Viral Medsos

Viral Pencemaran Nama Baik Sulinggih Ida Mas Dalem Segara Soal Beli Dulang, Berikut ini Profilnya

Viral media sosial di Bali terkait pencemaran nama baik seorang Sulinggih bernama Ida Mas Dalem Segara. 

Tribun Bali/Agus Aryanta
Ida Mas Dalem Segara di kediamannya Griya Mas Dalem Segara, Jalan Cangkupan, Desa Sading, Badung, Bali, Minggu 7 Maret 2021 siang. 

WARTAKOTALIVE.COM, BALIViral media sosial di Bali terkait pencemaran nama baik seorang Sulinggih bernama Ida Mas Dalem Segara. 

Mungkin tidak banyak yang tahu soal Ida Mas Dalem Segara.

Di artikel ini akan dibahas profil Ida Mas Dalem Segara.

Viral percakapan sulinggih muda dengan seorang wanita yang mengajak ketemuan di hotel.

Screenshot percakapan di WhatsApp ini kemudian dibagikan ke sejumlah grup diskusi Facebook dan akun instagram.

Ida Mas Dalem Segara melaporkan sejumlah akun media sosial ke Polda Bali.

Baca juga: Viral Kecelakaan Beruntun di Cilandak, BMW Adu Banteng dengan Honda Jazz

Akun media sosial yang dilaporkan itu dianggap telah mencemarkan nama baiknya.

Ida Mas Dalem Segara menyebut akun-akun media sosial tersebut telah menyebarluaskan informasi yang belum tentu kebenarannya.

Tribun Bali pun mengkonfirmasi terkait hal ini kepada Ida Mas Dalem Segara di kediamannya Griya Mas Dalem Segara, Jalan Cangkupan, Desa Sading, Badung, Bali, Minggu 7 Maret 2021 siang.

"Tyang (saya) tidak tahu masalah itu. Baru buka handphone sudah ramai sekali," ujarnya saat ditemui di Griyanya.

Ida Mas Dalem Segara mengaku bakal menyerahkan semuanya pada proses hukum yang berlaku.

Pelaporan itu, kata dia, berdasarkan keinginan dari beberapa umatnya yang memandang apa yang terjadi di media sosial sudah menjatuhkan nama baiknya.

Baca juga: Ombudsman Banten Soroti Video Viral Konvoi Puluhan Pemuda Bersenjata Tajam yang Memblokade Jalan

"Pelaporan itu pun atas dasar dari umat tityang. Padahal tiyang tahu sebagai sulinggih tidak boleh ikut campur terkait dengan masalah tersebut, selebihnya sampai ke Polda," ucapnya.

Ia berharap pihak kepolisian bisa menyelesaikan masalah tersebut. Termasuk mencari akun-akun yang sudah mencemarkan nama baiknya.

"Parisada sempat mengkonfirmasi masalah yang viral nika. Hanya saja titi yang ten uning napi-napi (tidak tahu apa-apa," jelasnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, bahwa proses hukum telah berjalan. Sehingga dirinya menyerahkan semuanya pada pihak yang berwajib terutama Polda Bali.

"Sepenuhnya tiyang serahkan ke polda Bali terkait kasus niki," ujar sulinggih yang berusia 24 tahun ini.

Beredar Chat Beli Dulang

Di media sosial viral screen shoot chat yang pada intinya berisi pesan minta tolong diantar membeli dulang.

Bahkan, meme atau gambar dulang yang biasanya dipakai sebagai wadah gebogan di Bali ramai berseliweran di media sosial.

Terlepas dari benar atau tidaknya chat yang beredar tersebut, Ida Mas Dalem Segara sangat menyayangkan hal tersebut.

"Semuanya tityang serahkan ke Polda Bali saja. Dalam laporan UU ITE dan Pencemaran nama baik," ujarnya saat ditemui di Griya Mas Dalem Segara yang berlokasi di Jalan Cangkupan, Desa Sading Badung pada Minggu 7 Maret 2021.

Pihaknya tidak mau berkomentar banyak prihal chat yang viral tersebut.

Bahkan dirinya mengaku dan tidak kenal dengan semua yang telah menyebar semua itu.

"Masalahnya tityang tidak mengerti napi-napi. Soalnya saya baru melaksanakan upacara metatah gratis dan mewinten gratis, sekarang ada kasus ini," ucapnya.

Dirinya menjelaskan benar atau tidaknya masalah tersebut, semua adalah kehendak Tuhan.

Ida Mas Dalem Segara juga merasa difitnah atas kejadian tersebut.

"Tityang hidup hanya untuk umat, jika memang umat yang mengkehendaki silakan. Tityang akan berserah, masalahnya tityang tidak tahu apa-apa," jelasnya.

"Masalah nika, tityang semua serahkan ke Polda Bali. Meski sebenarnya tityang tidak mau masalah itu akan berlarut-larut," tandasnya. (*)

Profil Ida Mas Dalem Segara 

profil Ida Mas Dalem Segara
profil Ida Mas Dalem Segara (Nusabali.com)

Ida Mas Dalem Segara, seorang Sulinggih muda berperawakan gagah. Tak seperti Sulinggih pada umumnya, Ida Mas Dalem Segara membiarkan rambut hitam bergelombangnya terurai.

Usai melayani para pemedek yang malukat, Sulinggih berusia 26 tahun ini pamit mohon izin untuk berganti pakaian. Beberapa saat kemudian, pria tamatan SMA ini sudah terlihat dengan santai duduk di atas sebuah Bale Pangiring yang terletak di pelataran griyanya.

“Ampura nggih, saya lebih suka berpenampilan begini jika di rumah. Apa adanya, yang terpenting bukan apa yang saya kenakan. Tapi, seperti apa jiwa dan karma yang saya lakukan,” ujar Sulinggih asal Peguyangan, Buleleng dikutip dari Bali Express.

Sulinggih adalah orang yang telah mendapatkan penyucian melalui upacara yang disebut madiksa.

Seorang walaka yang telah didiksa mendapatkan kedudukan sebagai sulinggih atau sadhaka.

Sulinggih berasal dari kata Su artinya utama/mulia, linggih berarti kedudukan. Sulinggih artinya mendapat kedudukan yang utama/mulia di masyarakat.

Mendapatkan kedudukan tinggi karena beliau telah mencapai kesucian lahir batin dalam tingkatan dwijati.

Dwijati artinya lahir dua kali. Lahir pertama adalah dari rahim ibu. Lahir kedua adalah lahir dari weda. Lahir kedua, sebagai manusia suci tanpa cacat/cela.

Melihat penampilannya, Sulinggih ini mirip idola kids zaman now, bila melihat model rambutnya, pakaiannya yang modis, ditopang posturnya yang semampai plus wajahnya yang rupawan.

Pria yang sejak kecil menetap di Denpasar ini,  mengaku cukup berat menjalankan takdirnya menjadi seorang Sulinggih.

Bahkan, tak pernah menyangka perjalanan hidupnya akan sejauh ini.

“Dari kecil saya memang dekat dengan hal - hal spiritual. Beliau benar – benar menuntun saya lewat berbagai cobaan dalam hidup,” ungkapnya.

Ida Mas Dalem Segara bercerita, sejak kecil tak pernah merasakan kasih sayang ayahnya sebagai orang tua. Ia tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya.

“Bisa dibilang saya seorang yatim. Tidak memiliki ayah, saya sepenuhnya bergantung pada ibu. Ibu merawat saya dari kecil hingga tamat SMA,” paparnya.

Ketika SMA, Ida Mas Dalem Segara memutuskan untuk memulai membangun usaha di bidang pakaian.

Di luar perkiraan, usaha yang dirintisnya ternyata tumbuh dengan pesat. Ia mulai menerima banyak orderan, sehingga terus melebarkan sayap bisnisnya hingga memiliki toko dan cabang di sejumlah daerah.

Merasa ada di atas angin, ia terus mengembangkan usahanya hingga benar – benar maju.

“Suatu malam ada  sosok gaib yang datang menyampaikan bagaimana seharusnya jalan saya kedepan. Awalnya saya belum bisa menerima untuk menjadi seorang Sulinggih. Sebab, bisnis saya sedang maju. Jika saya  menerima,  artinya saya harus siap melepaskan usaha dan segala bentuk keduniawian lainnya,"  akunya.

Namun bayangan agar menjadi seorang  Sulinggih, terus berkecamuk di benaknya.

Setahun sebelum ia bersedia melaksanakan proses madwijati, Ida Mas Dalem Segara bermimpi masuk ke sebuah dimensi ruang, di mana ia melihat masa depan.

“Saya melihat sekelebat kejadian yang berganti ganti, saya juga melihat diri saya ketika di umur lanjut usia, tengah berdiri di utara rumah dengan pakaian serba putih. Dan anehnya, setelah mimpi tersebut, orang – orang mulai datang silih berganti, nunas ini dan itu. Minta petunjuk dan tuntunan dalam setiap persoalan hidup mereka," bebernya.

Lantas, ia berbagi cerita dengan Ida Nabe Giri Natha dari  Griya Gede Penida Bangli. "Berkat tuntunan beliau lah saya akhirnya mantap menerima jalan ini,” ujarnya.  

