Hoaks

Warganet Ramai Bahas Rekaman Anak Krakatau Meletus dan Gempa 8 SR, BMKG: Itu Hoaks Jangan Dipercaya!

Warganet memperbincangkan munculnya sebuah rekaman suara yang menyatakan bahwa akan ada gempa bermagnitudo 8 Skala Richter dari Anak Gunung Krakatau.

Editor: Lucky Oktaviano
Dok. Twitter Dr. Devy Kamil Syahbana @volcanohawk
Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020 malam. Gunung Anak Krakatau Meletus, Abu Tebal Menyembur hingga Pulau Sebesi. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Warganet memperbincangkan munculnya sebuah rekaman suara yang menyatakan bahwa akan ada gempa bermagnitudo 8 Skala Richter.

Gempa besar itu katanya diakibatkan adanya letusan Gunung Anak Krakatau.

Dalam rekaman yang jadi perbincangan warganet dan viral di grup WhatsApp ini terdengar suara pria yang mengaku bernama Andre.

Di dalam rekaman itu Andre mengaku mendapatkan berita adanya ancaman gempa itu dari BMKG.

HEBOH Suara Dentuman di Wilayah Jakarta pada Minggu Malam, Ini Penjelasan Lengkap BMKG

Menyangkut viralnya rekaman itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa informasi adanya gempa karena letusan Gunung Anak Krakatau adalah hoaks.

Berita atau isi rekaman suara itu menurut BMKG tidak patut dipercaya oleh masyarakat luas.

"Rekaman berita bohong ini sebenarnya sudah pernah beredar sebelumnya, sehingga tidak perlu ditanggapi karena sengaja disebarkan ulang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dengan tujuan menciptakan kecemasan dan kepanikan masyarakat," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam pernyataan yang diterima Tribun Network, Sabtu (3/10/2020) malam.

Terkait kabar bohong itu masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak meneruskan rekaman berita bohong tersebut kepada pihak lain agar mata rantai penyebaran berita bohong terputus dan berhenti.

Dampak Meletusnya Gunung Anak Krakatau Dirasakan Pengaruhnya Sampai ke Luar Negeri

Rahmat menjelaskan untuk mendapatkan informasi terkait aktivitas gunung api masyarakat dapat menghubungi lembaga yang berwenang, yaitu Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM.

Sementara itu untuk mendapatkan informasi terkait aktivitas gempa tektonik, pastikan masyarakat mendapat informasi dari lembaga yang berwenang, yaitu BMKG.

"Hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan, dimana, dan berapa besar kekuatan/magnitudo gempa bumi akan terjadi," katanya.

GUNUNG Anak Krakatau Ternyata 12 Kali Meletus Selama 2020, Akankah Terjadi Ledakan Dahsyat Lagi?

Oleh karena itu Rahmat mengimbau masyarakat untuk tidak percaya dengan ramalan gempa bumi yang viral di media sosial.

Beberapa waktu lalu, BMKG mengaku sudah melakukan modelling terkait ancaman gempa megathrust yang berpotensi memunculkan gelombang tsunami setinggi 20 meter di selatan Pulau Jawa.

Hal itu didasarkan adanya penelitian oleh para ilmuwan di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dalam modelling yang dibuat BMKG tersebut, gelombang tsunami hanya butuh waktu 20 menit untuk mencapai ke daratan.

"Tergantung sumber gempa sendiri, kalau jarak episentrumnya jauh lebih dari 200 kilometer lebih ya mungkin lama."

"Tapi kalau episentrumnya tidak jauh dari pantai, mungkin 20 menit sudah sampai ke daratan," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, saat berbincang dengan Tribun, Jumat (25/9/2020).

Menurut Rahmat, modelling yang dilakukan BMKG tersebut sudah dilakukan sejak dahulu kala.

Mbah Rono Sinyalir Suara Dentuman Semalam Berasal dari Letusan Anak Krakatau? Begini Penjelasannya

Modelling tersebut berdasarkan sejarah dan catatan kejadian masa lampau di titik-titik gempa megathrust.

"Adanya modelling yang dilakukan itu sudah berdasarkan catatan sejarah masa lampau," ujar Rahmat.

Karena itu, lanjutnya, BMKG meminta semua pihak menyikapi potensi ancaman gempa dan tsunami besar tersebut secara bijak.

Sebab, wilayah Indonesia, kata dia, memang memiliki potensi bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami.

Karena, dikelilingi lempeng tektonik mulai dari Barat Sumatera, Simeuleu, Nias, Enggano, lalu masuk ke Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua.

"Papua juga kan bisa terancam tsunami kalau ada gempa besar di Jepang, Amerika Latin."

"Tapi itu sampainya kan lama, 13 jam lebih, 24 jam lebih kalau dari Amerika Latin, dari Cile."

"Beda dibandingkan tsunami di selatan Jawa yang hanya dalam hitungan menit sudah sampai, " papar Rahmat.

Gunung Anak Krakatau Meletus: Ungkap Dasyatnya Letusan Krakatau 1883 dengan Misteri Pulau Atlantis

Gempa megathrust dan ancaman tsunami 20 meter ini, lanjut Rahmat, juga baru prediksi menggunakan data-data yang akurat, dan catatan sejarah masa lampau.

Memang, kata Rahmat, gempa dan gelombang tsunami tidak bisa diprediksi kapan datangnya.

"Justru yang di Palu kita belum pernah prediksi malah terjadi," cetusnya.

Rahmat juga mengapresiasi hasil prediksi dan penelitian dari para ilmuwan ITB tersebut.

Ia berharap nantinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan sistem early warning dalam hal kebencanaan. 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul  Viral Rekaman Suara Sebut Ada Gempa 8 SR Karena Letusan Krakatau, BMKG: Hoaks!. Penulis: Willy Widianto

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved