Berita Politik
Dahnil Anzar Simanjuntak Sentil Said Didu yang Dinilai Diskreditkan Orang Parpol
Dahnil melihat cuitan tersebut sebagai 'ajang membanggakan diri' seorang Said Didu dengan menjatuhkan orang lain yang bergabung di dalam partai politi
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Dahnil Anzar Simanjuntak, Kader Gerindra yang juga Juru Bicara Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, memberikan nasihat kepada Muhammad Said Didu yang dianggap terlalu membanggakan dirinya.
Kritik diberikan oleh Dahnil lantaran Said Didu dinilai terlalu membanggakan dirinya sendiri dan mendiskreditkan pihak lain, terutama orang-orang bergabung dalam partai politik.
Said Didu awalnya membuat cuitan bahwa dirinya kerap diajak bergabung dengan partai politik.
Namun, Said Didu belum berminat.
• Partai Gelora Dukung Anak-Menantu Jokowi, Fahri Hamzah dan Said Didu Debat soal Dinasti Politik
Alasannya, menurut dia, ia tidak ingin menggadaikan prinsipnya dengan para cukong dan pimpinan partai politik.
"Banyak pihak membujuk saya masuk partai. Jawaban saya : 'Mental saya belum siap menggadaikan dan mendegradasi prinsip hidup saya demi kepentingan pimpinan parpol dengan cukongnya," tulis Said Didu dikutip Wartakotalive.com, Minggu (20/9/2020).
• Kenang Kejamnya Pemberontakan PKI di Madiun 18 September 1948, Fadli Zon: Kiai Diculik dan Dibantai
Pernyataan Said Didu mendapatkan dukungan dari sejumlah warganet.
Menurut warganet, tidak sedikit dijumpai orang-orang yang sebelumnya kritis lalu menjadi bungkam atau bahkan 'menjual' idealismenya ketika sudah masuk ke partai politik.
Namun, banyak juga yang tidak sependapat dengan pernyataan Said Didu tersebut.
Dikatakan, tidak semua orang partai seperti apa yang Said Didu gambarkan.
Salah satu satu kritik datang dari Dahnil Anzar.
• Bela Ahok yang Diserang usai Bongkar Borok Direksi Pertamina, Teddy Gusnaedi: Kok Ada yang Marah?
• Terdepak dari Jabatan Waketum Gerindra, Ini yang Akan Dilakukan Arief Poyuono
Ia melihat cuitan tersebut sebagai 'ajang membanggakan diri' seorang Said Didu dengan menjatuhkan orang lain yang bergabung di dalam partai politik.
"Bang Said yang saya hormati ini namanya meninggikan diri selangit, sambil merendahkan orang yang bersikap berbeda. Tidak semua yang masuk partai seperti yang abanganda tuduhkan," tulis Dahnil Anzar.
"Biarlah kehebatan dan kemuliaan abang itu orang dan Allah SWT yg menilai. Terimakasih," imbuhnya.
Said Didu berdebat dengan Fahri hamzah
Sebelumnya, Muhammad Said Didu dan Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah terlibat perdebatan terkait dinasti politik.
Berawal saat Fahri Hamzah mencibir orang-orang yang meledek Partai Gelora, termasuk dirinya, soal dukungan terhadap anak Presiden Jokowi Gibran Rakabuming di Pilwalkot Solo dan Bobi Nasution di Pilawalkot Medan.
Orang-orang tersebut mengkritik langkah Partai Gelora, sebagai partai baru, dan menudingnya ingin 'main aman' dengan mendukung anak-menantu Presiden Jokowi.
Sementara itu, Fahri Hamzah menyebut, tidak ada dinasti politik di negara demokrasi. Proses politik di negara demokrasi tak menjamin siapapun untuk menang.
• Kenang Kejamnya Pemberontakan PKI di Madiun 18 September 1948, Fadli Zon: Kiai Diculik dan Dibantai
• Pelajaran Sejarah Terancam Dihapus, JJ Rizal: Dasar Rezim Hipokrit!

"Dalam negara demokrasi tidak akan terjadi dinasti politik sebab kekuasaan demokratis tidak diwariskan melalui darah secara turun temurun. Tapi dia dipilih melalui prosesi politik, orang yang masuk prosesi politik itu, belum tentu menang dan belum tentu juga kalah," kata Fahri, Jumat (18/9).
Fahri bilang satu-satunya dinasti politik yang ada di Indonesia saat ini adalah Dinasti Hamengkubowono di Yogyakarta. Idealnya, menurut dia, dinasti itu hanya sebagai simbol, tak perlu mendapat jabatan publik setingkat gubernur.
Mantan Wakil Ketua DPR itu mengaku telah mengajak debat orang-orang yang menuding Gelora melanggengkan dinasti politik karena mendukung anak dan mantu Presiden Joko Widodo. Fahri menilai kelompok tersebut tidak paham konsep politik dinasti.
"Akhirnya jadi percakapan di pingggir jalan, percakapan orang yang tidak berkualitas. Jadi orang bodoh itu, tidak hanya di istana, tapi juga di pinggir jalan karena tidak berkualitas," ucapnya.
• Rekonstruksi Pembunuhan Manajer HRD, dengan Mengancam Pelaku Minta Nomor Pin ATM Korban
• Bandar Narkoba Terpidana Mati Asal Cina Kabur dari Tahanan Lapas Tangerang dengan Cara Gali Lubang
Respon Said Didu
Membaca statemen Fahri Hamzah, Said Didu memberikan respon.
Said Didu, yang selama ini dikenal dekat dengan Fahri, mengaku punya pandangan lain tentang dinasti politik.
"Bung @Fahrihamzah, saya tetap berpemdapat bahwa penguasa yang mencalonkan keluarganya utk posisi jabatan politik saat masih berkuasa adalah jalan menuju dinasti politik," tulis Said Didu di akun Twitternya, Jumat.
"Biarlah saya dan yg berpendapat demikian anda cap sebagai orang bodoh. Selamat dengan arah barunya," imbuhnya.
Sementara itu, Fahri membalas komentar dari Said Didu.

Fahri kembali menegaskan, proses pemilu tidak bisa disamakan dengan dinasti.
"Pertama itu teknis di lapangan, tidak terkait kerajaan atau dinasti. Kedua, dinasti itu pewarisan kekuasaan melalui darah. Sementara ini kan pemilu. Ada kemungkinan menang dan kalah. Santai aja, jangan tegang menghadapi pilkada. Ini demokrasi lokal yang biasa," jelas Fahri.
Di sisi lain Fahri mengakui, dia memang pernah mengkritik Gibran apabila maju pilkada bakal merusak reputasi Jokowi sebagai ayahnya.
• Bela Ahok yang Diserang usai Bongkar Borok Direksi Pertamina, Teddy Gusnaedi: Kok Ada yang Marah?
"Saya pernah kritik Gibran, kalau maju pilkada bisa berakibat ke arah reputasi bapaknya. Sekarang terbukti rame kan. Tapi, tetaplah itu tidak mengubah makna teoritis terminologi dinasti yang terkait dengan pewarisan dengan darah. Pilkada bukan pewarisan darah. Pilkada bukan dinasti," jelasnya.
Menurut Fahri, dalam tradisi dinasti, pewaris kerajaan tidak mengambil resiko kalah menang.
"Dalam pilkada, peserta pilkada punya peluang kalah dan menang. Calon mengambil resiko. Tapi biar saja orang mengambil resiko. Anak pak jokowi dan anak pak makruf mengambil resiko," tulisnya.
• Said Didu Prihatin Anies Baswedan Diserang Buzzer hingga Dijegal Pemerintah Pusat terkait PSBB Total
"Dalam pilkada kalau gak suka dengan kandidat, kalahkan di kotak suara. Itu caranya. Saya mendengar banyak anak pejabat yang kalah. Di kota Makassar pernah kotak kosong mengalahkan kandidat yang di-backup oleh para pejabat tinggi di republik ini. Rakyat memilih kotak kosong," Fahri menandaskan.