Kuliner
Rumah Makan Ma Haji Jamilah, Restoran Murah tapi Enak di Jalan Raya Puncak
Dengan moto 'Murah Tapi Ngeunah', makanan di restoran ini relatif terjangkau harganya.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Ichwan Chasani
New normal
Rumah Makan Ma Haji Jamilah memiliki kapasitas hingga 120 orang. Tetapi dalam situasi pandemi saat ini, kapasitas tempat makan ini dikurangi.
"Kalau tidak ada Covid-19, maksimal bisa 4 orang per meja. Tetapi karena adanya pademi, saat ini per meja hanya diisi oleh 2-3 orang," papar Linda.
Selain mengurangi kapasitas, rumah makan ini juga menerapkan protokol kesehatan new normal.
Setiap tamu dicek suhu dulu sebelum masuk dan disarankan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke rumah makan.
Begitupun pelayan/pramuji dan karywan dapur, semuanya menggunakan masker dan face shield . "Kami menyedikan handsanitazer untuk mencuci tangan," kata Linda.
Rumah Makan Ma Haji Jamilah buka pukul 07:00 s/d 21:00 WIB pada weekdays (hari biasa) dan 07:00 wib s/d 22:00 WIB pada weekend (akhir pekan)
Inspirasi nenek
Rumah Makan Ma Haji Jamilah merupakan warung makan kedua dari Linda dan keluarganya.
Sebelumnya mereka telah menjalankan usaha rumah makan Pare Anyar di Cianjur.
Nama rumah makan ini diambil dari nama nenek suami Linda, almarhum Ma Haji Jamilah.
"Semasa hidupnya, almarhumah terkenal sangat ramah, baik hati, dan pintar memasak. Kami ingin mengabadikan namanya lewat rumah makan kami sebagai bentuk cinta," urai Linda.
Linda dan suami menekuni usaha kuliner, karena mereka merupakan pencinta kuliner. Mereka telah mencoba berbagai makanan, dari makanan yang murah sampai yang mahal.
"Banyak warung-warung murah dan enak, tapi tempatnya tidak bersih. Nah, saya ingin menyajikan makanan yang enak, tempat bersih dan harga terjangkau. Saat ini kami menjual lontong dengan harga Rp 10 ribu dan soto Rp 15 ribu sudah dengan nasi," tutur Linda. (*)