Virus corona
Giliran IDI Menentang Rencana Pembukaan Bioskop di Jakarta, Khawatir Malah Munculkan Klaster Baru
IDI mengingatkan pemerintah agar mengkaji secara matang rencana pengoperasian kembali bioskop di pusat-pusat perbelanjaan di wilayah DKI Jakarta.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Rencana membuka kembali bioskop di Jakarta memperoleh banyak tantangan hingga penolakan
Terbaru, Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) mengingatkan pemerintah agar mengkaji secara matang rencana pengoperasian kembali bioskop di pusat-pusat perbelanjaan di wilayah DKI Jakarta.
Pasalnya, pembukaan bioskop dikhawatirkan justru hanya akan memunculkan klaster penyebaran Covid-19 baru di tengah upaya pengendalian Covid-19 oleh pemerintah.
• Anies Berencana Buka Bioskop di Tengah Kasus Harian Covid-19 di Jakarta Tertinggi Tembus 820 Orang
• Jika telah Buka, Anak di Bawah 12 Tahun dan Lansia Disarankan Tidak Nonton Bioskop di Jakarta
Ketua Satuan Tugas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban mengatakan, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memulai kegiatan operasional bioskop.
Sebab, penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi.
"Boro-boro menurun, kita sekarang masih banyak kan. Kemarin itu 2.300-an lebih (bertambahnya)," kata Zubairi kepada Kompas.com, Kamis (27/8/2020).
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, akumulasi kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 162.884 kasus per 27 Agustus.
Jumlah ini bertambah 2.719 kasus dibandingkan sehari sebelumnya.
• RCTI Trending soal Gugatan UU Penyiaran, Kominfo: Publik Terancam Tak Bebas Live di Medsos
Wilayah DKI yang menurut rencana akan menjadi provinsi pertama yang membuka bioskop, mencatat penambahan 760 kasus dalam sehari.
Sehingga, akumulasi kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 36.213 kasus.
Zubairi berpendapat, motif ekonomi lebih kental terasa, alih-alih peningkatan imunitas kesehatan masyarakat di dalam wacana pembukaan bioskop ini.
Sebab, bila tujuan utama pemerintah adalah untuk meningkatkan imunitas yang diperoleh dengan cara menonton film, sebenarnya ada cara lain untuk mendapatkan imunitas tersebut.
• Hati-hati Uang Palsu Kembali Beredar, Ditemukan Dua Kasus Dalam Sepekan di Jakarta Timur
"Olahraga minimal 150 menit per minggu, artinya 30 menit per hari atau satu jam per hari itu berarti tiga kali seminggu diimbangi dengan pola makan, konsumsi sayur dan buah-buahan," ucapnya.
Namun, jika pemerintah bersikeras menjadikan kebahagiaan sebagai salah satu cara meningkatkan imunitas, maka ada pilihan lain bagi masyarakat dalam menonton, yaitu dengan mengakses platform penyedia layanan film daring.
Dengan demikian masyarakat tidak perlu datang ke bioskop untuk mencari kebahagiaan sehingga imunitas mereka meningkat.
Potensi penularan tinggi Zubairi sepakat bahwa menonton film memang akan meningkatkan kebahagiaan masyarakat.
• Majelis Lucu Indonesia Siap Rilis Aksi Komika dalam Bentuk Digital Download
Namun, perasaan senang yang dialami belum tentu akan meningkatkan imunitas tubuh.
Selain itu, tidak ada jaminan bahwa perasaan senang dapat mencegah seseorang dari tertular virus corona.
"Malah menonton bioskop itu bisa meningkatkan potensi penularan," kata dia.
Ruangan bioskop yang tertutup dan bersuhu dingin dikhawatirkan justru akan mempercepat penularan virus corona.
Sekalipun, pemerintah berencana mengatur operasionalisasi bioskop dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, seperti membatasi jumlah penonton di dalam satu ruangan dan menerapkan jarak antar penonton.
Zubairi pun mengingatkan pemerintah agar belajar dari pengalaman sebelumnya ketika melonggarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan membuka kembali perkantoran.
Meski ada protokol kesehatan yang membatasi jumlah karyawan yang boleh masuk kantor, pada kenyataannya tidak sedikit perkantoran yang justru menjadi klaster penyebaran Covid-19.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada akhir Juli lalu mencatat paling tidak terdapat 68 perkantoran di DKI Jakarta yang menjadi klaster penyebaran Covid-19.
Terbaru, klaster penyebaran Covid-19 diketahui berada di pabrik LG yang berada di kawasan MM 2000 Industri Cikarang, Bekasi.
Tak kurang dari 242 orang dinyatakan positif Covid-19 setelah satu orang meninggal dunia akibat Covid-19 pada 19 Agustus lalu.
Oleh karena itu, Zubairi berpendapat bahwa pembukaan bioskop lebih didasari pada motif ekonomi dibandingkan faktor kesehatan semata.
Ia menjelaskan, penutupan bioskop sebagai ekses dari pandemi Covid-19, tak hanya berdampak pada bisnis bioskop itu sendiri, melainkan juga industri perfilman secara menyeluruh.
Dampak ini tak hanya dirasakan di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri.
"Coba saja masukkan kata 'cinema', 'covid', 'wiki' di Google, di sana akan keluar datanya. Ternyata itu bisnis billion dollar. Sekarang itu ruginya banyak," ucapnya.
Di Indonesia sendiri, bioskop, pusat perbelanjaan, dan sejumlah fasilitas publik lainnya, sudah berhenti beroperasi sejak April 2020.
Namun secara bertahap, pemerintah akhirnya mengevaluasi dan melonggarkan kebijakan PSBB pada Mei 2020.
Akibatnya, pusat perbelanjaan sudah dapat beroperasi pada pertengahan Juni 2020.
Namun demikian, hal itu belum berlaku untuk bioskop. Bioskop masih tutup hingga saat ini. Itu berarti paling tidak sudah empat bulan bioskop tidak beroperasi.
Meski begitu, Zubairi mengingatkan, agar rencana pembukaan bioskop ditunda untuk sementara waktu agar laju pertumbuhan Covid-19 di Indonesia dapat terkendali dengan baik.
"Lebih baik mencegah, daripada mengobati," kata dia.
Penundaan ini, imbuh dia, sebaiknya dilakukan hingga pemerintah telah benar-benar telah memiliki vaksin yang teruji ampuh dapat mencegah penularan Covid-19 dan memulai program vaksinasi untuk masyarakat.
Ditolak DPRD
Sebelumnya Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Fraksi PAN Zita Anjani meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membatalkan pembukaan bisokop di Jakarta.
Bila alasan bioskop dibuka karena persoalan ekonomi, dinilai Zita Anjani masih banyak cara yang bisa ditempuh pemerintah demi mendongkrak perekonomian warga.

Di antaranya dana stimulus kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan sebagainya.
“Saya berharap pak Anies bisa menahan diri dengan tidak membuka bioskop, karena sekarang bukan waktu yang tepat,” kata Zita Anjani berdasarkan keterangan yang diterima pada Kamis (27/8/2020).
Zita Anjani mengatakan, persoalan bioskop di tengah wabah Covid-19 jangan dibenturkan dengan perekonomian di Jakarta.
Dibanding ekonomi, kesehatan masyarakat nomor satu karena begitu meninggal dunia mereka tidak akan bisa dihidupkan kembali.
“Kalau ekonomi, pemerintah masih punya banyak cara untuk siasati itu,” ujar Zita Anjani.
Kata dia, Pemprov DKI beserta masyarakat sedang berperang untuk mengalahkan wabah Covid-19.
Apalagi positivity rate (temuan kasus baru dari pengetesa) masih naik 9,8 persen atau lebih tinggi dibanding yang ditetapkan WHO sebesar lima persen.
“Jadi, ini cara berpikir yang salah menurut saya. Katanya bassed on data, tapi data yang ada tidak sinkron dengan kebijakan yang dibuat,” kata dia.
“Sebetulnya buka bioskop sah-sah saja, tapi di saat angkanya lagi naik, tidak bisa kita paksakan untuk buka"
"Saya paham ini kepentingannya untuk apa, tapi nyawa rakyat tidak bisa jadi pilihan kedua, itu amanat konstitusi kita,” tambahnya.
Zita mengaku sudah menyaksikan sendiri betapa bahayanya virus Covid-19 kalau sudah menular.
Bahkan sanak saudara dan beberapa temannya ada yang meninggal dunia akibat Covid-19.
“Sekarang mau berapa nyawa lagi yang harus dikorbankan demi kepentingan ekonomi?"
"Kalau ingin warga imunnya naik karena bahagia nonton film, tayangkan saja di stasiun televisi, biar semuanya nonton di rumah masing-masing,” ungkap dia.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan bioskop di Ibu Kota akan kembali dibuka dalam waktu dekat.
Hal itu dikatakan Anies usai berkonsultasi dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur pada Rabu (26/8/2020) pagi.
“Kesimpulan dari pertemuan tadi adalah, dalam waktu dekat ini kegiatan bioskop di Jakarta akan dibuka"
"dan protokol kesehatan akan ditegakkan lewat regulasi yang detail,” kata Anies saat jumpa pers melalui kanal YouTube BNPB pada Rabu (26/8/2020).
Empat Jenis Masker yang Dipakai Saat di Bioskop
Diketahui, ada empat jenis masker yang dipakai di bioskop.
Terkait jenis masker untuk di bioskop dijelaskan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.
Disarankan, agar warga pakai masker tingkat filtrasinya setara atau lebih baik dari masker bedah.
Imbauan ini menyusul dengan rencana pemerintah izinkan industri bioskop beroperasi di Jakarta.
“Hal ini untuk memastikan bahwa tidak terjadi potensi penularan antar pengunjung,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Bakti Bawono Adisasmito via siaran YouTube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (26/8/2020).
Dalam paparannya, Wiku menjelaskan ada empat jenis masker yang dapat dipakai untuk menghindari penularan Covid-19.
Di antaranya masker kain dengan performa setara masker bedah, masker N95, masker KN95 dan masker bedah.
Wiku mengatakan, pihaknya telah membuat kajian mengenai protokol kesehatan untuk menghadapi pembukaan bioskop di Ibu Kota.
Kajian itu telah disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Rabu (26/8/2020) pagi.
“Kami dari tim pakar Satgas Penanganan Covid-19 telah membuat beberapa kajian selama beberapa minggu terakhir terhadap kemungkinan pembukaan bioskop dan sinema"
"Tentunya, dengan mempertimbangkan berbagai hal yang penting terutama dari aspek kesehatan, dari aspek sosial, dan aspek ekonomi,” ujar Wiku.
Menurutnya, bioskop dan sinema memang memiliki karakteristik dan kontribusi penting, terutama dalam memberikan hiburan kepada masyarakat.
Soalnya imunitas masyarakat juga bisa meningkat karena bahagia atau suasana mental fisik dari para penonton dan masyarakatnya yang juga ditingkatkan.
“Bioskop sinema salah satu kontributor untuk itu dalam rangka menghadapi Covid-19,” jelasnya.
Meski begitu, kata dia, ada beberapa beberapa pertimbangan dari sisi kesehatan yang perlu diperhatikan dengan ketat dalam rangka pembukaan bioskop dan sinema di Indonesia.
Dari Satgas, kata dia, pembukaan sebuah kegiatan sosial ataupun ekonomi itu perlu melalui suatu proses yang cukup panjang.
Pertama harus melakukan pra-kondisi, di mana pemerintah dan pengelola memastikan kesiapan fasilitas berserta pendukungnya saat beroperasi.
Di sisi lain, pemerintah juga harus memastikan bahwa pengunjung harus tetap mengikuti protokol Covid-19.
“Kedua juga harus melihat dari aspek timing (waktu yang tepat), kapan itu dibuka"
"Tentunya tidak semua sama waktunya untuk memastikan bahwa setiap yang dilakukan betul-betul dengan perhitungan yang sangat matang,” ungkap dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Covid-19 Tinggi, IDI Ingatkan Bukan Saat yang Tepat Buka Bioskop",