Bisnis
DBS Asian Insights, Pemerintah Fokus Stimulus dan Investasi, Ridwan Kamil: Ada 7 Peluang Ekonomi
Banyak negara yang mengalami koreksi hingga angka minus atas pertumbuhan ekonominya akibat dampak covid-19. Bagaimana dengan Indonesia?
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Fred Mahatma TIS
WARTAKOTALIVEL.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 berdampak pada perlambatan ekonomi dunia termasuk Indonesia.
Bahkan pertumbuhan ekonomi negara-negara kuat seperti Amerika Serikat, China, Jerman, Prancis dan Inggris diperkirakan terkoreksi hingga angka minus tahun ini.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Apakah Indonesia dapat bertahan seperti saat krisis tahun 1998?
• Bank DBS Indonesia Raih Tiga Penghargaan Internasional di Masa Pandemi, saat Karyawan WFH
• Masa PSBB, Transaksi Digital Bank DBS Indonesia Naik 75 Persen
Paulus Sutisna, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, mengatakan Indonesia saat ini lebih kuat dibanding 20 tahun lalu saat krisis ekonomi politik 1998.
"Kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih baik dari krisis 1998. Hal ini terlihat dari berbagai indikator ekonomi seperti (Produk Domestik Bruto) PDB, cadangan devisa, utang luar negeri, sektor perbankan yang lebih kuat dan pasar keuangan yang lebih mendalam," kata Paulus dalam acara DBS Asian Insights Conference 2020 yang digelar secara virtual pada Kamis (16/7/2020).
Dia melanjutkan, target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai angka di atas lima persen pada awal tahun 2020, menjadi tantangan yang cukup besar untuk Indonesia.
• Tren Positif, Ini Hasil Riset Properti 99 Group: Jakarta Selatan Paling Dicari, Rumah Tapak Favorit
DBS Asian Insights Conference 2020 menghadirkan Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat; dan Masyita Crystallin, Penasihat Khusus Kementerian Keuangan RI (Makroekonomi dan Kebijakan Fiskal), serta beberapa pakar ekonomi dan politik.
Konferensi tahunan kali ini mengusung tema Navigating a brave new world dengan dua topik utama, yaitu “Economy and Politics: Recovery from COVID19 - What’s Next?” dan “Fixing a Fragile World: Anticipating the Next Black Swan?”.
• Enam Tahun Berdiri, Fintech Tunaiku Dukung Beragam Kebutuhan, dari Renovasi Rumah hingga Pendidikan
Stimulus ekonomi
International Monetary Fund (IMF) pada awal April lalu, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 adalah 0,5 persen dari awalnya pada Oktober 2019 diperkirakan mencapai 5,1 persen.
Pemerintah Indonesia sendiri masih menggunakan skenario pertumbuhan ekonomi 2020 di level minus 0,4% hingga 2,3%.
Kementerian Keuangan melihat pertumbuhan perekonomian RI secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh pemulihan di kuartal ketiga dan keempat.
Untuk mengatasi dampak buruk dari kontraksi ekonomi ini, pemerintah telah menerbitkan ragam paket stimulus bagi masyarakat untuk menjaga stabilitas keuangan.
Koordinasi antara lembaga pemerintahan pun sangat baik sehingga memungkinkan lembaga perbankan dapat melayani nasabah dengan baik di tengah pandemi.
• Layanan Onepack dari Lion Parcel, Kirim Barang Satu Hari Sampai, Jaminannya Uang Kembali
Berbagi beban
Masyita Crystallin, Staf Khusus Kementerian Keuangan RI, mengatakan bahwa pemerintah sudah bekerja sama dengan bank sentral berbagi beban untuk menangani pandemi ini.
Menurut dia, kerja sama ini juga dilakukan di seluruh negara di mana pendanaan yang diperlukan pemerintah akan dibantu oleh bank sentral dengan biaya yang rendah.
“Kita harus memiliki beberapa norma dalam mengatasi masalah ini. Untuk itu, yang kami lakukan bukanlah printing money atau helicopter money," tutur Masyita.
"Skema yang kami lakukan tetap sesuai pasar dan tetap jadi instrumen moneter. Ketika Bank Indonesia perlu, instrument itu bisa langsung ditarik,” jelasnya.
Salah satunya adalah dengan penerbitan suku global dengan yield yang baik beberapa waktu lalu.
Langkah ini dilakukan untuk menghindari kontraksi ekonomi dan keterbatasan APBN.
Insentif
Pemerintah juga sudah melakukan langkah antisipasi untuk mengatasi pandemi ini.
Beberapa insentif sudah diberikan kepada para pelaku usaha agar ekonomi tetap bisa berjalan.
Dengan insentif ini, pemerintah berharap agar kondisi masyarakat dan pelaku usaha siap untuk bergerak lagi.
Pasalnya, kalau sampai ada yang tidak bergerak atau mati, maka sektor usaha akan lebih sulit untuk digerakan kembali.
Dampak inilah yang harus dikurangi agar tidak terjadi dan terlalu dirasakan oleh masyarakat.
“Kami sudah melakukan persiapan yang agak panjang. Ini semua tergantung dari kebijakan pandemi itu sendiri. Dampaknya juga tidak bisa terduga panjang dan lamanya. Kami sudah siap dengan kebijakan untuk tiga tahun ke depan,” sambungnya.
Tingkatkan investasi
Selain paket stimulus ekonomi, pemerintah juga fokus dalam meningkatkan investasi demi menahan laju perlambatan ekonomi khususnya di tengah pandemi Covid-19.
“Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah punya strategi di kuartal pertama di mana harus mendorong investasi dari dalam negeri dan kita harus jemput bola,"papar Kepala Badan Koordinasi penanaman Modal, Bahlil Lahadalia.
Dalam rangka realisasi investasi, BKPM juga ingin untuk realisasi investasi yang berkualitas. Salah satu tolak ukur investasi yang berkualitas itu adalah penyebaran investasi antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa yang kini hampir berimbang sekarang.
"Saat ini komposisi Pulau Jawa kurang lebih sekitar 51,4% sementara luar Pulau Jawa sekitar 48,6%. Kami tidak hanya melayani investasi besar tetapi juga investasi kecil di seluruh daerah," paparnya.
Saat ini kami fokus pada realisasi investasi yang menghasilkan produk substitusi impor yang menghasilkan nilai tambah ekonomi,” imbuh Bahlil.
7 Peluang Ekonomi
Sementara Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil, mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 tidak hanya kondisi darurat kesehatan tetapi juga darurat ekonomi, dan bahkan ada beberapa negara yang telah memasuki kondisi darurat sosial serta darurat politik.
"Kami optimis melalui langkah-langkah pemulihan maka ekonomi Jawa Barat akan tumbuh 2-3% di bulan Desember 2020," papar Ridwan.

Ridwan melihat terdapat tujuh peluang ekonomi di tengah pandemi yaitu:
(1) Investasi yang berpindah dari Tiongkok ke Segitiga Rebana
(2) Pengembangan swasembada dan teknologi
(3) Pertumbuhan industri kesehatan dengan produksi manufaktur alat kesehatan sendiri
(4) Penerapan industri 4.0 di era new normal
(5) Pengembangan digital village dengan penerapan teknologi bagi para penduduk desa
(6) Penerapan sustainable ekonomi dan industri
(7) Pengembangan pariwisata lokal
"Kami juga optimis menjadi provinsi pertama di Indonesia yang move on dari pandemi ini,” tegas Ridwan.