Virus Corona
Di Gorontalo, Hand Sanitizer Dibuat dari Minuman Keras Cap Tikus karena Alkohol Susah Dicari
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie memelopori pembuatan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan tangan saat beraktivitas.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Gubernur Gorontalo Rusli Habibie memelopori pembuatan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan tangan saat beraktivitas, serta untuk mencegah penularan Covid-19.
Hand sanitizer tersebut merupakan asli produk Gorontalo.
"Ini namanya hand sanitizer Sophie, produksi Gorontalo, di mana kita begitu sulitnya mendapatkan bahan baku yaitu alkohol."
"Jadi Ini dari minuman khas Sulawesi Utara cap tikus dari pohon enau," kata Rusli dalam siaran BNPB, Rabu (24/6/2020).
Kadar alkohol dari minuman tersebut, kata Rusli, sekitar 40 persen.
Kemudian karena mendesaknya kebutuhan akibat Covid-19, ditingkatkan kadar alkoholnya untuk produksi handsanitizer sebesar 70 persen.
• Tak Hadiri Sidang Majelis Partai Gerindra, Arief Poyuono: Saya Sibuk Ngurus Ayam
Rusli kemudian menceritakan ide awal pembuatan Sophie sebagai handsanitizer.
"Jadi ketika saya diundang oleh Kapolda Gorontalo dan Dandem untuk memusnahkan kurang lebih 40 ton cap tikus yang dijadikan barang bukti. Sayang kalau dibuang-buang," tutur Rusli.
Rusli pun menghubungi Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, menawarkan kerja sama antara kedua provinsi soal pembuatan hand sanitizer dari cap tikus tersebut.
• Tak Bisa Ajukan Peninjauan Kembali, KPK Tidak Bisa Lagi Jerat Mantan Dirut PLN Sofyan Basir
"Petani anda tidak rugi, saya juga tidak rugi masyarakatnya tak minum miras, kita coba bikin ini sebagai hand sanitizer yang berkualitas," katanya.
"Beliau setuju, lalu bikin MOU agar cap tikus itu tidak kucing-kucingan dengan petugas dan masyarakat, sehingga bisa dijadikan hand sanitizer," jelas Rusli.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 23 Juni 2020, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 10.250 (21.4%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 10.115 (21.1%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 4.062 (8.5%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 2.901 (6.1%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 2.766 (5.8%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 2.685 (5.6%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 1.855 (3.9%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 1.495 (3.1%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 1.373 (2.9%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 1.232 (2.6%)
BALI
Jumlah Kasus: 1.116 (2.3%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 1.081 (2.3%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 861 (1.8%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 796 (1.7%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 712 (1.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 634 (1.3%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 465 (1.0%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 447 (0.9%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 336 (0.7%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 313 (0.7%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 291 (0.6%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 281 (0.6%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 231 (0.5%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 224 (0.5%)
RIAU
Jumlah Kasus: 193 (0.4%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 181 (0.4%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 179 (0.4%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 177 (0.4%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 148 (0.3%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 118 (0.2%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 114 (0.2%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 111 (0.2%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 104 (0.2%)
ACEH
Jumlah Kasus: 49 (0.1%). (Reza Deni)