PSBB Jakarta
Kepatuhan Warga Meningkat, Anies Baswedan Sebut Tidak Ada Lonjakan Kasus Covid-19 saat PSBB Transisi
Berdasarkan kajian dari FKM UI terhadap pola pergerakan gawai masyarakat, 60 persen warga Jakarta berada di rumah.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan, belum ada lonjakan kasus baru Covid-19 selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi yang dimulai sejak 5 Juni 2020 lalu.
Berdasarkan epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, angka reproduksi virus Covid-19 (Rt) masih berada di bawah angka satu.
Angka ini dianggap baik karena potensi penularan virus Covid-19 yang terjadi antar pribadi masyarakat juga semakin rendah.
“Selama dua minggu ini angka epidemiologi DKI Jakarta relatif aman. Angkanya (Rt) di bawah satu atau 0,9 dan kasus positif dibanding yang dites itu di bawah 10 persen persyaratan WHO, dan kita rata-rata sekitar lima persen,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat berbincang dengan Redaksi Warta Kota secara virtual pada Sabtu (20/6/2020).
• Maret Menjadi Puncak Reproduksi Covid-19 di Jakarta Alasan Gubernur Anies Terapkan PSBB Transisi
• Anies Baswedan Tekankan Belum Membuka Sekolah saat PSBB Transisi Fase Satu
Menurutnya, penurunan Rt karena DKI telah melakukan pembatasan terhadap aktivitas masyarakat pada 16 Maret 2020 lalu, atau sebelum pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dimulai pada 10 April.
Pada 16 Maret DKI menutup sementara kegiatan sekolah, rumah ibadah, perkantoran, tempat pariwisata hingga membatasi jadwal operasional angkutan umum.
Anies juga meminta warganya untuk tetap berada di rumah untuk menghindari penularan Covid-19.
Berdasarkan kajian dari FKM UI terhadap pola pergerakan gawai masyarakat, 60 persen warga Jakarta berada di rumah.
• Car Free Day Pertama di Masa PSBB Transisi, Masyarakat Padati Bundaran HI
• Fakta Baru, Mucikari Pasok 10 Gadis di Bawah Umur untuk Dikencani Russ Albert Medlin
Kepatuhan warga ini, diklaim Anies berada di urutan paling atas dibanding daerah lain.
Misalnya kepatuhan warga Jawa Barat sekitar 49 persen, Banten 48 persen, Jawa Timur 46 persen dan Jawa Tengah 42 persen.
“Data menunjukkan bahwa mulai awal pertengahan Maret 2020, terjadi peningkatan orang yang berada di rumah saja,” jelasnya.
Dengan masyarakat tetap berada di rumah, tingkat penularan Covid-19 semakin rendah. Di sisi lain, DKI juga meningkatkan upaya pelacakan (tracing) terhadap warganya melalui swab test atau rapid test.
Sebelumnya tes hanya dilakukan kepada pasien, kini pengetesan dilakukan kepada orang yang pernah berkontak dengan pasien positif.
Langkah ini dilakukan supaya masyarakat yang terjangkit Covid-19 bisa segera isolasi dan tidak menularkan kepada yang lain.
• Setelah Viral Pesepeda Dibegal di Kebayoran Baru, Polisi Tangkap Pelaku di Persembunyiannya
“Semuanya kami cari (lacak) sehingga pernah ketemu angka 190 orang positif Covid-19. Rinciannya 100 pasien dan 90 orang tanpa gejala (OTG),” imbuh Anies.
Sejumlah upaya itulah yang membuat kasus baru Covid-19 di Jakarta sekarang cenderung stabil. Bahkan bila dibanding daerah lain, angka kasus baru Covid-19 di DKI Jakarta cukup signifikan.
Anies lalu menampilkan grafik kasus baru Covid-19 yang ada di Jakarta, daerah lain dan tingkat nasional atau di Indonesia.
Sejak 15 April kasus baru Covid-19 di Jakarta mulai melambat di kisaran 140 kasus, lalu pada 2 Juni 2020 menurun hingga di kisaran 100 kasus baru.
Sementara di daerah lain, tingkat kasus baru mencapai 500 orang per hari pada 2 Juni, sedangkan tingkat nasional mencapai 600 lebih.
“Jadi, kalau Indonesia angkanya naik terus, itu sumbangannya bukan dari Jakarta, karena kita sudah stabil begitu juga dengan kematian,” ungkapnya
• Guyonan Gus Dur soal Polisi Jujur Dipermasalahkan, Stafsus Presiden:Seharusnya Jadi Bahan Evaluasi
Sekolah belum dibuka
Anies Baswedan belum berencana membuka kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi fase satu.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI itu masih menunggu hasil evaluasi pelaksanaan PSBB transisi pertama pada akhir Juni 2020.
“Kapan dibukanya (sekolah) kami belum tahu, karena akan lihat kondisi pandemi. Kalau wabahnya sudah bisa lebih terkendali, kami akan evaluasi,” kata Anies saat berbincang dengan Redaksi Warta Kota melalui virtual pada Sabtu (20/6/2020).
Anies mengaku, tak ingin mengambil kebijakan yang berisiko terhadap pelajar di DKI Jakarta.
• Kasus Virus Corona Mulai Melandai, Anies Baswedan Apresiasi Warga Jakarta Taat Protokol Kesehatan
• Ini 2 Pilihan yang Diberikan Anies Baswedan Kepada Pedagang Pasar yang Tolak Ganjil Genap
Pembahasan untuk membuka kembali KBM juga dianggap terlalu dini, karena PSBB transisi fase pertama belum selesai.
Sementara pembukaan sekolah dan bidang lainnya akan dijadwalkan setelah PSBB transisi fase pertama selesai. “Jika sudah benar-benar aman, baru anak-anak bisa sekolah lagi,” ujarnya.
Anies tak menampik, tahun ajaran baru sekolah 2020/2021 bakal dimulai pada 13 Juli 2020 mendatang. Tetapi antara belajar di sekolah atau di rumah, DKI belum memutuskan sampai sekarang.
• Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Batalkan Rencana Pembukaan Kawasan Monas
• Anies Baswedan Diminta Prioritaskan Buka Sekolah dan Kampus Ketimbang Pijat Plus-plus dan Karaoke
“Kalau lihat dari sekarang, nampaknya belum bisa belajar dari sekolah tapi masih belajar dari rumah,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Anies meminta kepada orangtua tidak perlu khawatir terhadap pencarian dana bantuan Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus. Meski sekolah belum dibuka, tapi pencairan dana KJP untuk berjalan seperti biasa.
“Kalau tahun ajaran baru kan dicairkan, jangan sampai keluarga khawatir karena anaknya tidak belajar di sekolah. Sebenarnya pencairan pertama sudah dilakukan sejak bulan Mei lalu dan masih jalan terus,” jelasnya. (faf)