Berita Internasional

Menanti Janji Erdogan Rebut Al Aqsha dari Israel setelah Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid

Kebangkitan Hagia Sophia adalah kebangkitan api harapan umat Islam dan semua yang tertekan, salah, tertindas dan dieksploitasi

Editor: Feryanto Hadi
https://www.alaraby.co.uk/
Masjid Al Aqsha di Jerusalem, Israel. 

Untuk menjaga agar mosaik di lantai tidak rusak, dua lapis kain akan diletakkan di bawah karpet.

Karpet yang digunakan di Hagia Sophia merupakan produksi dari provinsi Manisa yang merupakan salah satu pabrik penghasil karpet pertama di Turki.

Terbuat dari 100 persen wol asli, karpet itu disebut memiliki motif era Ottoman abad ke-17.

Azan pertama

Bangunan ikonik yang berdiri di Istanbul, Turki, Hagia Sophia telah resmi kembali difungsikan menjadi masjid oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Jumat (10/7/2020).

Sebelumnya, bangunan besar yang menjadi daya tarik wisata Turki ini difungsikan sebagai sebuah museum.

Pada 1934, Hagia Sophia menjadi museum lantaran keputusan dari Badan PBB UNESCO di bawah pendiri Republik Turki, Ataturk.

Ditarik mundur jauh ke belakang, di awal pendiriannya pada tahun 537 masehi Hagia Sophia dibangun untuk menjadi gereja besar yang menghadap ke pelabuhan Golden Horn.

Berjalannya waktu, terjadilah penaklukkan Ottoman pada 1453 yang membuat fungsinya berubah menjadi masjid.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk "membebaskan" masjid al-Aqsa dari Israel setelah mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.

"Kebangkitan Hagia Sophia menandai pembebasan masjid al-Aqsa," demikian ditulis situs web Kepresidenan Turki.

"Kebangkitan Hagia Sophia adalah jejak kehendak umat Islam di seluruh dunia yang akan datang. Kebangkitan Hagia Sophia adalah kebangkitan api harapan umat Islam dan semua yang tertekan, salah, tertindas dan dieksploitasi."

Imam Al Aqsha Sheikh Ikrimah Shabri
Imam Al Aqsha Sheikh Ikrimah Shabri (Istimewa)

Sejarah panjang bangunan megah ini menjadikan kembalinya fungsi Hagia Sophia menjadi masjid menuai beragam respons.

Dikutip dari BBC, Minggu (12/7/2020) pemimpin tertinggi Katolik Roma Paus mengaku sedih atas keputusan ini, namun ia berusaha untuk membatasi diri dan tidak memberikan komentar terlalu jauh.

"Pikiran saya melayang ke Istanbul, saya terpikirkan Santa Sophia, dan saya sangat sedih," kata Paus.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved