Virus Corona Jabodetabek
Begini Penjelasan Anies Baswedan Soal Temuan Kasus Virus Corona di Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan atau Anies Baswedan bahas soal temuan kasus virus corona atau Covid-19 di Jakarta.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: PanjiBaskhara
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan atau Anies Baswedan bahas soal temuan kasus virus corona atau Covid-19 di Jakarta.
Diketahui, temuan kasus virus corona di Jakarta tersebut tercatat sedari awal Maret hingga Jumat (24/7/2020).
Kata Anies Baswedan, dari 18.365 kasus Covid-19 di Jakarta, sebanyak 50 persen dari hasil passive case finding.
Artinya, jelas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, banyaknya orang datang ke rumah sakit atau klinik karena curiga dengan gejala virus corona dialaminya.
• Ini Penjelasan Anies Baswedan Soal Tingkat Kesembuhan Pasien Virus Corona di Jakarta
• Anies Baswedan Sebut Jakarta Belum Aman dari Wabah Virus Corona, Ini Penyebabnya
• Jakarta Sudah Aman dari Virus Corona? Ini Jawaban Anies Baswedan
“Ini artinya orang yang datang ke rumah sakit, atau orang yang datang ke klinik dengan gejala (flu, batuk, demam),” ujar Anies melalui siaran YouTube Pemprov DKI Jakarta seperti dikutip pada Sabtu (25/7/2020).
Anies mengatakan, meski active case finding ikut menaikan grafik kasus Covid-19, namun tujuan utama DKI sebetulnya bukan untuk menurunkan grafik.
Kata dia, tujuan utama DKI adalah menghentikan penularan yang ada di lapangan
“Karena itu, bila Jakarta hanya dinilai dari satu parameter saja, yaitu penambahan kasus baru tanpa melihat kasus yang lain dan dianggap bahwa Jakarta kasusnya tambah. Bagi kami, itu bukan masalah,” kata Anies.
Anies berjanji, Pemprov DKI Jakarta tidak akan menutupi jumlah kasus Covid-19, dan tidak akan mengurangi jumlah pengetesan, dengan tujuan untuk memberikan kesan angkanya turun.
“Kami justru lebih meningkatkan testing, menjangkaku masyarakat dan kami ingin menemukan lebih banyak mereka yang selama ini berada di luar, padahal sudah menjadi carrier (penular),” ungkapnya.
Kemudian kata dia, 30 persen kasus positif di Jakarta disumbang dari gencarnya pencarian kasus baru (active case finding).
Kondisi ini menggambarkan petugas Puskesmas di Jakarta aktif mencari kasus baru kepada masyarakat, terutama di daerah zona merah Covid-19.
“Puskesmas ini berburus kasus positif di masyarakat. Ini ketemu kira-kira 30 persen dari kasus positif yang ada,” imbuhnya.
Sementara untuk sisanya 20 persen lagi, kata dia, merupakan hasil contact tracing atau melacak orang yang pernah berkontak fisik dengan pasien Covid-19.
Setiap petugas menemukan kasus Covid-19 sebelumnya, mereka akan melakukan pengetesan terhadap orang yang berada di sekitar pasien Covid-19 atau yang pernah kontak fisik dengannya.
Berdasarkan catatannya, ada 47 laboratorium di Jakarta untuk mengecek spesimen orang yang menjalani swab test memakai alat PCR.
Seluruh laboratorium itu secara total mampu melakukan pengecekan terhadap 9.769 spesimen per hari.
“Jadi, kami ini sudah hampir (pengetesan PCR) 10.000 spesimen per hari. Kami berkolaborasi ddengan laboratorium swasta, pemerintah pusat dan BUMN,” jelasnya.
“Semua laboratorium itu dikelola lewat jaringan Lab Kesda dan ini semua didanai dengan APBD DKI Jakarta,” tambahnya.
Tingkat Kesembuhan
Anies Baswedan memberi penjelasan soal tingkat kesembuhan pasien virus corona atau Covid-19 di Jakarta.
Menurut Anies Baswedan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat jumlah pasien sembuh dari virus corona di Jakarta mencapai 11.552 orang atau 63 persen.
Mengenai jumlah pasien sembuh dari Covid-19 di Jakarta tersebut, sudah berdasarkan dari pendataan petugas sejak kasus virus corona mencuat di awal Maret hingga Jumat (24/7/2020).
Anies Baswedan mengatakan, kasus Covid-19 di Jakarta sampai Jumat (24/7/2020) mencapai 18.365 kasus.
Ada penambahan 297 orang dibanding hari sebelumnya pada Kamis (23/7/2020) lalu.
“Dari seluruh kasus positif itu, ada 11.552 sembuh, sedangkan 6.058 adalah kasus aktif"
"Kasus aktif itu artinya masih dirawat atau masih melakukan isolasi mandiri,” kata Anies melalui siaran YouTubue Pemprov DKI Jakarta yang dikutip pada Sabtu (25/7/2020).
Kemudian untuk jumlah yang meninggal dunia di Jakarta, kata Anies, mencapai 755 orang.
Untuk nilai tingkat fatality case atau kasus kematian di Jakarta mencapai 4,1 persen.
Anies mengatakan, Pemprov DKI Jakarta telah meningkatkan fasilitas kesehatan dengan menggandeng lembaga swasta maupun pemerintah pusat.
Tercatat ada 67 rumah sakit rujukan Covid-19 dengan 4.556 tempat tidur isolasi.
Kemudian ada 659 isolasi khusus Covid-19, dan ini diklaim jauh lebih banyak dari masa awal pandemi pada Maret 2020 lalu.
Kata Anies, peningkatan fasilitas kesehatan ini juga diiringi dengan penambahan pengetesan swab test memakai alat PCR.
Hingga saat ini, Jakarta memiliki kemampuan untuk melakukan kapasitas testing cukup tinggi.
“Kalau dihitung spesimen ada hampir 500.000 yaitu 499.410 spesimen,” ungkap Anies.
Namun, ujar dia, yang jadi standar Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) bukan jumlah spesimen, tetapi jumlah orang baru yang dites.
Karena itu, satu orang bisa diperiksa beberapa kali.
“WHO menetapkan standar 1.000 orang baru dari 1 juta penduduk dites setiap minggunya. Bahkan setelah masa PSBB transisi ini, kami telah melampaui jumlah standar tes oleh WHO,” katanya.
“Dalam satu minggu terakhir kita sudah melakukan tes terhadap 39.268 orang baru. Itu kira-kira kalau dihitung ekuivalennya adalah 3.688 oang per sejuta penduduk dalam seminggu,” lanjutnya.
Jakarta Belum Aman
Anies Baswedan menyebut Jakarta belum aman dari wabah virus corona atau Covid-19.
Mengingat Jakarta belum aman dari wabah Covid-19, Anies Baswedan memberikan imbauan kepada warganya di Jakarta, agar patuhi Protokol Pencegahan Covid-19.
Bila warga DKI Jakarta tak mematuhi protokol pencegahan virus corona, dipastikan Jakarta belum aman dari virus corona.
Protokol pencegahan yang dimaksud yaitu tidak memakai masker, abaikan jaga jarak dan jarang mencuci tangan.
“Jakarta aman? Tidak, belum. Mengapa? Justru kita sekarang harus waspada karena dalam dua minggu terakhir ini nilai positivity rate (temuan kasus dari pengetesan)"
"menunjukkan tren yang meningkat,” kata Anies Baswedan melalui siaran YouTube Pemprov DKI Jakarta yang dikutip Sabtu (25/7/2020).
Anies mengatakan, saat tiga minggu lalu nilai positivity rate di Jakarta mencapai 4,8 persen.
Kemudian dua pekan yang lalu angkanya naik menjadi 5,2 persen.
Bahkan seminggu terakhir ini menjadi 5,9 persen. “Jadi kita harus waspada, bahwa ada kenaikan 4,8 persen ke 5,2 persen lalu 5,9 persen,” ujar Anies.
Menurutnya, angka tersebut cukup tinggi dibanding standar minimal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) sebesar lima persen.
Meski demikian, kata dia, bila dihitung sejak kasus Covid-19 mencuat pada awal Maret sampai saat ini nilai positivity rate mencapai 5,2 persen.
Angka ini berada nilai rata-rata nasional sebesar 12,3 persen.
“Ini menunjukkan bahwa nilai positivity rate di Jakarta itu sedikit di atas rekomenasi ideal WHO, yaitu lima persen"
"Tapi ini masih jauh di bawah batas maksimal yang pernah disampaikan WHO sebesar 10 persen,” ungkapnya.
Sedangkan tingkat fatality case (kasus kematian) di Jakarta saat ini mencapai 4,1 persen.
Angka ini diklaim setara dengan rata-rata nilai global, namun lebih rendah dibanding tingkat nasional yang sebesar 4,9 persen.
“Penting sekali untuk meningkatkan jumlah tes agar nilai positivity rate-nya itu bisa diinterpretasikan karena dianggap valid,” jelasnya.
Jakarta Tidak Tangani Covid-19 Setengah-setengah
Selama 23 hari di Bulan Juli 2020 atau pada masa PSBB transisi, total 6.051 warga DKI Jakarta terinfeksi Covid-19.
Jumlah ini disebut melonjak jika dibanding periode yang sama di Bulan Juni.
Hal ini diungkap oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lewat akun Instagramnya @aniesbaswedan.
Namun, ia menjelaskan melonjaknya angka positif bukan berarti kasus Covid-19 yang ikut melonjak.
Tapi, lebih kepada tim puskesmas yang giat melakukan active case finding atau menelusuri pemeriksaan kasus baru di tengah masyarakat.
"Sepanjang Juli, ada 6.051 orang di Jakarta yang terkonfirmasi positif Covid-19."
"Tim Puskesmas Jakarta aktif mencari kasus sejak Juni, tak heran kalau angka positif melonjak," tulis Anies Baswedan seperti dikutip Tribunnews, Jumat (24/7/2020).
Dalam tulisannya, Anies Baswedan juga menyebut DKI Jakarta jadi satu-satunya provinsi yang telah memenuhi standar syarat pengetesan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bahkan, peningkatan kapasitas tes di ibu kota empat kali lipat dari sebelumnya.
"Jakarta jadi satu-satunya provinsi di Pulau Jawa yang penuhi syarat WHO."
"Bahkan kapasitas tes Jakarta empat kali lipatnya," ungkapnya.
Positivity rate yang disyaratkan WHO idealnya kurang dari 5 persen.
Sejauh ini positivity rate di DKI Jakarta berada di angka 5,2 persen per minggu, sedangkan rata-rata nasional 12,1 persen.
Tingkat pengetesan aktif juga dibarengi dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kkebudayaan ini mencatat ada 4.556 tempat tidur isolasi, dan 659 ruang ICU khusus Covid-19 di 67 rumah sakit rujukan di Jakarta.
Dari total kapasitas tersebut, tercatat sejauh ini hanya 41 persen tempat tidur isolasi yang terpakai. Sementara, 28 persen terisi untuk ruang ICU.
Sebanyak 41 jaringan laboratorium pemeriksaan PCR Covid-19 juga disiapkan untuk menunjang kecepatan pengetesan sampel.
"Jakarta tidak menangani Covid-19 secara setengah-setengah."
"Sejak awal kami pilih untuk selalu tangani pandemi ini secara serius, secara totalitas. Ini soal keselamatan, soal nyawa," ucapnya.
Menurut Anies Baswedan, dalam kondisi virus yang masih mewabah seperti saat ini, maka langkah paling tepat pemerintah adalah menemukan mereka yang terpapar.
Lalu, mengisolasinya sedini mungkin, supaya rantai penyebaran dapat diputus.
Hal tersebut yang saat ini aktif dilakukan Pemprov DKI.
"Itulah cara memutus mata rantai, dengan orang tersebut ditemukan dan diisolasi, maka dia bisa mencegah untuk tidak menulari keluarganya, tetangganya ataupun koleganya," paparnya.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 24 Juli 2020, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 19.946 (21.0%)
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 18.365 (19.2%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 8.612 (9.3%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 8.145 (8.3%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 5.915 (6.3%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 5.422 (5.7%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 3.320 (3.3%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 3.211 (3.5%)
BALI
Jumlah Kasus: 3.058 (3.2%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 2.792 (3.0%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 2.162 (2.2%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 1.850 (2.0%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 1.719 (1.9%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 1.520 (1.6%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 1.372 (1.5%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 1.072 (1.0%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 1.010 (1.1%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 852 (0.9%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 735 (0.7%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 694 (0.6%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 519 (0.5%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 387 (0.4%)
RIAU
Jumlah Kasus: 362 (0.3%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 359 (0.4%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 351 (0.4%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 246 (0.3%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 218 (0.2%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 201 (0.2%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 196 (0.2%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 185 (0.2%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 175 (0.2%)
ACEH
Jumlah Kasus: 162 (0.2%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 138 (0.1%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 137 (0.2%).
(FAF/Wartakotalive.com/Danang Triatmojo/Tribunnews.com)