Virus Corona

Steroid Dinilai Mampu Kurangi Tingkat Kematian Pasien Virus Corona, Apa itu? Berikut Hasil Studinya

Sebuah obat steroid dinilai mampu mengurangi tingkat kematian pasien virus corona atau Covid-19 terparah.

Editor: PanjiBaskhara
Istimewa
Ilustrasi virus corona 

Menurut profesor statistik medis dan epidemiologi di Universitas Bristol Inggris yang turut dalam analisis, Jonathan Sterne, steroid merupakan obat yang murah dan mudah didapat.

"Dan analisis kami memastikan bahwa steroid efektif dalam mengurangi kematian di antara orang yang paling parah terkena Covid-19," ujar dia.

Ia menambahkan, uji coba yang dilakukan para peneliti di Inggris, Brasil, Kanada, China, Perancis, Spanyol, dan Amerika Serikat, memberikan hasil yang konsisten.

Infografik: Daftar Prioritas Penerima Vaksin Covid-19 (KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

Penelitian menunjukkan obat bermanfaat bagi pasien kondisi parah tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau berapa lama pasien sakit.

Temuan yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association ini perkuat hasil yang dipuji sebagai terobosan besar pada Juni lalu.

Itu terjadi saat deksametason menjadi obat pertama yang terbukti mampu kurangi tingkat kematian di antara pasien Covid-19 dalam kondisi sakit parah.

Sejak saat itu, deksametason telah digunakan secara luas di bangsal perawatan intensif yang merawat pasien infeksi virus corona di beberapa negara.

Seorang profesor kedokteran dan epidemiologi di Universitas Oxford, Martin Landry, yang terlibat mengerjakan uji coba deksametason angkat bicara.

Ia mengatakan, hasil penelitian ini mengartikan dokter rumah sakit di seluruh dunia dapat dengan aman beralih menggunakan obat-obatan ini untuk menyelamatkan nyawa.

Sampai temuan mengenai deksametason pada Juni tersebut, tidak ada pengobatan efektif yang terbukti mengurangi tingkat kematian pada pasien dengan Covid-19.

Di sisi lain, remdesivir Gilead Sciences Inc, pada Mei telah diizinkan regulator Amerika Serikat untuk digunakan pada pasien Covid-19 yang sakit parah.

Hal itu dilakukan setelah data percobaan menunjukkan obat antivirus membantu persingkat waktu pemulihan di rumah sakit.

Seorang profesor Imperial College London, Anthony Gordon, yang turut dalam analisis, mengatakan hasilnya menjadi kabar baik bagi pasien Covid-19 dalam kondisi kritis.

Namun tidak akan cukup mengakhiri wabah atau memudahkan tindakan pengendalian infeksi.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved