Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Fungsi Black Box yang Kini sedang Dicari di Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh di Kepulauan Seribu
Selain mencari korban dan serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ182, Tim SAR juga mencari black box atau kotak hitam pesawat tersebut.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Upaya pencarian korban dalam peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, masih dilakukan hingga Minggu (10/1/2021).
Namun selain mencari korban dan serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ182, Tim SAR juga mencari black box atau kotak hitam pesawat tersebut.
Di mana dengan black box pesawat Sriwijaya Air SJ182 itu akan diketahui penyebab jatuhnya pesawat.
Dikutip dari TribunPontianak, Komite Nasional Kecelakaan Transportasi ( KNKT) memastikan akan segera mencari kotak hitam atau black box pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu 9 Januari 2021.
Pencarian black box Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh akan mulai dilakukan Minggu 10 Januari 2021, meski yang utama harus dilakukan adalah mencari para korban yang dilakukan oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas).
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, dalam pencarian black box Sriwijaya Air SJ 182, pihaknya akan mengkuti koordinasi yang dilakukan bersama Basarnas.
Apa Itu Black Box?
Black box, mungkin menjadi satu alat yang akan dicari tim penyelamat ketika terjadi kecelakaan pesawat terbang.
Perlu diketahui, setiap pesawat komersial atau jet perusahaan harus dilengkapi dengan black box atau " kotak hitam".
Black box ini memang tidak dapat membantu ketika pesawat berada di udara, namun alat ini sangat penting pada kasus pesawat jatuh.
Dengan fungsi yang dimiliki, black box dapat membantu penyelidik untuk mencari tahu apa yang terjadi sebelum kecelakaan pesawat.
Tak ayal black box menjadi alat yang paling dicari, selain penumpang dan kru pesawat ketika terjadi kecelakaan.
Seperti dilansir natgeotv.com, black box terdiri dari dua bagian, yakni perekam data penerbangan (flight data recorder) dan perekam suara di kokpit (cockpit voice recorder).
Kedua peralatan ini sangat penting jika pesawat jatuh karena dapat membantu penyelidikan kecelakaan.
Untuk membantu menemukan perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan setelah kecelakaan pesawat yang terjadi di laut, setiap perekam dilengkapi dengan perangkat yang dikenal sebagai Underwater Locator Beacon (ULB).
Perangkat ini akan aktif setelah bersentuhan dengan air dan dapat mentransmisikan dari kedalaman hingga 14.000 kaki.
Walaupun namanya jika diartikan berarti kotak hitam, black box sejatinya tidak berwarna hitam.
Melainkan, berwarna oranye terang.
Hal itu dimaksudkan agar para penyelamat tidak kesusahan dalam menyari keberadaan black box.
Siapa penemu black box?
Black box pertama kali ditemukan seorang ilmuwan muda Australia bernama Dr. David Warren.
Saat Warren bekerja di Aeronautical Research Laboratory di Melbourne pada pertengahan 1950-an, dia terlibat dalam penyelidikan seputar kecelakaan misterius pesawat komersial bertenaga jet pertama di dunia, Comet.
Menyadari akan berguna bagi penyelidik jika ada rekaman tentang apa yang terjadi di pesawat sebelum kecelakaan itu, dia mulai mengerjakan perekam data penerbangan dasar.
Unit demonstrasi pertama diproduksi pada 1957.
Tetapi baru pada 1960, setelah kecelakaan pesawat yang tidak dapat dijelaskan di Queensland, Australia menjadi negara pertama di dunia yang mewajibkan black box untuk semua pesawat komersial.
Perekam suara kokpit
Tujuan utama dari perekam suara kokpit adalah merekam apa yang dikatakan kru dan memantau setiap suara yang terjadi di dalam kokpit.
Setelah terjadi kecelakaan dan perekam suara kokpit dipelajari lebih lanjut, penyelidik akan tertarik dengan suara pilot yang terjadi tepat sebelum ledakan atau kerusakan pesawat.
Penyelidik terlatih sangat tertarik untuk menangkap suara-suara seperti suara mesin, peringatan stall, atau ping, dan peringatan darurat.
Mereka kemudian mengetahui informasi penerbangan penting, seperti kecepatan pesawat terbang dan RPM mesin, serta kadang-kadang dapat menunjukkan penyebab kecelakaan dari suara pesawat sebelum jatuh.
Perekam suara kokpit juga sangat penting untuk menentukan waktu kejadian, karena berisi informasi seperti komunikasi antara awak dan pengawas darat dan pesawat lain.
Bagian dari black box ini biasanya terletak di bagian belakang pesawat.
Perekam data penerbangan
Alat lain yang ada di black box, yakni perekam data penerbangan.
Alat ini juga tak kalah pentingnya dengan perekam suara kokpit.
Alat ini penting untuk membantu penyelidik karena mencatat berbagai fungsi operasi pesawat sekaligus, seperti waktu, ketinggian, kecepatan udara, dan arah pesawat.
Lantaran teknologi semakin canggih, perekam data penerbangan modern mampu memantau tindakan lain yang tak terhitung jumlahnya yang dilakukan oleh pesawat, seperti pergerakan sayap individu pada sayap, pilot otomatis, dan pengukur bahan bakar.
Informasi yang disimpan dalam perekam data penerbangan dari sebuah pesawat yang jatuh sangat berharga bagi penyelidik dalam pencarian mereka untuk menentukan apa yang menyebabkan kecelakaan tertentu.
Perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit adalah alat yang sangat berharga bagi penyelidik kecelakaan udara di seluruh dunia, dan akan terus memainkan peran utama dalam mencari tahu penyebab kecelakaan penerbangan.
Selain itu, juga menawarkan kepada produsen pesawat dan ide-ide besar pemerintah untuk membantu membuat perjalanan udara sebagai seaman mungkin.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, kemungkinan black box, akan menjadi semakin canggih dan lebih andal.
Selain itu, juga dapat semakin membantu penyelidik kecelakaan udara bekerja lebih cepat dan tepat ketika menyelidiki suatu kecelakaan pesawat.
Secara potensial, pemutar MP3 sederhana, yang dipuja penggemar musik di seluruh dunia, dapat menjadi bagian dari perangkat lunak perekam data penerbangan.
Pada 2007, produsen pesawat ringan AS, LoPresti Speed Merchants, mengumumkan rencana untuk mengintegrasikan perangkat tersebut sebagai perekam data penerbangan pada semua pesawat piston Fury miliknya.
Perusahaan percaya bahwa jika perangkat lunak, yang sesuai digunakan maka MP3, akan mampu merekam lebih dari 500 jam data waktu penerbangan.
Fakta-fakta Black Box
Dikutip dari DW, terdapat sederet fakta soal black box.
Black box sebenarnya berupa tabung yang umumnya berwarna oranye kemerahan, agar mudah kelihatan dari jauh dan bisa ditemukan dengan cepat.
Black box modern tidak berukuran besar, hanya sebesar kotak sepatu.
Tabung black box mampu menahan bantingan dari ketinggian besar, kedap air sampai kedalaman 6.000 meter, dan tahan suhu panas sampai di atas 1.000 derajat celcius selama sedikitnya 30 menit.
Oleh karena itu, tabung black box pesawat tidak mudah rusak walaupun terbanting dan terbakar.
Biasanya, black box ditempatkan di badan pesawat pada bagian yang tidak mudah rusak dan terlindung dengan baik.
Posisinya tergantung dari konstruksi pesawat. Bisa di bagian tengah atau bagian belakang dekat roda pesawat.
Alat perekam memiliki sistem sinyal darurat berupa sinyal "ping" yang bisa digunakan untuk mendeteksi lokasinya.
Jika tenggelam di air, sinyal segera dikirim secara otomatis sampai 30 hari, tergantung pada kapasitas baterai.
Untuk mendeteksi posisi black box di bawah air, tim pencari bisa menggunakan bantuan mikrofon bawah air dan detektor sonar.
Optimis Black Box Ditemukan
Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Udara (Asops KSAU) Marsekal Muda Henri Alfiandi mengaku optimistis black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) segera bisa ditemukan.
Henri juga meminta doa agar lokasi titik jatuhnya pesawat tersebut bisa ditemukan sehingga bisa segera dilakukan evakuasi.
"Saya optimis ini dapat segera cepat stakeholder ataupun satuan lain bisa segera menemukan khususnya di laut yang memiliki alat sonar. Kita doakan bersama black box sudah bisa ditemukan dengan cepat dan bisa segera menemukan titiknya. Hingga evakuasi korban dapat segera ditemukan," kata Henri di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Minggu (10/1/2021).
Henri mengaku telah melihat anomali warna permukaan laut di Selatan Pulau Laki Kepulauan Seribu saat mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021).
Hasil temuan tersebut, kata Henri, juga telah dilaporkan kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono.
Henri mengatakan anomali yang berupa perbedaan warna permukaan laut tersebut saat melakukan pencarian pesawat tersebut dari atas helikopter Caracal yang ditumpanginya pada Minggu (10/1/2021).
Menurut Henri anomali tersebut terlihat sangat luas.
Ia menduga apa yang dilihatnya tersebut merupakan bahan bakar atau avtur milik pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Baca juga: Tim Gabungan Temukan Serpihan Bagian Pesawat Sriwijaya Air SJY-182
"Kita bisa melihat adanya anomali perubahan atau kontras warna permukaaan laut. Saya berasumsi, bahwa itu adalah tumpahan minyak. Sangat jelas sekali. Anomali perubahan kontras itu dan luas sekali jangkauannya karena (sudah) kurang lebih 18 jam," kata Henri di Lanud Halim Perdanakusuma pada Minggu (10/1/2021).
Selain itu, kata Henri, ia juga melihat adanya sebaran serpihan yang diduga bagian dari pesawat tersebut.
"Bisa saja 'sampah' itu apakah sampah laut atau bagian dari itu (pesawat)," kata Henri.
Pesawat Sriwijaya Air SJY-182 dengan rute Jakarta-Pontianak jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2021).
Pesawat Sriwijaya Air dengan tipe Boeing 737-500 tersebut mengangkut 62 penumpang termasuk tiga bayi.
Namun, tipe pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-500 sebelumnya telah diperingatkan rawan mati mesin di udara.
Di mana regulator penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) pernah menerbitkan peringatan kepada maskapai-maskapai di AS yang mengoperasikan jenis pesawat Boeing 737 Next Generation (NG) dan Classic.
Dikutip dari Kompas.com, jenis pesawat tersebut, yakni B737 NG (seri 600, 700, 800, dan 900) dan Classic (seri 300, 400, 500), juga banyak dipakai oleh maskapai di Indonesia.
Seperti misalnya Garuda Indonesia yang mengoperasikan B737-800, Lion Air dengan B737-800 dan -900, dan Sriwijaya Air dengan B737-500 dan -800.
Peringatan tersebut ditujukan untuk pesawat yang tidak dioperasikan selama tujuh hari berturut-turut atau lebih.
Menurut FAA, di dalam mesin pesawat CFM56 yang dipakai oleh B737 NG dan Classic, yang tidak beroperasi selama tujuh hari berturut-turut atau lebih, ditemukan korosi (karat) di bagian air valve check.
Jika terdapat korosi, maka bagian mesin tersebut harus diganti sebelum pesawat kembali beroperasi.
FAA mengatakan bahwa imbauan tersebut diterbitkan setelah setidaknya ada empat laporan mati mesin yang dialami B737.
Setelah diinvestigasi, insiden itu terjadi akibat komponen air check valve di dalam mesin selalu "nyangkut" dalam kondisi terbuka akibat korosi.
Air check valve umumnya terbuka saat mesin pesawat bekerja maksimal, seperti saat takeoff, dan menutup saat berada di ketinggian jelajah (cruising).
Terbang dengan kondisi air valve check yang "menyangkut" tak bisa menutup itu, menurut FAA bisa mengakibatkan dual engine power loss, atau kedua mesin pesawat mati saat di udara, dan tidak bisa di-restart lagi.
Boeing sendiri selaku produsen pesawat B737, mengatakan bahwa pihaknya telah memberitahu seluruh maskapai operator B737 di seluruh dunia, untuk menginspeksi pesawat masing-masing, terutama yang disimpan.
"Banyak pesawat yang disimpan atau jarang diterbangkan karena sepinya penumpang akibat pandemi Covid-19, valve mesin jadi lebih mudah berkarat," tulis Boeing, dihimpun KompasTekno dari Reuters, Kamis (6/8/2020).
Hingga saat ini, ada lebih dari 10.000 pesawat jenis B737 yang dipesan dan dikirim, semenjak pertama kali seri pesawat itu dibuat pada 1968.
Garuda Indonesia sendiri saat ini memiliki total 73 unit B737-800, sementara Lion Air memiliki total 43 unit B737-800 dan 78 unit B737-900.
Sedangkan Sriwijaya Air memiliki 6 unit B737-500, 16 unit B737-800, dan 2 unit B737-900.
Sementara itu ketika dikonfirmasi kepada Dirut Sriwijaya Jefferson Irwin Jauwena, pesan WhatsApp Warta Kota belum diresponnya.
Namun, dalam keterangannya saat konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Jefferson menyebut bahwa pesawatnya dalam kondis baik.
"Kondisi pesawat dalam keadaan sehat karena sebelumnya juga sudah terbang ke Pontianak PP, Pangkal Pinang.
Ini rute kedua ke Pontianak. Jadi harusnya tidak ada masalah. Laporan maintenance juga semua lancar," jelasnya.
Pesawat Berumur 26 Tahun
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak dan dikabarkan jatuh di lokasi perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
Menurut FlightRadar 24, pesawat Boeing 737-524 itu terbang perdana bersama Sriwijaya Air pada Mei 1994, alias 26 tahun silam.
Pesawat jenis itu masuk dalam keluarga Boeing 737 Classic yang diproduksi oleh Boeing Commercial Airplanes, generasi kedua dari Boeing 737-100/-200.
Baca juga: Tanggapi Hasil Investigasi, Tim Advokasi Anggota FPI Sebut Komnas HAM Terkesan Jual Beli Nyawa
Pengembangannya dimulai pada 1979. Varian pertamanya, 737-300, pertama kali terbang pada 1984.
Jenis 737-500 merupakan varian terkecil, dan diterbangkan pertama kali pada 1989, dan mulai melayani penumpang pada 1990.
737-524 masuk dalam varian 737-500, pengganti tipe 737-200.
Baca juga: JADWAL Lengkap dan Link Live Streaming Misa 9-10 Januari 2021 di Keuskupan Agung Jakarta
Meskipun lebih kecil dari seri 300 dan 400, badan pesawat 737-500 lebih panjang dari seri 200, dan bisa memuat hingga 140 penumpang.
Mesinnya dirancang 25 persen lebih efisien bahan bakar dibanding 737-200.
Southwest Airlines di Amerika Serikat menjadi maskapai yang pertama kali menerbangkan 737-524 pada 1989, dan kemudian dimanfaatkan sebagai pesawat komersial pada 1990.
Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia 9 Januari 2021: Pasien Positif Melonjak 10.046 Jadi 818.386 Orang
Spesifkasi"
Passengers (Cockpit Crew): 120 (2)
Cargo Capacity: 1,300 kg (2,866 lbs)
Range: 2,375 nm (4,399 km)
MLW: 49,890 kg (109,989 lbs)
MTOW: 60,550 kg (133,490 lbs)
ZFW: 31,950 kg (70,438 lbs)
Fuel Capacity: 17,202 kg (37,924 lbs)
Fuel Flow: 2,380 kg/hour (5,247 lbs/hour)
Service Ceiling: 37,000 ft
Cruising Speed: mach 0.745
Cost Index: 30
Unit Cost: $11,000,000.00.
Soerjanto Tjahjono
Kepala KNKT
kalau umur pesawat jensi 737 500
umur pesawt dibuat 1994
25 -26 tahun
berapapun umurnya kalao dirawat seusia regulasi yang beralu ditetapka dkoppu dalam hal ini dirjen perhubngan udara
jharusnya tidak ada masalah
kami sudah mengumpukan data2 seua menegnai pesawat dan menegani kru sedang kami kumpulkan
---
Jatuh di Kepulauan Seribu
Basarnas menyebut bahwa diduga lokasi pesawat Sriwijaya Air SJY-182 dengan rute Jakarta-Pontianak jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2021).
Pihak Basarnas pun telah mengerahkan kapal untuk mencari pesawat Sriwijaya Air di lokasi tersebut.
Di mana di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air tersebut belum ditemukan pasti puing atau serpihan pesawat.
"Setelah kami pelajari, diduga titik lokasi pesawat jatuh antara Pulau Laki dan Pulau Lancang. Jaraknya sekitar 1,5 mil hingga 2 mil," kata Bambang Suroyhadi Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnaas, dalam konferensi pers-nya.
Pihaknya pun telah menurunkan beberapa kapal dan sea reader.
"Masalahnya visibility karena malam hari. Untuk malam ini kami cari lokasi titik pasti. Sehingga besok pagi kami bisa laksanakan pencarian secara maksimal," jelasnya.
Baca juga: Istri dan Tiga Anaknya Jadi Penumpang Sriwijaya Air, Yaman Zai Menangis Histeris di Bandara Supadio
Baca juga: Mantan Ketua Umum PB HMI Mulyadi Tamsir Salah Satu Penumpang Sriwijaya Air SJ182 yang Hilang Kontak
Baca juga: VIDEO Pesawat Sriwijaya Hilang Kontak, Menhub Budi Karya Sumardi Datangi Terminal 2D Bandara Soetta
Kobaran Api
Bupati Kepulauan Seribu Junaedi mengatakan nelayan sempat melihat ada api saat peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY-182 dengan rute Jakarta-Pontianak.
Menurut Junaedi, informasi dari orang kelurahan didapat nelayan setempat sempat melihat ada pesawat jatuh.
Bahkan nelayan tersebut juga sempat melihat ada kobaran api.
"Kata orang kelurahan laporan dari nelayan, dari nelayan bubu itu teriak minta tolong katanya ada api," kata Junaedi, Sabtu (9/1/2021).
Junaedi menambah dirinya mendapatkan kabar pesawat tersebut dikabarkan jatuh di perairan Pulau Laki.
"Di Pulau Laki itu masuk Pulau Tidung, tapi deket ke Pulau Lancang," kata Junaedi.
Sebelumnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 dilaporkan hilang kontak setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Sabtu (9/1/2021) sore.
Pesawat dengan jenis Boeing 737-500 dan nomor registrasi PK-CLC tersebut melayani rute Jakarta-Pontianak.
Foto dan Video Puing
Beberapa foto dan video diduga serpihan puing pesawat Sriwijaya Air bernomor SJ182 penerbangan Jakarta - Pontianak, Sabtu (9/1/2021) beredar di media sosial.
Pesawat Sriwijaya Air tersebut hilang kontak di sekitar di Kepulauan Seribu.
Berbagai pihak pun masih terus berupaya mencari keberadaan pesawat Sriwijaya Air tersebut.
Dalam beberapa foto dan video yang diterima Wartakotalive.com, tampak sejumlah orang mengenakan jaket pelampung oranye dan petugas kepolisian menunjukkan serpihan yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya Air.
Serpihan itu tampak beberapa potongan kabel dan beberapa potongan celana jeans.
Mereka yang berada di atas perahu langsung mendokumentasikannya.
Namun hingga kini belum diketahui pasti kebenaran foto dan video tersebut.
Berikut beberapa foto dan video yang beredar:


Diberitakan sebelumnya Manajemen Sriwijaya Air memberikan keterangan resmi terkait hilang kontak pesawatnya bernomor SJ182 penerbangan Jakarta - Pontianak, di Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
Saat ini pihaknya masih melakukan kontak dengan berbagai pihak untuk mencari informasi keberadaan pesawat Sriwijaya Air tersebut.
"Sriwijaya Air sampai saat ini masih terus melakukan kontak dengan berbagai pihak terkait guna mendapatkan informasi lebih rinci terkait penerbangan SJ-182 rute Jakarta - Pontianak," kata Theodora Erika Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air dalam keterangan yang diterima Wartakotalive.com.
"Management masih terus berkomunikasi dan menginvestigasi hal ini dan akan segera mengeluarkan pernyataan resmi setelah mendapatkan informasi yang sebenarnya," tambahnya.
Seperti diketahui Pesawat Sriwijaya Air hilang kontak, Sabtu (9/1/2021).
Dari informasi yang beredar terdapat 59 penumpang di pesawat tersebut, di antaranya lima anak dan satu bayi.
Pesawat Sriwijaya Air tersebut bernomor SJ182 penerbangan Jakarta - Pontianak.
Dikutip dari Tribunnews, menurut pesan data yang ditujukan kepada Direktur Navigasi Penerbangan, pesawat tersebut sempat di ketinggian 11.000 kaki.
Kepada Yth. Pak Dirnavpen
Dengan hormat disampaikan laporan awal lost contact pesawat Sriwijaya dg data2 sbb :
Callsign : SJY182
Type : B737-500
Reg: PKCLC
Route : WIII-WIOO
Last contact :
11 Nm north CGK pd pukul 07.40 UTC ketinggian passing 11.000ft on climb to 13.000ft
Demikian informasi awal yg dapat kami sampaikan.
Terimakasih
Selain itu pesan broadcast lainnya yang beredar, menyebutkan pesawat tersebut mengangkut 59 penumpang.
Terdiri dari 53 dewasa, lima anak, serta 1 bayi.
Sementara itu dikutip dari Kompas.com, informasi pesawat hilang kontak tersebut diunggah oleh situs pemantau penerbangan Flightradar24.
Pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 dilaporkan hilang kontak setelah takeoff dari bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Sabtu (9/1/2021) sore.
Data dari situs pemantau penerbangan, menunjukkan pesawat take off pada pukul 14.30 LT.
Penerbangan SJ182 seharusnya tiba pada pukul 15.15 di Bandara Soepadio, Pontianak.
Namun data Flightradar24 menunjukkan B737-500 Sriwijaya Air SJ182 berhenti di sekitar 11 mil laut bandara Soekarno Hatta, di atas Kepulauan Seribu.
Pesawat nampak sempat melewati ketinggian 11.000 kaki, namun tiba-tiba ketinggian dan kecepatan pesawat turun drastis.
Posisi terakhir menunjukkan ketinggian 250 kaki di atas permukaan laut dengan kecepatan 115 knots.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Posisi Terakhir Sriwijaya Air SJ182 Terekam Flighradar24"
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Reska K. Nistanto)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul TNI AU Optimistis Black Box Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Segera Ditemukan dan tribunpontianak.co.id dengan judul Apa Itu Black Box Pesawat yang Dicari KNKT Setelah Sriwijaya Air SJ182 Rute Jakarta-Pontianak Jatuh?