Hari Perempuan
MEMILIH untuk Melawan, Tema Peringatan Hari Perempuan Internasional Senin 8 Maret 2021
Setiap 8 Maret Hari Perempuan Internasional diperingati di seluruh dunia untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.
Penindasan dan ketimpangan yang mereka alami, memacu perempuan untuk lebih vokal dan aktif mengampanyekan perubahan.
Hari Perempuan Internasional pertama diusulkan Pada tahun 1908, 15.000 wanita berunjuk rasa di New York City, Amerika Serikat, menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak mengikuti pemilu.
Lalu, sesuai dengan deklarasi Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional (NWD) pertama diperingati di seluruh Amerika Serikat pada 28 Februari 1909.
Perempuan di Amerika Serikat terus merayakan NWD pada Minggu terakhir Februari, hingga tahun 1913.
Baca juga: VIDEO: Dialog Caleg Perempuan Jelang Hari Perempuan Internasional Bahas RUU PKS hingga Disabilitas
Pada 1910, Konferensi Buruh Wanita Internasional jilid dua diadakan di Kopenhagen, Denmark.
Seorang perempuan bernama Clara Zetkin, pemimpin 'Kantor Perempuan' untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman, mengajukan gagasan tentang Hari Perempuan Internasional.
Dia mengusulkan bahwa setiap tahun di setiap negara harus ada perayaan pada hari yang sama untuk menyuarakan tuntutan kolektif perempuan.
Konferensi yang dihadriri lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, mewakili serikat pekerja, dan partai sosialis itu menyambut saran Zetkin dengan persetujuan bulat, dan dengan demikian Hari Perempuan Internasional disetujui.
Baca juga: Seminar Hari Perempuan di DPR, Bamsoet Puji Presiden Jokowi dan SBY
Perayaan pertama Hari Perempuan Internasional
Menyusul keputusan yang disepakati di Kopenhagen, Denmark pada tahun 1910, Hari Perempuan Internasional dirayakan untuk pertama kalinya di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss, pada 19 Maret 1911.
Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki menghadiri demonstrasi perdana IWD yang mengampanyekan hak perempuan untuk bekerja, mengikuti pemilu, mendapat pelatihan, memegang jabatan publik dan mengakhiri diskriminasi.
Akan tetapi, pada 25 Maret 1911, 'Kebakaran Segitiga' yang tragis di New York City merenggut nyawa lebih dari 140 wanita pekerja, kebanyakan dari mereka adalah imigran Italia dan Yahudi.
Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Ibas Harap Perempuan Indonesia Memiliki Pendidikan Tinggi
Insiden memilukan tersebut menarik perhatian yang signifikan terhadap kondisi kerja dan undang-undang ketenagakerjaan di Amerika Serikat, yang kemudian menjadi fokus acara Hari Perempuan Internasional pada tahun berikutnya.
Hari Perempuan Internasional sekarang
Di masa sekarang, gagasan dan konsep tentang kesetaraan gender kini bukan hal yang tabu lagi untuk dibicarakan.