Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Kebanyakan Jenazah Korban Kecelakaan Sriwijaya Air Ditemukan Tidak Utuh, Begini Cara Identifikasinya

Beberapa jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air ditemukan tidak utuh, Jumat (15/1/2021).

Penulis: Desy Selviany | Editor: PanjiBaskhara
Warta Kota/Junianto Hamonangan
Ada beberapa jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air ditemukan tak utuh. Foto: Petugas mengumpulkan kantong jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara Selasa (12/1/2021) 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ada beberapa jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air ditemukan tak utuh.

Maka dari itu proses identifikasi jenazah korban Sriwijaya Air tidak utuh dilakukan dengan cara pencocokan DNA.

Saat ini, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menerima 155 kantong jenazah korban kecelakaan Sriwijaya Air.

Hal itu, diungkap Karopenmas Divhumas Polri, Brigjen Rusdi Hartono, pada Jumat (15/1/2021) di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Baca juga: Direktur Operasi Basarnas Sebut Ada 310 Penyelam Dikerahkan Bantu Operasi SAR Pesawat Sriwijaya Air

Baca juga: Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Diimbau Tidak Perlu Repot Urus Akta Kematian

Baca juga: Jenazah Korban Sriwijaya Air yang Tidak Utuh Diidentifikasi dengan Pencocokan DNA, Ini Penjelasannya

"Sampai saat ini kami telah dapatkan kantong jenazah sebanyak 155 kantong jenazah dan masih proses untuk dapatkan data-data dari temuan tersebut," ujar Rusdi.

Sampai saat ini Tim DVI sudah masuk ke tahap rekonsiliasi atau pencocokan.

Mayoritas proses itu menggunakan pencocokan DNA korban dan DNA keluarga kandung.

Diharapkan semakin banyak DNA dicocokan, maka semakin banyak pula ditemukan identitas korban agar dapat diserahkan ke keluarga.

Sementara, diakui Kabid DVI Pusdokkes Polri, Kombes Ahmad Fauzi pemeriksaan DNA memang membutuhkan waktu lebih ketimbang pemeriksaan lewat gigi dan sidik jari.

Namun ia memastikan, baik gigi, sidik jari, ataupun DNA adalah data primer pemeriksaan sehingga semuanya dapat dinyatakan akurat.

Pemeriksaan lewat DNA harus dilakukan apabila Tim DVI tidak menemukan potongan tubuh berupa rahang atau sidik jari.

"Apabila jenazah tidak utuh maka kami butuh DNA jadi butuh waktu lebih lama karena ada tahap-tahapannya," jelas Fauzi.

Maka Fauzi berharap keluarga bersabar atas proses yang tengah berlangsung.

Sebab menurutnya proses DVI lebih baik lambat asal tepat dibanding pihak tim DVI terburu-buru sehingga salah identifikasi.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved