Persita Tangerang

Gelandang Persita Tangerang Redi Rusmawan Berpesan pada Koleganya untuk Selektif saat Bermain Tarkam

Meski Diperbolehkan oleh manajemen Persita Tangerang untuk bermain tarkam, tak membuat Redi Rusmawan sembarangan mengikuti kegiatan tersebut.

Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Rafsanzani Simanjorang
Redi Rusmawan merupakan salah satu winger striker milik Persita Tangerang. Pria kelahiran Bogor pada 4 Desember 1996 pernah membela Timnas Indonesia pada usia 15 tahun. 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Adanya lampu hijau bermain tarkam dari manajemen Persita Tangerang kepada pemainnya di tengah tertundanya kompetisi Liga 1 Indonesia, tak membuat Redi Rusmawan sembarangan mengikuti kegiatan itu.

Gelandang serang Persita ini tak mau ambil resiko cedera jika salah pilih dalam kompetisi yang dikenal dengan laga antarkampung ini.

Ia pun punya tips yang dianggapnya ampuh untuk menjalankan hobinya bermain bola meskipun sekaliber tarkam.

Redi Rusmawan saat menggiring bola pada partai melawan Sriwijaya FC di Liga 2 2019.
Redi Rusmawan saat menggiring bola pada partai melawan Sriwijaya FC di Liga 2 2019. (Warta Kota/Rafsanzani Simanjorang)

"Pertama tentu saya harus tau terlebih dulu kualitas dari lapangannya. Ini berguna sebagai patokan saya meminta izin bermain tarkam kepada manajemen. Jika lapangannya rusak parah tentunya saya akan menolak," ucapnya kepada Warta Kota, Minggu (29/11/2020).

Tak hanya bicara soal kualitas lapangan, Redi juga punya trik kala bermain di tarkam. Menurutnya, perbedaan gaya bermain pemain profesional dan pemain amatir mesti cermat diketahui.

"Kalau bertemunya dengan pemain profesional biasanya sudah saling paham untuk saling menjaga, dan tidak mencederai lawan," ujarnya.

"Tapi kalau bermain dengan pemain yang amatir biasanya mereka merebut bola dengan tanpa pikir panjang dan riskan," lanjutnya.

Redi Rusmawan, gelandang Persita Tangerang
Redi Rusmawan, gelandang Persita Tangerang (Warta Kota/Rafzanjani Simanjorang)

Menurut Redi, saat dirinya menggiring bola dan melihat cara merebut bola musuh mengarah kepada pelanggaran yang mencederai, ia memilih untuk melepas bola tersebut.

Ia menjelaskan cukup tahu dalam melihat gaya bermain lawannya apakah sportif atau tidak.

"Bermain aman sangat penting di laga tarkam ya. Biasanya saat perebutan bola pun dapat terlihat gerakan lawan yang berpotensi mencederai," ucapnya.

Kompetisi antar kampung atau yang dikenal dengan istilah tarkam menjadi kompetisi yang bermanfaat di tengah tertundanya kompetisi sepak bola.

Meski mengandung pro dan kontra berbagai klub, tak jarang pula suatu klub atau pelatih memberi izin kepada pemain ikut tarkam dengan dalih menjaga feeling atau sentuhan bola serta kebugaran pemain, meski dengan pertimbangan tertentu.

Redi Rusmawan (kiri).
Redi Rusmawan (kiri). (istimewa)

Namun, bagi pemain ternyata ada manfaat lain yang diperoleh selain merasakan sebuah kompetisi atau menjaga kebugaran.

Manfaat itu adalah uang saku yang diperoleh dari tarkam. Pasalnya, tim yang berani merekrut pemain profesional rela membayar mahal pemain dalam sekali bertanding.

"Biasanya tergantung turnamennya dan benderanya (nama tim). Yang pasti di atas satu juta sekali bermain," ujar Redi.

Jika tim yang bermain ada 16 tim atau 32 tim dan berhasil melaju hingga babak final, tentu pundi-pundi uang akan terus mengalir.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved