Legenda Basket Indonesia

Cokorda Tata Tinggalkan Basket Demi Gelar Doktor Yang Diraihnya Dari Sydney University

Cokorda bersaudara mengawali karier bola basket profesional mereka di Aspac. Wiwin bergabung tahun 1995, Tata tahun 1996 dan Anom tahun 1997

Instagram/@cokordatata
Cokorda Rai Adi Pramartha bersama keluarganya 

Tata terus berusaha mencari beasiswa studi Doktoral. Sebagai dosen dia harus terus mengejar pendidikan tertinggi.

"Saya mengambil program Doktor karena merupakan jenjang tertinggi dalam dunia pendidikan dan karier saya. Sama halnya saat bermain bola basket, maka tujuan tertinggi kita adalah sampai mewakili Indonesia,” tutur Tata yang sempat masuk dalam tim nasional junior Indonesia tahun 1996.

Tata berhasil diterima di salah satu perguruan tinggi di Australia, Sydney University untuk menempuh program Doktor Teknologi Informasi. Awal tahun 2014 dia berangkat ke Australia.  

“Beruntung  pada 2013 Kementerian Keuangan RI meluncurkan beasiswa perdana mereka, yaitu beasiswa LPDP yang sangat mementingkan kualitas kuliah dibanding biaya yang harus dikeluarkan. Beasiswa itu memberangkatkan saya ke Australia," kata Tata.

Dia meraih gelar PhD atau Doktor pada tahun 2018, kini Tata menjabat sebagai Asisten Profesor pada Departemen Ilmu Komputer Universitas Udayana Bali.

Dia mengakui, bekal dari bola basket membantunya  dalam pencapaian prestasi di luar lapangan.

“Spirit berjuang di lapangan basket terbawa dalam kehidupan. Di basket hari ini kita kalah, besok harus kembali siap bertempur 100 persen untuk menang. Itu terbawa dalam perjalanan hidup saya,” akunya.

“Contohnya, saat mengambil program PhD di Australia, satu hari saya sempat gagal, tetapi esoknya sudah semangat lagi. Supervisor saya sampai salut, sebab jarang punya mahasiswa S3 yang pantang menyerah,” ceritanya.

Berkarya di dunia pendidikan, Tata tak sepenuhnya meninggalkan bola basket. Dia adalah pembina Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Basket Universitas Udayana. 

Tak ingin jadi pelatih?

“Waktunya tidak memungkinkan. Paling saya hanya jadi pelatih buat anak sendiri. Putra sulung saya sekarang berusia 12 tahun, tinggi sudah  169 cm,” ujar Tata yang dikaruniai tiga orang putra dari pernikahannya dengan Madek Jeani Purnama. 

Tata mengakui skill pebasket Indonesia saat ini jauh lebih baik dibanding pada jamannya.

“Hal ini karena akses informasi yang lebih terbuka seperti lewat you tube. Pemahaman pelatih-pelatih muda juga lebih baik, serta banyak juga pelatih yang memberikan privat sehingga kemampuan basket anak-anak sekarang lebih cepat meningkat,” ungkapnya.

Apalagi skill pemain sekarang juga tidak dibatasi oleh struktur dan postur tubuh.

“Jaman saya main, pemain berpostur tinggi pasti dipasang sebagai power forward atau center,” pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved