Sport
Sesmenpora Gatot S Dewa Broto: Jangan Sampai Atlet Kita Memakai Doping
Kemenpora berencana membangun laboratorium anti doping pertama di Solo melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Sigit Nugroho
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menpora RI berencana membangun laboratorium anti doping pertama di Solo melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Rencananya, laboratorium anti doping itu akan dibangun di lingkungan Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, Jawa Tengah.
Tak hanya untuk laboratorium, nantinya di rumah sakit itu pula dapat dijadikan recovery atlet pasca cedera.
Rencana pembangunan laboratorium anti doping di Solo itu tidak hanya akan menghemat anggaran pemerintah, yang selama ini mengirim sampel angi doping ke luar negeri.
Jika laboratorium sukses dibangun, maka akan positif pula nama Indonesia di dunia olahraga di Indonesia.
Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto, memberikan pandangan terkait seberapa pentingnya anti doping bagi atlet.
"Anti doping tidak dapat sipisahkan dari olahraga, bahkan lembaga anti doping saja diatur di Piagam Olimpiade. Kami mengedukasi kepada seluruh pemangku olahraga, agar memerhatikan ini. Jangan sampai atlet memakai doping," ucap Gatot kepada Warta Kota.
Gatot berujar bahwa kisah atlet Rusia yang memakai doping di Olimpiade 2014, membuat badan anti doping dunia (WADA) memberikan sanksi berat yaitu tidak bisa tampil di ajang olahraga dunia seperti Olimpiade Tokyo 2020, Olimpiade musim dingin, Beijing, hingga Piala Dunia tahun 2022.
Hal ini pula yang diwanti-wanti oleh pihak Kemenpora, agar menjadi perhatian bersama.
"Jangan sampai atlet kita ada memakai doping. Kami mengedukasi dengan intensif untuk ini," ujar Gatot.
Gatot menerangkan, pembangunan laboratorium anti doping muncul atas buah pikiran Menpora, Zainudin Amali. yang ingin Indonesia punya laboratorium sendiri.
Sehingga, bisa menghemat anggaran negara.
Jika telah terbangun, setiap kali akan mengikuti kegiatan keolahragaan, Indonesia tak perlu lagi mengirimkan sampel anti doping ke laboratorium di luar negeri.
"Pak Menteri kepikiran saat mengirimkan sampel ke luar negeri di waktu lalu, mengapa tidak membangun laboratorium sendiri. Kami pun merespons dengan memberitahukan syarat pembangunan laboratorium, sehingga dibahas lagi lebih mendalam," ucap Gatot.
Ada pun syarat yang dimaksud adalah, laboratorium minimal mengurus 3000 sampel anti doping setiap tahunnya.