Kesehatan

Waspada 1 dari 3 Anak di Indonesia Mengalami Anemia, Dampaknya Bisa Timbul Kerusakan Otak

satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia karena kurang zat besi

Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: Dian Anditya Mutiara

Dampak Kekurangan Zat Besi Terhadap Perkembangan

salah satu dampak anemia pada anak

Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si. turut menjelaskan, kekurangan zat besi tidak hanya memiliki dampak bagi pertumbuhan, tetapi juga pada perkembangan anak.

Kondisi ini menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi.

Padahal jika konsentrasi tidak optimal, maka daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, dan rentan mengalami masalah kognitif lain seperti kesulitan menganalisa dan mengambil kesimpulan, sulit memecahkan masalah, dan kurang kreatif. 

Kelak saat memasuki usia sekolah, ia rentan mengalami kesulitan belajar dan saat dewasa rentan jadi sulit bersaing di dunia kerja. 

Hambatan ini nantinya juga dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri, murung, dan sulit bersosialisasi.

Oleh karenanya, menjadi penting bagi orangtua untuk memastikan kebutuhan gizi harian anak terpenuhi, serta senantiasa memberikan stimulasi yang tepat untuk bisa mendorong pertumbuhan anak menjadi anak generasi maju yang berpikir cepat, tumbuh tinggi, tangguh, aktif bersosialisasi, dan percaya diri.

Alyssa Soebandono, seorang aktris dan ibu dari dua anak, menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak kekurangan zat besi pada anak.

 “Saya mengamati secara langsung bagaimana anak berjuang untuk tetap berkonsentrasi ketika belajar, terutama untuk anak-anak saya yang sudah memasuki usia sekolah. Dengan situasi pembelajaran jarak jauh (PJJ), tantangan anak jadi lebih berat lagi. Maka dari itu, saya selalu mendampingi Rendra dan Malik ketika belajar untuk membantu mereka tetap berkonsentrasi," kata istri dari aktor Dude Herlino.

Selain itu, Alyssa juga berusaha menyediakan asupan gizi yang cukup, dan memastikan tidak ada tanda tanda awal kekurangan zat besi pada mereka. 

Hal yang sama dikemukakan ibu dua anak Tya Ariestya.

“Bagi anak-anak saya yang masih berusia 4 tahun dan 1,5 tahun, ternyata masalah gizi seperti kekurangan zat besi dapat menjadi salah satu penyebab anak lebih pemurung dan pendiam di rumah. Padahal, orangtua pasti mengharapkan anaknya tumbuh sehat, supel, dan punya banyak teman," ujarnya.

Menyadari kekurangan zat besi bisa berdampak besar, dokter Nurul menyarankan agar melakukan pemeriksaan di laboratorium, konsumsi makanan protein hewani serta konsumsi makanan dan minuman yang telah difortifikasi zat besi.

Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan, pada lingkup kecil orangtua bertanggungjawab pada anaknya agar tumbuh kembangnya optimal.

Salah satunya terpenuhinya zat besi.

Jika tidak ditangani, kekurangan zat besi dapat membuat Generasi Emas Indonesia tidak tumbuh secara optimal dan menghambat mimpi bangsa untuk menjadi negara maju pada perayaan 100 tahun Indonesia di tahun 2045.

"Tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 tersebut ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita. Sayangnya, satu dari tiga balita Indonesia, yang nantinya akan menjadi penggerak generasi maju, berisiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang bersifat permanen akibat dari kekurangan zat besi. Sehingga, dapat menghambat upaya untuk berprestasi bagi negeri,” ujar Arif Mujahidin.

“Memastikan bahwa setiap anak Indonesia terpenuhi haknya untuk maju dan berprestasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia ingin mengajak orangtua untuk bisa memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan harian gizi anak, termasuk zat besi, telah terpenuhi dan terserap dengan baik,” tutur Arif. 

Sumber: Warta Kota
Halaman
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved