Berita Daerah

Sempat Rasakan Kelamnya Hidup di Jakarta, Pria di Yogyakarta Dirikan Panti untuk Anak Jalanan

Dia mendirikan panti untuk anak jalanan, orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) dan lansia di Yogyakarta dengan nama Wisata Rumah Jiwa Hafara.

Editor: Dodi Hasanuddin
Kompas.com
Ilustrasi: Anak Jalanan 

Saat ini, jenazah mereka dimakamkan di Makam 'Sepi Pamrih Tebih Ajrih' di Kecamatan Pandak, Bantul. Diakuinya tidak semua orang yang dapat pendampingan darinya tinggal di sana.

Ada yang kembali ke rumah dengan tetap diperhatikan perkembangannya melalui 'home visit'.

Melakukan pendampingan bersama puluhan relawan bukan perkara mudah, kadang harus mencari donatur, namun Babe mengaku pertolongan itu selalu datang.

Apalagi istrinya mendukung langkahnya untuk membantu sesama. Saat ini, donatur bisa menyalurkan melalui sedekah rombongan dan kita bisa.

Donatur datang tidak hanya dari orang yang berkecukupan, kadang juga datang dari keluarga pasien sembuh, hingga para pengamen jalanan.

ODGJ juga diberikan pelatihan membatik dan juga dijual untuk mereka sendiri.

"Tiga tahun awal itu saya mendampingi sendiri, ya lama-lama enggak kuat tho Mas. Sekarang ada kurang lebih 60 orang relawan," ucap Babe.

Seluruh asuhannya di rumah jiwa Hafara tidak hanya diberikan makanan dan tempat tinggal, setiap hari mereka diajak mendekatkan diri kepada Tuhan, melalui shalat rutin.

Selain itu mereka juga dihibur dengan kesenian dari para pengamen jalanan. "Seni itu juga obat, " kata Chabib.

Lewis Hamilton Jadi Juara di F1 Inggris, Minggu (2/8/2020)

Pemuda Berusia 20 Tahun Bunuh Diri, Diduga Lantaran Cinta Ditolak Gadis Pujaan

Atas pengabdian itu, Hafara mendapat gelar Organisasi Sosial Nasional nomor 1 pada tahun 2009, dan Chabib mendapatkan Satya Lencana Kebaktian Sosial tahun 2010.

"Tetapi saya tidak berhenti di sini. Saya ingin Jogja menjadi ramah jiwa," ucap dia.

Ke depan, dirinya ingin membuat perkampungan ramah jiwa yang lokasinya tidak jauh dari lokasi Wisata Rumah Jiwa.

Ada tanah 1200 meter persegi yang ke depan akan dibangun rumah untuk mereka yang terpinggirkan.

Apalagi Yogyakarta sudah ada perda tentang anak jalanan meski belum ada solusi ke depan.

Untuk menjaga dirinya tetap amanah untuk melakukan pendampingan, Chabib memiliki cara yang unik, yakni memasang becak miliknya yang dulu digunakan untuk memulung, dan di bawahnya ada nisan di depan Wisata Rumah Jiwa Hafara .

Hal ini agar dirinya tidak melupakan masa lalunya dan ingat masa depan. "Untuk mengingatkan saya sendiri saja," ucap Chabib.

Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dulu Saya Diburu Satpol PP, Sekarang Saya Memburu Satpol PP" (2)" Penulis : Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved