Travel

Pandemi Covid-19 Berdampak pada Ekonomi Kreatif Warga Desa Penglipuran Bali

Pandemi Covid-19 berdampak pada ekonomi kreatif warga Desa Penglipuran Bali kini sepi pengunjung

Penulis: Desy Selviany |
Wartakotalive.com/Desy Selviany
Suasana Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali lengang di tengah Pandemi Covid-19, Sabtu (7/11/2020) 

WARTAKOTALIVE.COM, BANGLI - Jejeran rumah adat Bali yang tertata rapih di Jalan Penglipuran, Bangli, Bali terlihat lengang. Desa wisata Penglipuran Bali itu kini sepi pengunjung karena Pandemi Covid-19.

Hal itu berdampak pada warga desa yang mengandalkan ekonomi kreatif.

Sejak ditetapkan sebagai tempat wisata budaya, desa yang dihuni satu keluarga sedarah itu memang mengandalkan ekonomi kreatif dalam memenuhi kehidupan sehari-hari.

Suasana Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali lengang di tengah Pandemi Covid-19, Sabtu (7/11/2020)
Suasana Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali lengang di tengah Pandemi Covid-19, Sabtu (7/11/2020) (Wartakotalive.com/Desy Selviany)

Misalnya saja dengan menjual lukisan, kostum khas Bali, makanan khas Bali, dan berbagai pernak-bernik buatan tangan.

Desa wisata itu sempat tutup untuk wisatawan hampir tujuh bulan karena Pandemi Covid-19.

Baca juga: Perlu Usaha Ekstra Supaya Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Segera Pulih, Begini Alasannya

Baca juga: Masih Ada Pandemi Covid-19, Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional Gelar Rapat Koordinasi Secara Virtual

Namun desa itu kembali dibuka untuk wisatawan sejak Oktober 2020 dengan segala ketentuan protokol kesehatan.

Di desa itu juga disediakan Posko Covid-19. Posko Covid-19 itu ditaruh di bagian paling depan gerbang desa.

Sebelum masuk, pengunjung juga diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

Seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

Namun meski begitu, desa itu terlihat masih sepi pengunjung. Jalan paving block di sepanjang desa terlihat lengang dan tenang.

Baca juga: Pelaku Usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bogor Dapat Bantuan dari Kemenparekraf

Hanya ada kurang dari 50 wisatawan yang berkunjung ke desa seluas 112 hektar itu saat Jumat (6/11/2020).

Suasana itupun membuat Desa Penglipuran semakin terlihat asri di sore hari. Ditambah dengan lingkungan yang bersih karena tidak adanya sampah.

Namun keasrian Desa Penglipuran selama Covid-19 juga memiliki dampak buruk bagi warga desa. Khususnya terkait perekonomian warga.

Mayoritas warga Desa Penglipuran mengandalkan wisatawan untuk menjual kerajinan mereka.

Walhasil pemasukan mereka berkurang karena Pandemi Covid-19.

Baca juga: Ganjar Terima Bantuan Paket Sembako untuk Pelaku Wisata dan Ekonomi Kreatif di Jawa Tengah

Pemandu wisata Indigo Travel Prawira mengatakan bahwa warga Desa Penglipuran awalnya petani bambu dan pengrajin bambu.

Namun sejak dinobatkan sebagai desa wisata, banyak warga yang membuka usaha tambahan di rumah-rumah tradisional mereka.

Misalnya saja membuka usaha kuliner khas Bali, lukisan khas Bali, kerajinan bambu, dan cinderamata khas Bali.

"Namun sejak Pandemi Covid-19 pemasukan dalam ekonomi kreatif warga desa menurun. Karena biasanya ramai turis asing membeli cinderamata disini," jelas Pra Wira.

Baca juga: Ganjar Pranonowo Resmikan Hetero Space di Semarang: Ekonomi Kreatif Bakal Jadi Penyumbang APBD

Maka dari itu jika nanti kondisi sudah membaik, tetap jadi pahlawan bagi negeri sendiri dengan berwisata di Indonesia Aja.

Setiap berwisata, para wisatawan juga harus tetap cintai lingkungan dengan cara paling sederhana yaitu buang sampah pada tempatnya.

Terapkan selalu protokol kesehatan di destinasi pariwisata dengan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. (m24)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved