Virus Corona
Media Asing Soroti Indonesia yang Sering Ungkap Penelitian Obat Covid-19 Palsu
Ditengah pandemi Covid-19, Indonesia disorot media asing di Amerika dengan adanya banyak pemberitaan pengobatan alternatif
Tetapi Indonesia unik karena populasinya yang besar, geografi yang luas di ribuan pulau dan campuran identitas budaya.
Akan cukup sulit bagi pemerintah untuk mengimplementasikan rencana yang jelas dan terpadu untuk memerangi virus, tetapi masalah telah diperburuk oleh promosi informasi yang kacau dan seringkali berbahaya.
Herbal diklaim
Di Indonesia, ada sejumlah produk yang diklaim maupun masih dikembangkan untuk melawan virus corona ini.
Namun demikian, hingga kini, secara global, belum ada obat ataupun vaksin yang dipastikan dapat menyembuhkan atau melawan virus corona ini.
Melansir berbagai pemberitaan, berikut adalah beberapa produk inovasi yang diklaim efektif untuk melawan Covid-19:
1. Obat herbal dari LIPI
Pusat Penelitian Kimia LIPI mencoba mengembangkan ekstrak daun ketepeng badak (Cassia alata) dan benalu (Dendrophthoe sp.) sebagai obat herbal antivirus Covid-19.(Dok. LIPI)
Melansir Harian Kompas, 15 Juni 2020, sejak 8 Juni lalu, dilakukan uji klinis dari bakal produk immunomodulator kepada 90 pasien Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran.
Immunomodulator merupakan senyawa peningkat daya tahan tubuh untuk pasien yang tertular Covid-19. Setidaknya ada dua produk herbal yang dikembangkan sebagai immunomodulator.
Salah satunya merupakan hasil ekstraksi dari Cordyceps militaris.
Bahan baku ini merupakan jenis jamur di Indonesia yang dipercaya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengatasi gangguan pernapasan.
Adapun jenis obat lainnya menggunakan bahan dasar kombinasi herbal seperti daun sembung, daun meniran, jahe merah, dan sambiloto.
"Dari berbagai studi dan literatur menunjukkan bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh seseorang. Dengan begitu, produk ini diharapkan juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh pasien Covid-19 sehingga proses penyembuhan bisa lebih cepat," tutur Peneliti dari Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Masteria Yonuvilsa Putra.