Dengan segala bentuk pertimbangan, keyakinan dan cobaan yang terus menerus datang, akhirnya Ida Mas Dalem Segara menerima takdirnya sebagai seorang Sulinggih.

“Ada satu titik balik kenapa saya menerima ini sebagai jalan hidup saya. Ketika saya harus kehilangan segalanya, segala hal yang menurut saya sangat penting dalam hidup saya waktu itu. Kira – kira hampir setahun saya harus terpuruk, dan bertingkah seperti orang gila. Tapi perlahan saya bisa bangkit dan pasrah,” paparnya.

Titik balik yang dimaksud adalah ketika ia harus kehilangan beberapa orang yang dikasihinya.

“Saya sudah ngiring dari cenik, ketika kecil saya harus menerima kehilangan ayah sebagai tulang punggung. Setelah ayah tiada, otomatis ibu menggantikannya menjadi tulang punggung keluarga. Jadi, saya secara tidak langsung juga kehilangan kasih sayang ibu. Beranjak remaja, rasa kesepian yang dalam itu mulai terobati. Saya punya pacar ketika itu, sangat dalam rasa cinta saya. Tapi sayangnya memang tidak jodoh, nah dari situ lah saya merasa tidak punya harapan, dan merasa sangat hancur,” tuturnya.

Berbagai cara ia lakukan untuk mengobati rasa sakit dan kesepian. Pergi ke berbagai tempat untuk membersihkan diri dan berguru, namun tak juga hilang sepenuhnya berbagai masalah.

“Sampai satu titik akhirnya saya menemukan sebuah jawaban. Yah ini, memang harus begini yang saya jalani.  Setelah bulat dengan keputusan saya, akhirnya saya menjalani setiap prosesnya. Saya akui sangat berat,” ungkapnya.

Menurutnya, pertimbangan terberat yang harus ia pikirkan sebelum melaksanakan proses Dwijati adalah anak dan istrinya.

“Saya memiliki istri jauh sebelum proses madiksa dilakukan. Anak saya lahir pun, jauh sebelum saya melewati proses Dwijati," terangnya.

Dikatakan berat, lanjutnya, karena ia punya tanggung jawab terhadap keberlangsungan kebutuhan istri, anak, dan keluarga.

"Ketika kita bersedia menjadi suci, artinya harus benar – benar melepas keduniawian. Kita harus benar – benar beryadnya kepada masyarakat," ujarnya.

Dikatakannya, semua keraguan itu terjawab. "Ada saja rezeki, bahkan saya mampu ngayahin para pamedek dengan cara membuat upacara ngaben massal, mapandes massal gratis untuk masyarakat,” ungkapnya.

Dengan senyum teduh khas anak muda, Ida Mas Dalem Segara memang sudah mantap menjalankan tugasnya sebagai orang yang disucikan.

“Saya memang masih muda. Namun saya percaya Tuhan tidak sembarangan memberikan jalan. Walaupun ada saja yang mencemooh, ada saja yang tidak setuju. Jika memang ini jalan saya, harus saya jalani. Saya sendiri pun tak kuasa menolaknya,” ujarnya.

Meski menuai banyak pro dan kontra, ia tetap yakin dan memegang teguh prinsip dalam menjalankan yadnya. 

Putra sulung dari dua bersaudara ini,  sebelum  memutuskan untuk madwijati ia sempat menjadi seorang pengusadha, membantu orang – orang di sekitarnya.

Sulinggih murah senyum ini, dikenal sangat murah hati. Tak jarang ia tak menerima sasari dari upacara yang dipuputnya.

Sebelum menjadi Sulinggih, Ida Mas Dalem Segara juga sempat didiksa menjadi Ida Bhawati.

Dengan menjalankan proses panjang, akhirnya ia melaksanakan proses madwijati yang dilaksanakan oleh Ida Nabe Giri Natha dari Griya Gede Penida Bangli, Ida Nabe dari Griya Medahan Gianyar, Ida Nabe Ratu Bagus dari Griya Muncan Karangasem, dan Ida Nabe Rsi Lokanantha dari Griya Agung Denpasar.

Namun, hingga kini Ida Mas Dalem Segara belum menggunakan Bhawa, karena Ida mapulang lingga pada saat sasih kapat di bulan september 2017 di Griya Gede Penida Bangli.

Jadi, saat ini statusnya masih Malingga Bhawati sampai pada saat waktu yang ditentukan karena mengikuti struktur dari trah Pasek.

Makanya, namanya masih Ida Mas Dalem Segara, di mana seharusnya ada nama Bhagawannya.

"Semua itu karena dalam struktur trah pasek, ikut trah dari nabe.Setelah jangka waktu yang ditentukan, baru bisa menggunakan Bhawa dan menyandang gelar Bhagawad," bebernya.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved