Pandemi Mengubah Gaya Hidup Masyarakat, Perusahaan Perlu Bertransformasi

Strategi ini perlu dilakukan dalam dua tingkatan, yakni melalui komunikasi intens kepada konsumen via platform digital

Editor: Agus Himawan
Istimewa
Seorang petugas kebersihan melakukan penyemprotan disinfektan di area TangCity Mall, Kota Tangerang, sebagai antisipasi penyebaran virus corona, Jumat (13/3/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -  Di masa pandemi Covid-19, perusahaan selaku penyedia barang dan jasa dinilai perlu melakukan beberapa adaptasi agar tidak ditinggalkan pasar. Apalagi virus corona yang mewabah mengubah gaya hidup masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

Pengamat konsumen dan pakar marketing Yuswohady mengatakan, perusahaan perlu melakukan transformasi digital untuk menangkap tren digitalilsasi di tengah masa pandemi. Hal ini terutama berlaku bagi perusahaan pada sektor-sektor yang aktivitas usahanya banyak melibatkan kontak langsung dengan konsumen.

Di Masa Pandemi, Perusahaan Farmasi Fokus Menjual Produk yang Berkaitan dengan Covid-19

Lukisan Mural Bertema Keberagaman di Flyover Rawa Panjang Memotivasi Masyarakat Hidup Berdampingan

“Misalnya bisnis restoran, sebaiknya mulai gencar menyediakan layanan pesan antar, karena konsumen sudah kini agak takut-takut untuk datang langsung,” kata Yuswohady, Minggu (9/8/2020).

Selain melakukan transformasi digital, sambung Yuswohady, perusahaan juga memiliki pekerjaan rumah untuk meyakinkan konsumen bahwa perusahan yang bersangkutan telah mengikuti dan menerapkan protokol kesehatan pencegahan corona dalam melakukan kegiatan usaha.

Strategi ini perlu dilakukan dalam dua tingkatan, yakni melalui komunikasi intens kepada konsumen via platform digital seperti sosial media dan lain-lain, serta melalui pengalaman yang diberikan ketika konsumen mengonsumsi produk barang ataupun jasa secara langsung.

“Saat ini, prioritas konsumen, terutama yang menengah atas dalam berbelanja produk adalah safety dan higienitasnya dulu, jadi artinya kalau misalnya konsumen mau makan di restoran, maka yang pertama dilihat adalah apakah restorannnya sudah mengikuti protokol kesehatan atau tidak,” terang Yuswohady.

Eldar Hasanovic Merasa Gila Tanpa Bola dan Mateo Bustos Lewati Hari Berlatih di Argentina

Pemasukan Pajak Merosot Tajam Imbas Pandemi Covid-19, Target PAD Kota Bekasi pun Turun Rp 1 Triliun

Selain melakukan upaya transformasi digital dan komunikasi intensif, perusahaan juga dinilai perlu mengatur ulang komposisi produk-produk yang dijual. Pengamat Strategi Korporasi dari Universitas Bina Nusantara Asnan Furinto menyebutkan, daya beli masyarakat yang melemah di masa pandemi juga memengaruhi pertimbangan konsumen dalam memilih produk.

Aspek kegunaan

Menurutnya, di tengah kondisi yang serba sulit, konsumen akan cenderung memilih produk berdasarkan aspek kegunaannya ketimbang aspek kebanggaan atau prestige. Dengan cara pandang ini, semisal konsumen ingin membeli kendaraan, maka konsumen akan memilih kendaraan yang relatif murah, kapasitas cukup besar, nyaman dikendarai, ada jaminan harga jual kembali alih-alih membeli kendaraan premium.

Muhammad Toha Senang Persita Prioritaskan Tangerang Jadi Markas di Liga 1 Indonesia

Ini Gaji Gibran Rakabuming Per Bulan Jika Terpilih Sebagai Wali Kota Solo

Menimbang kondisi pasar tersebut, Asnan menilai bahwa perusahaan penyedia barang dan jasa perlu mengatur ulang komposisi produk.

“Jadi harus ada semacam pengembangan produk atau kombinasi produk dan jasa yang lebih difokuskan kepada kebutuhan dasar, jadi bukan imagenya yang yang diutamakan tapi fungsinya,” kata Asnan, Minggu (9/8/2020).

Di sisi lain, pengamat manajemen sekaligus praktisi pelatihan mini MBA, Daniel Saputra menilai bahwa perusahaan perlu melakukan strategi pemasaran share and sell (2S) di masa pandemi.

Metode Baru Deteksi Dini Kanker dengan Teknologi HY-Gene

Bidang Multimedia Juventus Club Indonesia Sebut Pirlo Perlu Buktikan Diri

Dalam strategi ini, perusahaan perlu melakukan komunikasi intens kepada konsumen dengan membagikan informasi-informasi yang berkaitan dengan produk tanpa mempromosikan produk secara terang-terangan.

Seumpama suatu perusahaan menjual biskuit, maka perusahaan tersebut dapat mengawali komunikasi kepada konsumen dengan membagikan informasi-informasi yang berkaitan dengan biskuit mulai fakta menarik biskuit, kandungan gizi, dan sebagainya, sementara upaya promosi produk baru dilakukan setelah komunikasi intens dilakukan.

“Sekarang ada konsep empathy marketing, sekarang kan orang ketat dalam membelanjakan uangnya, kalau perusahaan langsung sell mana mau konsumen langsung beli,” kata Daniel , Minggu (9/8/2020).

Artikel ini telah tayang di kontan.co.id dengan judul "Perusahaan perlu lakukan adaptasi sesuai perubahan perilaku konsumen di masa pandemi"

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved