Kabar Artis
Olga Lydia Sebut Jakob Oetama Banyak Berikan Inspirasi, Membuat Masa Kecilnya Luar Biasa
Olga merasa Jakob Oetama membuka wawasannya lewat buku-buku yang diterbitkan di Kompas Gramedia.
Penulis: Arie Puji Waluyo | Editor: Feryanto Hadi
Apalagi, Jakob kemudian bekerja sebagai sekretaris redaksi majalah Penabur sejak 1956.
Di majalah mingguan itu dia melaksanakan pekerjaan pemimpin redaksi, yang membuat pengetahuannya semakin kaya di bidang jurnalistik.
Persimpangan pilihan untuk meninggalkan profesi guru semakin terlihat nyata.
Setelah lulus B-1 Sejarah dengan nilai rata-rata 9, Jakob direkomendasi untuk memperoleh beasiswa di University of Columbia, New York, Amerika Serikat.
Rekomendasi itu diberikan oleh salah satu guru sejarahnya yang juga pastor Belanda, Van den Berg SJ. Arahannya, Jakob akan mendapat gelar Ph.D dan kelak menjadi sejarawan.
Dengan menjadi sejarawan, minat Jakob dalam hal menulis akan semakin dapat disalurkan.
Tawaran yang bergengsi, mengingat universitas itu merupakan salah satu kampus bergengsi yang masuk jajaran Ivy League, salah satu dari delapan kampus top di AS.
Di tengah keraguan itu, menurut Jakob, dia pun melamar sebagai dosen di Universitas Parahyangan, Bandung, Jawa Barat.
Lamaran diterima, pihak universitas malah juga menyiapkan rumah dinas di Bandung.
Tidak hanya itu Unpar juga akan memberi rekomendasi, setelah beberapa tahun mengajar Jakob dapat menyelesaikan Ph.D di Universitas Leuven, Belgia.
"Antara mengajar sebagai dosen atau menjadi wartawan, dua alternatif yang sama-sama menarik," kenang Jakob.
"Guru sudah banyak..." Jakob Oetama kemudian menentukan pilihannya saat berbicara dengan Pastor JW Oudejans OFM. Pastor Oudejans disebut Jakob sebagai orang di balik Penabur.
Suatu ketika, Pastor Oudejans bertanya, profesi apa yang ingin ditekuni Jakob. Dengan yakin, Jakob pun menjawab, "Jadi dosen".
Namun, Oudejans memberikan sebuah pernyataan yang mengubah pandangan Jakob ketika itu.
"Jakob, guru sudah banyak, wartawan tidak."