Kesehatan
Peran Ganda Ibu saat Pandemi Virus Corona Bisa Picu Burnout Stres Tingkat 2, Begini Cara Mengatasi
Peran ibu berlipat ganda seperti menjadi pengajar di rumah untuk anak, mengurus rumah, ibu pekerja, saat pandemi virus corona sehingga burnout.
Penulis: LilisSetyaningsih |
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kondisi pandemi virus corona atau Covid-19 membawa banyak perubahan hidup dan beban besar bagi setiap orang.
Saat disarankan di rumah saja untuk menghindari penyebaran Covid-19, beban bertambah besar berada di pundak para ibu.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berpendapat, peran ibu berlipat ganda termasuk menjadi pengajar di rumah untuk anak, mengurus kebutuhan rumah, ditambah menjadi ibu pekerja.
"Para ibu memang riskan terkena stres dan risiko tertingginya adalah parental burnout hingga depresi," kata Putu Andani MPsi, Psikolog TigaGenerasi saat menjadi pembicara virtual media briefing tema 'peran ibu masa pandemi dan tantangan ibu tahun 2021, Rabu (16/12/2020).
Menurut Putu Andani, parental burnout dan depresi bisa memberikan dampak buruk untuk anak dan keluarga.
Baca juga: Berhenti dari Youtube, Ria Ricis Diduga Alami Burnout, Ini Penjelasan Lengkap & Penyebabnya
Baca juga: Apa Itu Long Covid? Depresi dan Nyeri Sendi Termasuk Gejalanya
Dia menjelaskan, istilah parental burnout kerap dipakai tahun 2020, karena dianggap banyak yang mengalami burnout saat pandemi. Sebelumnya orang lebih mengenal istilah stres.
"Bila stres berada di level 1, burnout dilevel 2, selanjutnya depresi dan gangguan lainnya di level 3. Burnout berada ditengah-tengah antara stres dan depresi," katanya.
Para ibu yang mengalami burnout ditandai mengalami kelelahan secara mental.
Stres berlangsung singkat dan cepat. Sedangkan burnout ketika mengerjakan sesuatu misalnya sedang menemani anak bermain atau belajar tidak ada lagi kedekatan emosional.
Orang sekedar menjalankan rutinitas tapi 'kosong'. Seringkali para ibu jadi gampang marah.
"Oleh karena itulah, para ibu juga perlu menyadari batasan dirinya sebagai seorang manusia, bahwa ibu juga perlu istirahat dan menghargai diri sendiri."
"Ibu juga perlu membekali diri dengan berbagai cara untuk mengatur jadwal sehari-hari dalam menghadapi tantangan perubahan di tahun 2021 nanti," ucap Putu.
Baca juga: Diduga Depresi Divonis Positif Corona, Seorang Wanita Nekat Ceburkan Diri ke Danau Hingga Tewas
Baca juga: Sulit Tidur dan Depresi, Alasan Selebgram Syaima Salsabila Teman Awkarin Pakai Narkoba Jenis Ganja
Putu menyarankan, bila ibu merasa 'kelepasan' kontrol emosi, ketika menyadari langsung minta maaf kepada anak, pasangan, bahkan diri sendiri.
Sumber masalah terjadinya burnout adalah target ingin semuanya sempurna dalam menjalani beragam peran ibu saat masa pandemi.
"Pada anak, jelaskan dan minta maaf bila marah-marah. Pada diri sendiri juga harus memaafkan diri sendiri karena ingin perfect," katanya.
Selain itu, para ibu bisa lebih mengembangkan dirinya dan berkontribusi pada perekonomian keluarga.
Seperti pengalaman yang dibagi Zhafira Loebis, seorang ibu dari dua anak dan pengusaha jasa rental mainan anak, Babyloania.
Baca juga: KPAI: Pembelajaran Jarak Jauh Picu Depresi Anak, Siswa SMP di Tarakan Nekat Bunuh Diri
Baca juga: Baby Blues Lebih dari 2 Minggu Harus Segera Dipulihkan untuk Mencegah Depresi Pasca-Melahirkan
"Pandemi ini sekaligus memberikan waktu lebih banyak untuk ibu di rumah, dan ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan hal baru atau justru menjadikan hobi sebagai side hustle atau kerja sampingan."
"Jadi sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita eksplor untuk bekal kita ke depannya," kata Zhafira.
Dia mengatakan, awal pandemi, saat banyak pekerjaan rumah tangga, bekerja, mengurus anak, semuanya ingin cepat beres dan selesai dalam satu hari.
Kemudian, semuanya itu menjadi keteteran dan berpotensi burnout.
Zhafira pun membuat jadwal rutinitas serta 'mengambil' waktu untuk diri sendiri agar terhindar dari burnout.
Baca juga: Pakar Psikologi Forensik Sebut Pelaku Depresi Harus Diawasi saat Ditahan
Baca juga: Katy Perry Kisahkan Pengalaman Melawan Depresi Selama Masa Kehamilannya
"Ada rutinitas kapan bersama anak, kapan anak makan siang, tidur dan anak-anak juga tahu rutinitasnya. Saat anak-anak tidur siang, saatnya kerja atau melukis," kata Zhafira.
Menurut Putu, selama hampir 24 jam berada di rumah saja, para ibu harus menentukan prioritas mana yang bisa dikerjakan sendiri atau butuh bantuan atau delegasi.
"Harus berani minta bantuan ke orang lain, suami, ke ahli atau psikolog tidak ada yang tabu, kalau memang perlu bantuan," katanya.
Tanda-tanda ibu mengalami burnout dan perlu konsultasi, bila konsentrasi sudah menurun, marah-marah, lihat lingkungan sekitar ada perilaku yang berubah.
Misalnya suami juga mulai stres menghadapi istrinya dan anak-anak rewel.