Bisnis
Indonesia di Ambang Resesi, Ekonom Menyarankan untuk Meniru Langkah China
Beberapa indikator awal telah menunjukkan kinerja perekonomian RI tak sedang baik-baik saja.
Resesi atau tidak resesi, bukan itu konsennya.
Tapi next-nya yang menjadi konsen kita apa, itu yang harus disiapkan pemerintah.
"Jadi sekalipun resesi, bisa langsung kembali ke (pertumbuhan) positif lagi di kuartal IV," ucap Josua.
Sebelumnya, Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan sejumlah pihak lain mengonfirmasi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di zona negatif alias minus.
• Bambang Pamungkas Kunjungi Bupati Bantul, Persija Dapat Restu Berkandang di Stadion Sultan Agung
Kondisi ini diyakini masih akan berlanjut hingga kuartal III 2020.
"Jadi kita ekspektasi kuartal II itu kontraksi. Saya sampaikan di sini (rentang kontraksi antara) minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen. Titik poin (nilai tengah) minus 4,3 persen," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR RI, Rabu (15/7/2020).
Bank Indonesia (BI) pun memproyeksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 akan mengalami tekanan atau kontraksi dengan tumbuh negatif antara 4 persen hingga 4,8 persen.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, Indonesia saat ini tengah menghadapi masa-masa yang sangat sulit.
• Tujuh Film Baru Hadir di Aplikasi Klik Film Sepanjang Agustus 2020, Berikut Ringkasan Pendeknya
Bahkan, menurut dia, proses pemulihan pun akan berlangsung sangat lambat atau berbentuk huruf U (U-Shape). "
Kuartal II, Kemenkeu (memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia) negatif 4 persen. (Proyeksi) BI kurang lebih angkanya sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen. Itu range kita," ujar Destry dalam konferensi video di Jakarta, Senin (20/7/2020).
"Dengan U-shaped recovery, (pemulihan) relatif lambat," sambung dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Resesi Atau Tidak Resesi, RI Harus Contoh China...", Klik untuk baca: Penulis : Fika Nurul Ulya