
Menurut Wahyu, dalam organisasi atau karier profesional sebagai atlet, proses penyampaian degradasi lebih etis disampaikan secara langsung kepadanya.
Wahyu pun menceritakan alasan dirinya terkena degradasi karena sudah terlalu lama (tua) di pelatnas.
Bahkan sebelum diberitahukan pun, atlet kelahiran tahun 1992 tersebut mengaku telah punya firasat bahwa dirinya tak akan memperkuat pelatnas lagi
Pasalnya, Wahyu sudah tidak punya pasangan dan masuk dalam kategori pemain senior.
"Saya bukan membela diri. Apalagi degradasi itu hak pelatih. Namun, saya kecewa dengan caranya," ucap Wahyu.
"Saya sempat tanyakan, apa saya saja yang didegradasi dan jawabannya iya. Setelah itu tak ada kabar lagi. Jadi sebelum ada promosi atau degradasi, pemanggilan atau tidak, saya sudah tahu duluan kalau saya terkena degradasi," papar Wahyu.
Didegradasi sejak 14 Desember, Wahyu pun mengemasi barang-barangnya dari pelatnas pada 31 Desember 2020.
Saat itu, ia pun berpamitan dengan teman-temannya.
"Tetapi saya belum pamitan secara resmi dengan pelatih ganda putra, karena saat itu tidak ada surat resmi kepada saya. Mungkin, ke klub saya kali ya (PB Tangkas). Sejak saat itu saya tidak pernah kessana lagi," jelas Wahyu.
Meski kecewa didegradasi secara tak manusiawi, Wahyu mengatakan dirinya tak ada rasa sakit Hati kepada Herry maupun PBSI.
Ia justru berterima kasih kepada PBSI dan pelatih yang telah menjadikan dirinya seperti atlet saat ini.
"Hanya kecewa di pemutusan itu saja, masa lewat telpon, padahal bisa secara langsung, ngobrol. Apalagi, saya sejak 2012 lalu telah kerja sama dan coach Herry sudah saya anggap sebagai orang tua yang banyak mendidik saya. Saya ikhlas. Hanya caranya, yang membuat saya kecewa," tutupnya.