Banjir Bandang

Badan Informasi Geospasial Ungkap Penyebab Banjir Bandang Gunung Mas Puncak Bogor

Badan Informasi Geospasial ungkap penyebab banjir bandang Gunung Mas Puncak Bogor.

Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dodi Hasanuddin
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Badan Informasi Geospasial ungkap penyebab banjir bandang Gunung Mas Puncak Bogor.hingga menggenangi rumah-rumah warga. 

WARTAKOTALIVE.COM, CIBINONG - Badan Informasi Geospasial ungkap penyebab banjir bandang Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor.

Banjir bandang yang melanda kawasan Gunung Mas, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor pada Selasa (20/1/2021) lalu mengejutkan banyak orang.

Pasalnya, banjir bandang itu terjadi di hulu DAS Ciliwung dan baru pertama kali terjadi.

Badan Informasi Geospasial (BIG) telah melakukan kajian singkat atas musibah bencana alam ini.

Koordinator Informasi Geospasial Tematik Bidang Kebencanaan BIG, Ferrari Pinem, mengatakan, ada berbagai faktor yang menjadi penyebab bencana ini. 

“Selain curah hujan yang tinggi, pola aliran air di kawasan ini juga mencerminkan adanya erosivitas yang tinggi,” kata Pinem, dalam keterangan tertulis, Jumat (29/1/2021).

Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klomatologi dan Geofisika (BMKG), saat terjadi bencana, curah hujan di kawasan Gunung Mas cukup tinggi yaitu berada di kisaran 50-100 mm/hari dan masuk dalam kategori lebat.

Lokasi perbukitan di atas Kampung Gunung Mas juga merupakan wilayah tangkapan hujan dengan bentuk

morfologi seperti cekungan mangkok dimana curah hujan yang tertangkap diatasnya akan dialirkan pada

 satu titik (outlet) dan aliran ini keluar melewati Kampung Gunung Mas

“Secara morfometri terdapat pola aliran dendritik dengan kerapatan sedang. Pola aliran ini mencerminkan adanya proses erosivitas pada permukaan lahannya,” ujarnya.

Meskipun dari sudut kelerengankampung Gunung Mas berada pada lokasi yang bergelombang (tidak terjal), namun wilayah di atasnya yang merupakan sumber material dan air yang mengalir ke bawah berada pada kelerengan terjal hingga sangat terjal ( >45% hingga >60% ).

“Dengan gaya gravitasi, kelerengan ini memiliki potensi yang cukup kuat untuk membawa sumber material jatuh ke bawah dan mengakibatkan daya rusak yang besar saat terjadi banjir,” jelas Pinem.

Selain dari pola aliran dan kemiringan lereng, faktor morfometri DAS lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian banjir bandang di Gunung Mas adalah bentuk Sub DAS Cisampay, yaitu radial (bulat). 

Baca juga: Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto Dorong Pemkab Bogor Buka Bank Plasma Konvalesen

Karakteristik DAS yang berbentuk bulat mengakibatkan waktu konsentrasi air permukaan menuju ke satu titik hampir bersamaan. 

Artinya bila hujan merata di seluruh sub DAS maka air hujan yang menjadi aliran permukaan tersebut akan bertemu di satu titik pertemuan aliran dalam waktu relatif bersamaan. 

Oleh sebab itu lokasi yang ada di bawah pertemuan sungai sangat rentan terjadi banjir.

Berdasarkan peta sistem lahan yang dibuat oleh Badan Informasi Geospasial, lanjut Pinem, wilayah tersebut merupakan sistem lahan pegunungan stratovulkanik berbatuan intermediet/basa yang tertoreh kuat. 

“Morfologi permukaan wilayah tersebut berupa sisa aktivitas gunung api tua yang sudah terkikis. Pola dinding melingkar dan terbuka ke arah barat laut mengindikasikan bentukan kawah tua dari sebuah aktivitas erupsi gunung api di masa lampau,” imbuhnya.

Material berupa kayu dan pohon terbawa saat banjir bandang di Gunung Mas Puncak, Bogor.
Material berupa kayu dan pohon terbawa saat banjir bandang di Gunung Mas Puncak, Bogor. (Warta Kota/Hironimus Rama)

Tubuh gunung api strato terbentuk dari lapisan-lapisan endapan material dari aktivitas gunung api seperti endapan lahar dan lava.

Pada saat kejadian banjir bandang, material ini terbawa bersamaan dengan tumbuhan dan tanaman yang ada didaerah lereng atas. 

Ini masih dapat dilihat dari sisa- sisa material yang ditemukan di wilayah terdampak.

Ada kemungkinan terjadi longsoran-longsoran alami yang membawa material endapan dan tanaman pada wilayah hulu akibat intensitas hujan yang tinggi dan dalam waktu durasi yang lama, sehingga terjadi akumulasi material. 

“Material ini tersumbat pada titik-titik tertentu dan ketika sudah tidak mampu lagi menampung beban material yang berat akhirnya jebol dan menerjang daerah dibawahnya,” ungkapnya.

Bila dilihat dari peta penggunaan lahan yang ada, daerah hulu ditutupin oleh tutupan lahan berupa hutan lahan kering dan hutan tanaman. 

“Secara alami, tanaman ini cukup mampu untuk menampung air hujan yang jatuh diatasnya dan mampu menghindari tingkat erosi,” lanjutnya.

Baca juga: Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto Imbau Bintang Sinetron Ikatan Cinta Larang Fans Berkerumun

Selain itu, kesesuaian potensi multirawan bencana geologi terhadap pola ruang yang disusun juga sangat tinggi.

Artinya saat ini peruntukan lahan yang ada pada pola ruang yang disusun sesuai dalam mengatisipasi ancaman bencana. 

Pinem menambahkan bahwa dari peta multirawan bencana geologi, setidaknya ada 3 jenis bencana geologi yang perlu diantisipasi di daerah ini yaitu rawan bencana akan gunung api, gempa bumi dan gerakan tanah. 

“Dari ketiga jenis ancaman ini yang perlu diantisipasi adalah potensi gerakan tanah dimana masuk dalam zona menengah hingga tinggi,” ungkapnya.

Dengan berbagai temuan ini, BIG menyimpulkan bahwa wilayah terdampak memiliki peruntukan permukiman yang rendah. Wilayah permukiman yang berdiri saat ini memiliki potensi ancaman dari satu atau lebih bencana geologi sehingga sangat beresiko. 

Oleh sebab itu, perlu penataan kembali terhadap wilayah-wilayah permukiman yang ada di Gunung Mas dengan melakukan proses relokasi.

“Kampung Gunung Mas perlu segera direcovery dan diperkuat aspek mitigasi terutama dalam penyediaan sistem early warning banjir bandang dan longsor mengingat wilayah tersebut berpotensi kembali untuk terjadi banjir bandang dikemudian hari,” pungkas Pinem.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved