Berita Internasional
Dinilai Benarkan Kebencian pada Islam Atas Nama Kebebasan Berekspresi, Macron Digambar Sebagai Iblis
Melansir Associated Press (AP) pemerintah Iran mengatakan bahwa Perancis mengizinkan kebencian terhadap Islam atas nama kedok kebebasan berekspresi
WARTAKOTALIVE.COM, PARIS -- Protes terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron masih berlanjut pada hari-hari ini.
Selain protes dalam bentuk pembakaran foto Macron dan Bendera Prancis, juga boikot produk berasal dari Prancis.
Bahkan media garis keras Iran menampilkan wajah Macron sebagai iblis.

Baca juga: Kemlu RI Sebut Pernyataan Emmanuel Macron Menyinggung lebih dari 2 Miliar Muslim di Seluruh Dunia
Baca juga: Kontroversi Presiden Prancis Emmanuel Macron, Karikatur Nabi Muhammad SAW Hingga Sebut Islam Teroris
Turki dengan presidennya, Recep Tayyip Erdogan termasuk paling gencar mengkritik pemerintah Perancis atas kasus karikatur Nabi Muhammad.
Iran juga mengecam dengan salah satu media garis keras yang menampilkan kartun Presiden Perancis seperti iblis.
Menurut laporan TV dalam negeri Iran, Selasa (27/10/2020), pemerintah Iran memanggil diplomat Perancis dan memprotes karikatur yang menunjukkan Nabi Muhammad.
Seorang pejabat Iran di Kementerian Luar Negeri mengatakan kepada diplomat Perancis bahwa respons Paris setelah kasus pembunuhan Samuel Paty merupakan suatu hal yang "tidak bijaksana".
Baca juga: Prambanan Jazz Virtual Festival 2020 Digelar Hari Ini, Ada Tulus, Isyana Sarasvati hingga Tompi
Melansir Associated Press (AP) pemerintah Iran mengatakan bahwa Perancis mengizinkan kebencian terhadap Islam di bawah kedok dukungan kebebasan berekspresi.
Samuel Paty, seorang guru di Perancis tewas dibunuh dengan brutal oleh seorang remaja muslim asal Chechnya, Rusia setelah mengajar kelas kebebasan berpendapat dan menunjukkan karikatur Nabi Muhammad.
Insiden tragis itu menuai perhatian publik dengan warga Perancis yang turun ke jalan dan menuntut kebebasan berekspresi.
Sementara masyarakat muslim dunia menyesali adanya intoleransi dari pembuat kartun dan menganggap kartun yang menjadikan nabi besar umat Islam sebagai modelnya itu suatu penghinaan atas simbol suci Islam.
Baca juga: BPJS Kesehatan Buka Pendaftaran Ulang Buat Warga yang Belum Mengisi NIK Pada 1 November 2020
Sebuah asosiasi ulama yang kuat di kota Qom, Iran juga mendesak pemerintah untuk mengutuk Macron.
Koran garis keras Iran Vatan-e Emrooz menggambarkan Macron sebagai iblis dan memanggil presiden Perancis itu dengan sebutan Setan dalam sebuah kartun yang terpampang di halaman depan koran pada Selasa.
Selain Iran, Parlemen Pakistan mengeluarkan resolusi yang mengutuk penerbitan kartun nabi.
Pada hari Selasa, puluhan orang di kota pelabuhan selatan Karachi memprotes penolakan Perancis untuk mengutuk publikasi kartun tersebut.
Baca juga: Tak Ikuti Surat Edaran Menaker, Ganjar Pranowo Naikkan UMP Jawa Tengah 3,27 Persen
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang Macron dan kemudian membakar patung presiden Perancis itu.

Di Arab Saudi, media Saudi Press Agency yang dikelola negara pada Selasa mengeluarkan pernyataan dari Kementerian Luar Negeri yang mengatakan bahwa kerajaan "menolak setiap upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme, dan mencela kartun ofensif nabi.
"Ulama Saudi telah mengutuk karikatur itu namun juga mengutip bahwa umat perlu meneladani perilaku Nabi Muhammad yang "penuh kasih, adil dan toleran" dengan sebagian ulama terkemuka lainnya meminta umat Islam untuk tidak bereaksi berlebihan.
Baca juga: Jadikan Beyonce dan Shakira Sebagai Role Model, Novia Bachmid Bermimpi Gelar Konser Tunggal di SUGBK
Di negara teluk Arab, Qatar juga mengutuk adanya penerbitan kartun Nabi Muhammad dan menyebut hal itu sebagai "peningkatan dramatis retorika populis yang memicu pelecehan agama".
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah mengatakan bahwa ujaran yang menghasut memicu seruan berulang kali yang menargetkan hampir 2 miliar Muslim di seluruh dunia melalui pelanggaran yang disengaja terhadap sosok Nabi Muhammad dan telah menyebabkan peningkatan permusuhan terhadap Muslim.
Protes juga telah diadakan baru-baru ini di Irak, Turki, di Jalur Gaza dan di daerah oposisi di barat laut Suriah yang dikendalikan oleh pemberontak yang didukung Turki.
Di Timur Tengah, toko Kuwait telah menarik yogurt Perancis, keju, dan botol air soda dari rak mereka, Universitas Qatar membatalkan pekan budaya Perancis, dan seruan untuk menjauh dari jaringan toko bahan makanan Carrefour milik Perancis yang menjadi tren di media sosial Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Baca juga: Tetap Rutin Berlatih, Ini Harapan Manajer Persikota Tangerang
Orang Irak Bakar Bendera Perancis Saat Perayaan Maulid Nabi
Kemarahan atas sikap Presiden Perancis Emmanuel Macron soal kartun Nabi Muhammad membuat beberapa warga Irak membakar bendera negara Perancis di ibu kota Baghdad, Rabu (28/10/2020).
Momen itu bersamaan dengan peringatan kelahiran sang nabi besar, Muhammad Saw di Masjid Abu Hanifa, Azamiyah, Baghdad.
Di dalam perayaan yang semestinya menjadi sakral itu para jemaah berkumpul di luar masjid, menginjak-injak foto presiden Emmanuel Macron dan membakar bendera Perancis, seperti dikutip Associated Press (AP).
Baca juga: MSI Record Kucurkan Miliaran Rupiah untuk Project Solo Ruri Wantogia, Bagaimana Nasib Band Repvblik?
Salah satu jemaah berkata, "Kami mencela apa yang dilakukan presiden Perancis, tindakannya menghina Nabi Saw.

Kami berharap Islam dan terutama dunia Arab memboikot produk Perancis karena telah menghina Nabi Saw."
Negara-negara mayoritas muslim di seluruh dunia telah marah atas penolakan Macron pekan lalu untuk mengutuk publikasi atau tampilan karikatur Nabi Muhammad.
Masalah tentang karikatur Nabi Muhammad kembali mencuat dalam beberapa hari terakhir setelah kasus pemenggalan mengerikan di dekat Paris yang menimpa seorang guru.
Baca juga: Mantan Kepala BNPT Setuju TNI Dilibatkan Tangani Terorisme, tapi 3 Hal Ini Harus Dilakukan
Guru itu, Samuel Paty sebelum dibunuh dengan tragis, mengajar kelas kebebasan berpendapat dan menunjukkan karikatur Nabi Muhammad terbitan Charlie Hebdo.
Pembunuhnya, imigran dari Chechnya, Rusia, Abdoullakh Anzorov yang masih berusia 18 tahun langsung ditembak mati oleh polisi Perancis.
Sejak kematiannya, Samuel Paty digembar-gemborkan sebagai simbol cita-cita sekuler Perancis yang kokoh dan menolak interupsi agama di ruang publik.
Baca juga: Turki Diguncang Gempa Dahsyat Dipicu Aktivitas Sesar Sisam di Laut Aegea, Ini Sejarahnya
Macron dan anggota pemerintahannya telah berjanji untuk terus mendukung karikatur yang dilindungi oleh kebebasan berekspresi itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kontroversi Kartun Nabi Muhammad, Iran Tampilkan Presiden Perancis seperti Iblis",