Persita Tangerang
Kisah Haru Bek Kanan Persita Tangerang Muhammad Toha yang Sering Menangis di Musala
Tak seorang pun bisa mengetahui jalan hidupnya masing-masing. Namun, dengan niat tulus dan kebaikan, usaha apa pun niscaya akan berbuah manis.
Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Tak seorang pun bisa mengetahui jalan hidupnya masing-masing. Namun, dengan niat tulus dan kebaikan, usaha apa pun niscaya akan berbuah manis.
Kisah perjuangan Muhammad Toha menjadi seorang pesepak bola tidaklah mudah.
Bek kanan Persita Tangerang ini tak seberuntung orang lain di masa kecilnya.
Pemain bernomor punggung 11 ini lahir di Bontang, Kalimantan Timur. Namun, kedua orang tuanya memutuskan membawa dirinya ke Jawa, mengikuti sang ayah.
Hanya saja, beberapa tahun di Jawa, Orang tuanya memutuskan berpisah.
Toha saat itu masih kecil pun dijemput oleh sosok pamannya, yang datang dari Kalimantan dan membawanya ke Bontang.
Sebagai seorang anak, dirinya pun kehilangan rasa kasih sayang dari orang tua, bahkan hingga beranjak remaja, dirinya bahkan tidak mengetahui dimana keberadaan kedua orang tuanya.
Baca juga: Pendekar Cisadane Berkumpul Awal Bulan Maret, Bek Kanan Persita Muhammad Toha Genjot Latihan Fisik
Baca juga: Bek Persita Tangerang Muhammad Toha Genjot Latihan Fisik Jelang Timnya Berkumpul Awal Bulan Maret
Baca juga: Jelang Piala Menpora 2021, Bek Kanan Persita Muhammad Toha Ajak Fans Menjaga Kepercayaan Kepolisian
Baca juga: Kompetisi dan Turnamen Pramusim Baru Wacana, Bek Kanan Persita Muhammad Toha Sudah Tiba di Tangerang
"Sedih kalau dikisahkan semuanya. Saya akhirnya jadi anak angkat. Tapi saya bersyukur punya paman yang baik. Di rumah itu kami bertiga. Saya, paman saya dan satu anak angkat lagi yang saya panggil kakak," kenangnya kepada Warta Kota, pekan lalu.
Hanya saja, hobi Toha yang bermain bola kerap menjadi bahan bullying para tetangga, termasuk dari saudari angkatnya.
Kerap dirinya di cap sebagai anak nakal karena sering bermain bola.
Toha masih mengingat betul masa-masa dirinya telah bersekolah di SMK, dan ujaran yang merendahkan, bahkan hinaan masih kerap ia terima.
"Pernah kejadian waktu kelas 1 SMK, sepulang latihan, saya melihat pakaian saya semuanya tergeletak di jalanan. Saya kira ada apa, ternyata itu ulah dari kakak. Saya memunguti baju-baju saya sembari menangis. Dalam hati saya tekadkan untuk menjadi sukses lewat sepak bola," terangnya.
Ada pula kisah pilu lainnya yang membuatnya ingin keluar dari rumah tersebut.
Untuk menenangkan diri, Toha sering pergi ke musala. Di musala lah dirinya sering menangis dan berdoa.
"Hampir tiap hari saya menangis di Musala ya. Tertidur di Mushala saat siang-siang. Akhirnya, saya masuk Diklat Mandau tahun 2015-an, dan mendapat mes pemain. Saat itulah saya keluar dari rumah, dan tinggal di mes," tuturnya.