Berita Jakarta

Rektor Institut STIAMI Nyatakan Pertumbuhan Ekonomi di Pandemi Covid-19 Bergantung pada Pemerintah

Rektor Institut STIAMI nyatakan pertumbuhan ekonomi di P=pandemi Covid-19 bergantung pada pemerintah.

Penulis: Dodi Hasanuddin | Editor: Dodi Hasanuddin
Wartakotalive.com/Dodi Hasanuddin
Rektor Institut STIAMI nyatakan pertumbuhan ekonomi di P=pandemi Covid-19 bergantung pada pemerintah. 

Suatu negara dikatakan mengalami depresi ekonomi jika pertumbuhan ekonominya kontraksi dalam jangka panjang atau lebih dari satu tahun.

Dan, Indonesia dalam bayang-bayang “mencekamkan” jika tidak ada strategi jitu mengatasi resesi ekonomi.

Staf Ahli Kementerian Keuangan,Yustinus Prastowo mengungkapkan, pada kuartal terakhir tahun 2020, pertumbuhan ekonomi nasional minus 2,1 persen.

Ditambah lagi angka kasus Covid-19 di tanah air yang terus meningkat, membuat sektor ekonomi semakin terpukul.

Resesi ekonomi sendiri dalam pandangannya adalah tahap alami dari siklus hidup ekonomi.

Saat di 3Second Depok Aktor Tora Sudiro Sebut Gara-gara Tato Punya Gaya Berpakaian Tersendiri

Resesi ekonomi memiliki efek domino pada perekonomian suatu negara. Pertama, aktivitas ekonomi tidak akan semasif seperti kondisi non-resesi.

Jika aktivitas ekonomi berkurang, maka umumnya permintaan terhadap barang dan jasa juga akan ikut melambat.

Kedua, perusahaan akan berupaya melakukan efisiensi operasional semisal dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ketiga, gelombang PHK akibat rentetan peristiwa tersebut menambah jumlah pengangguran.

Fadli Zon Geram Diisukan Didepak dari Posisi Waketum Gerindra, Denny Siregar Sarankan ke PKS

Kempat, ketika pendapatan masyarakat berkurang, aktivitas konsumsi juga ikut terkikis atau berkurang. Kelima, saat sumber pendapatan telah berkurang atau habis terdapat tambahan jumlah penduduk miskin semakin besar.

Yustinus menyadari, kesiapan pemerintah dalam menyusun langkah pemulihan untuk menghadapi ancaman resesi ekonomi menjadi sangat krusial.

Terutama terkait kebijakan fiscal sebagai tulang punggung pemulihan ekonomi nasional.

“Pemerintah terus melakukan ikhtiar dengan kebijakan-kebijakan ekstra ordinary. Misalnya mengubah postur APBN yang dilakukan secara terbuka. Dalam perubahan postur APBN ini pemerintah merevisi target pendapatan dan memperhitungkan potensi defisit anggaran. Upaya-upaya ekstra ordinary terus kita lakukan guna menghindari fase depresi ekonomi,” katanya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved