Kesehatan
Rapid Test dan Swab Test Covid-19 untuk Pasien Kanker Anak, Simak Penjelasan dan Prosedurnya
Setidaknya setiap tahun ditemukan 14.000 kasus baru kanker pada anak di Indonesia dan 650 di antara kasus baru per tahun ada di Jakarta.
Tes ini dilaukan pada pasien, termasuk pasien kanker anak baik itu pasien baru, maupun pasien rawat rawat yang akan menjalani kemoterapi atau tindakan prosedural media lainnya.
Hasil rapid test berlaku 7 hari, sedangkan hasil test PCR berlaku 14 hari.
Jadi apabila pasien dirawat melebihi 7 hari, akan dilakikan tes ulang.
Kerap Dinyatakan PDP
Anak dengan kanker, terutama kanker darah, kerap dinyatakan sebagai PDP atau pasien dalam pengawasan (suspek Covid-19).
Shinta Purnamastuti, orangtua dari anak bernama Raden (2 tahun) yang menderita kanker darah leukemia jenis AML, berbagi pengalaman saat anaknya dinyatakan berisiko PDP.
Menurut Shinta, dokter menyatakan Raden PDP karena gejala demam dan kadar leukosit rendah. Ini adalah gejala umum leukemia.
Menurut dr. Tanti, gejala demam bisa dianggap sebagai suspek Covid-19 pada pasien kanker anak, sehingga harus menjalani tes PCR.
“Orang tua tidak perlu khawatir karena ini adalah bagian dari pemeriksaan rutin. Jika tidak terbukti, maka anak akan menjalani perawatan seperti biasa dan tidak perlu menjalani isolasi,” jelasnya.
Hanya memang, lanjut dr. Tanti, pasien kanker anak termasuk pasien imunokompromise, yakni kekebalan tubuhnya rendah.
Mereka rentan terkena infeksi bakteri, virus, maupun jamur. Maka, perlu penjagaan ekstra agar tidak tertular.
Ruangan khusus
Salah satu upaya melindungi pasien kanker anak dari penularan Covid-19 adalah menempatkannya di ruangan khusus saat menjalani perawatan di rumah sakit, skirining Covid-19 rutin, dan menerapkan protokol pencegahan pada umumnya yakni menerapkan PHBS, rajin cuci tangan, gunakan masker, dan minum vitamin jika perlu.
“Tidak ada penanganan khusus, hanya perlindungan yang lebih ketat. Sebelum pandemi pun, bila ada anak penderita kanker di rumah, kemudian ada tamu datang, maka si tamu harus cuci tangan atau menggunakan masker," papar dr Tanti.
"Setelah tamu pulang, personal hygiene haus diterapkan. Saya paham betul bahwa tidak mudah meminta anak yang masih kecil menggunakan masker. Maka saya minta para orang tua dari anak penderita kanker tidak bosan menjaga protokol pencegahan setiap saat,” imbuhnya.
Jangan sekolah dulu
Protokol ketat ini dilakukan sampai anak selesai pengobatan.
Jika perlu meskipun pengobatan sudah selesai namun pandemi sudah berkurang, aktivitas anak di luar rumah masih dibatasi. Jangan sekolah dulu.