PSBB Transisi

Anies Baswedan Sebut Data Epidemiologi Covid-19 Tak Seperti Permukaan Air

Epidemiologi Covid-19 bukanlah peristiwa harian yang langsung diketahui setelah kasus itu terjadi.

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Fitriyandi Al Fajri
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ditemani Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang berdiri di belakang sebelah kirinya saat memberi keterangan melalui siaran YouTube Pemprov DKI Jakarta pada Jumat (29/5/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR - Pemprov DKI Jakarta belum mengantongi hasil epidemiologi penyebaran Covid-19 di wilayah setempat selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.

Adapun PSBB transisi baru berjalan sepekan dari Jumat (5/6/2020) lalu, karena angka reproduksi (Rt) Covid-19 sebelumnya mencapai 0,9.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan data epidemiologi penyebaran Covid-19 di Jakarta tidak seperti permukaan air.

DKI Klaim Lebih Dahulu Terapkan ASN Masuk 2 Shift Dibanding Kebijakan Menpan RB Tjahjo Kumolo

Kata dia, dibutuhkan waktu selama dua pekan untuk mengetahui hasil epidemiologi, sementara perubahan ketinggian permukaan air dapat diketahui hanya dalam hitungan jam.

“Nanti kami pantau, karena kalau data epidemiologi ini bukan kayak tinggi permukaan air yah. Kalau tinggi permukaan air itu kan gantinya tiap jam, tapi kalau ini nanti kami pantau setelah dua minggu berjalan dan datanya lengkap,” kata Anies di Kawasan Ancol, Jakarta Utara pada Sabtu (13/6/2020).

Menurut dia, setiap hari sebetulnya DKI mengantongi hasil epidemiologi. Hanya saja data hari ini merupakan peristiwa 10 hari sampai 14 hari yang lalu.

UPDATE 1.014 Kasus Baru Corona Jadi 37.420 Kasus, DKI Jakarta Masuk Lima Besar

“Peristiwa yang terjadi hari ini baru terbaca datanya nanti 10 hari yang akan datang. Jadi kita lebih matang, sama seperti kalau kami memutuskan kemarin untuk melakukan perpanjangan PSBB masa transisi, itu menggunakan data yang berjalan dua bulan,” ujarnya.

Karena itu, epidemiologi Covid-19 bukanlah peristiwa harian yang langsung diketahui setelah kasus itu terjadi.

Namun dibutuhkan sesuai dengan masa inkubasi virus selama 10 hari sampai 14 hari.

“Dari situ (data dua bulan lalu) kami kemudian lihat trennya (untuk PSBB transisi). Jadi bukan hanya peristiwa harian,” ungkapnya.

Tidak relevan Jakarta disebut zona merah

Jakarta disebut zona merah virus corona atau Covid-19, dinilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tidak relevan.

Pernyataan Anies Baswedan tersebut, saat mengetahui adanya stigma daerah Jakarta zona merah virus corona.

Menurut Anies Baswedan, selain DKI Jakarta, semua daerah mempunyai risiko tinggi penyebaran virus corona.

“Menurut saya, tidak relevan lagi menyebut Jakarta zona merah atau zona lainnya karena sesungguhnya semuanya masih berisiko,” kata Anies Baswedan di Kawasan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara pada Sabtu (13/6/2020).

 Yunarto Kritisi Anies Baswedan, dari Bandingkan dengan Ganjar Pranowo hingga Sebut Cari Panggung

 Kata Gubernur Anies, Tanggal 15 Juni Mal Sudah Boleh Buka Lagi

 Anies Serukan Lima Prinsip Seruan ini, untuk Warganya dalam Pencegahan Covid-19

“Jadi jangan sampai ada kesan bahwa saya tempatnya aman karena bukan zona merah. Padahal sesungguhnya di semua tempat masih ada risikonya,” tambah dia.

Meski demikian, Anies tak menampik pernah memaparkan adanya 66 RW yang terapkan wilayah pengendalian ketat (WPK) di lima kota, dan satu kabupaten administrasi di Jakarta.

66 RW itu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah karena terdapat jumlah kasus baru (insiden rate).

“Kami kemarin (Kamis, 4/6/2020) menyebutkan ada beberapa RW, itu bukan berarti seluruh wilayah RW itu"

"Itu adalah ada kasus di RW itu dan sebagian dari RW malah warganya belum tentu berinteraksi dengan tetangganya karena ada yang berinteraksi dengan kolega di kantor,” jelasnya.

Karena itu, Anies mengimbau kepada seluruh warganya untuk menaati protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Di antaranya memakai masker bila keluar rumah, rajin mencuci tangan, menjaga jarak antar pribadi, tetap berada di rumah dan sebagainya.

“Di manapun Anda berada, tetaplah waspada dan tetaplah ikuti protokol kesehatan. Jangan pernah menganggap bahwa kita sudah aman sekarang ini,” ungkapnya.

Serukan Lima Prinsip

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan seruan kepada warganya dalam pencegahan Covid-19.

Ajakan itu tertuang dalam Seruan Gubernur DKI Jakarta Nomor 13 tahun 2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19 Dalam Kegiatan Peribadatan.

Ada lima prinsip yang disampaikan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tersebut.

Lima prinsip tersebut sebetulnya sudah berulang kali disampaikan Anies misalnya tetap berada di rumah, memakai masker bila keluar rumah, hindari kontak fisik dan sebagainya.

Berikut pesan yang disampaikan Anies:

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua. Saudara-Saudara warga Jakarta yang saya hormati, setelah tiga bulan menjalani masa PSBB penuh, kini kita menjalani masa PSBB Transisi.

Masa ini sangat menentukan apakah kita bisa kembali berkegiatan secara aman, sehat dan produktif, atau kita harus kembali kepada pengetatan segala kegiatan umum.

Tempat berkumpulnya orang menjadi salah satu tempat berisiko bagi penyebaran wabah.

Selain pusat kegiatan ekonomi, sosial, olahraga, tak terkecuali tempat ibadah juga memiliki risiko apabila tidak dikelola dengan baik dan disiplin.

Oleh karena itu, kami serukan kepada Saudara-Saudara semua untuk memperhatikan dan menjalankan protokol kesehatan di rumah ibadah dengan sangat serius.

Prinsip utamanya adalah:

1. Hanya yang sehat yang boleh keluar rumah. Jangan ke rumah ibadah bila sedang tidak
sehat.

2. Selalu memakai masker dengan benar setiap saat.

3. Menjaga jarak antar orang minimal 1 meter.

4. Menghindari kontak fisik, dan

5. Menjaga jumlah orang di dalam rumah ibadah dibawah 50 persen dari daya tampung.

Lalu beri perlindungan ekstra pada anak-anak di bawah 10 tahun, lansia di atas 60 tahun, dan ibu hamil.

Sebisanya dihindarkan mereka dari kerumunan massa.

Setiap lembaga otoritas agama yang mengatur rumah ibadah masing-masing agama di Jakarta telah mengeluarkan panduan beribadah di rumah ibadah secara aman dan sehat.

Panduan ini harap ditaati sepenuhnya oleh setiap pengelola rumah ibadah.

Bagi para jamaah, jangan ragu ingatkan pengelola maupun sesama jamaah bila ada yang tidak menaati protokol yang telah disiapkan demi keselamatan bersama.

Hanya dengan kedisiplinan bersama, kita akan mampu melewati masa pandemi ini.

Harap menggunakan semua jalur komunikasi, termasuk alat pengeras suara di rumah ibadah untuk mengabarkan ketentuan-ketentuan di atas kepada lingkungan.

Semoga Allah SWT merahmati kota Jakarta dan melindungi kita semua.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Dikeluarkan di Jakarta

pada tanggal 11 Juni 2020

Media Inggris Sebut Anies Baswedan Simbol Oposisi Presiden Jokowi

* Rivalitas Anies Baswedan Vs Joko Widodo mendapat sorotan media asing

* Anies dinilai cepat ambil sikap terkait wabah Virus Corona

* Kebijakan Gubernur Anies sering beda dengan kebijakan Presiden Jokowi

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menjadi sorotan media luar negeri terkait rivalitasnya dengan Presiden Joko Widodo.

Anies Baswedan disebut-sebut sebagai 'saingan' baru Presiden Jokowi setelah Prabowo Subianto, rival Jokowi pada Pilpres 2019, menjadi pembantu Presiden sebagai Menteri Pertahanan.

Anies (ralat, sebelumnya tertulis Jokowi--Red) calon Presiden paling potensial tahun 2024 dan dinilai telah mendapatkan keuntungan secara pemberitaan dari momen pandemi Virus Corona atau Covid-19.

Anies Baswedan dinilai lebih cepat merespon wabah Virus Corona dibandingkan pemerintah pusat.

Demikian ditulis The Economist, baik edisi cetak maupun online, terkait kiprah Anies Baswedan tersebut.

The Economist adalah majalah internasional dan juga media online yang berkantor pusat di London, Inggris, yang menyoroti isu-isu kekinian, bisnis, politik, dan teknologi. 

Sebelumnya, Anies oleh media Australia disamakan dengan Gubernur New York Andrew Cuomo.

Menurut The Economist, kasus Covid-19 pertama di Indonesia telah dikonfirmasi pada 2 Maret 2020.

Selama berminggu-minggu Anies Baswedan telah mendesak pemerintah pusat untuk bertindak cepat.

Namun pemerintah ragu-ragu ketika virus itu menyebar, pertama melalui Jakarta, kemudian ke seluruh pelosok negeri.

Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 2020, presiden mengumumkan keadaan darurat nasional.

Bahkan pada saat itu, pemerintah daerah diminta untuk meminta izin sebelum melakukan lockdown (penguncian).

Terhadap kebijakan itu,  Anies Baswedan seperti ditulis Jakarta Post pun berkomentar, "[Itu] seolah-olah kami mengusulkan proyek yang membutuhkan studi kelayakan." 

“Tidak bisakah kementerian [kesehatan] melihat bahwa kita menghadapi peningkatan jumlah kematian? Apakah itu tidak cukup? "

Itu adalah satu tembakan atau serangan yang dilakukan Anies terhadap Presiden Joko Widodo  --lebih dikenal sebagai Jokowi.

Dia mengkritik pemerintahan Jokowi karena tidak bertindak cepat dan kuat, dan berulang kali membantah data pemerintah tentang jumlah kasus Covid-19.

Itu adalah "tamparan di wajah" untuk Jokowi dan para pembantunya, kata seorang diplomat asing.

Keluhan jelas menjebak presiden. Ketika Anies Baswedan berusaha untuk mengunci Jakarta setelah Jokowi menghabiskan berminggu-minggu menolak untuk melakukan hal yang sama ke seluruh negeri, Jokowi menyatakan bahwa gubernur tidak memiliki wewenang untuk melakukannya.

Hari berikutnya ia mengumumkan prosedur berat yang diperlukan sebelum pemerintah daerah dapat membatasi pergerakan orang.

Jokowi selama ini jarang mendapat kritik dari kelompok oposisi setelah pada Oktober ia mengangkat Prabowo Subiabto sebagai menteri pertahanan.

Prabowo Subianto adalah lawannya selama dua kampanye presiden (2014 dan 2019).

Sejak saat itu, Prabowo sebagian besar mengikuti kebijakan pemerintahan dan membiarkan 'jabatan kepala oposisi' kosong.

The Economist menulis, Mr Anies tampaknya telah memutuskan untuk mengambil posisi itu (oposisi).

Ketika Jokowi memulai masa jabatan pertamanya sebagai presiden pada tahun 2014, ia menunjuk Anies sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Namun ambisi politisnya, belakangan ini melemahkan hubungan keduanya, kata seorang mantan penasihat Jokowi.

Presiden mencampakkan Anies dua tahun kemudian dalam perombakan kabinet.

Tetetapi, Anies mendapatkan kembali 'kekuasaan' tahun 2017, ketika ia mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta melawan seorang anak didik Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Ahok, yang beragama Kristen, telah memimpin dalam pemungutan suara tetapi dituduh melakukan penistaan ​​agama setelah ia salah mengutip Alquran dalam salah satu pidatonya.

Anies memanfaatkan masalah ini dan mendapat dukungan Front Pembela Islam (FPI), sebuah kelompok yang telah mengorganisasi protes besar terhadap Ahok.

Gelombang kemarahan sektarian membawa Anies menjadi gubernur di Jakarta dan ini tentu saja 'memalukan' bagi Jokowi.

Pendapat Pakar

Meski begitu Anies Baswedan awalnya menghindari kritik langsung terhadap Jokowi, yang tetap populer, kata Alexander Arifianto dari Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura.

Tetapi, sikap itu berubah tahun ini, ketika hujan lebat mengguyur Jakarta pada Januari.

Anies mencoba untuk menangkis kritik tentang penanganan bencana dengan mengetuk tanggapan pemerintah pusat.

Ketika covid-19 tiba, Anies memanfaatkan momen itu untuk 'berhadapan' dengan presiden.

Edward Aspinall dari Universitas Nasional Australia berpendapat bahwa Anies benar-benar prihatin dengan dampak Covid-19 pada konstituennya.

Dia juga peduli tentang citranya sebagai "orang kebijakan publik yang berpikir serius tentang masalah-masalah besar", tambah Aspinall.

Usahanya untuk mengadopsi respons yang ketat dan berbasis data terhadap wabah tersebut meningkatkan citra tersebut.

Tetapi Anies juga mengerti bagaimana cara mengeksploitasi kelemahan Jokowi.

Banyak Muslim yang taat menganggap Jokowi terlalu sekuler dalam pandangannya dan kesalehan yang meragukan.

Mereka merindukan seorang pemimpin untuk mengambil pemerintahan dan merebut kursi kepresidenan pada tahun 2024, ketika Jokowi menyelesaikan masa jabatan kedua dan terakhirnya.

Para pemilih semacam itu mendukung dua pencalonan Prabowo dan Anies.

Gubernur Jakarta sering menjadi berita, yang akan membantu Bapak Anies membangun profil nasional.

Jokowi sendiri menggunakan posisi gubernur Jakarta sebagai batu loncatan untuk kepresidenan.

Dan cara termudah bagi Anies untuk mendefinisikan dirinya adalah menentang atau berlawanan dengan apa yang dilakukan Jokowi.

Anies telah menghitung bahwa pandemi memberikan kesempatan yang baik untuk memamerkan kualitas kepemimpinannya.

Jokowi dinilai kurang berkualitas, seperti ketegasan dan empati, kata diplomat asing itu.

Nasdem, salah satu pihak dalam koalisi Jokowi, semakin dekat dengan Anies, kata mantan ajudan Jokowi.

Ini jalan yang panjang menuju hari pemilihan. Tapi seperti yang dikatakan Arifianto, "Anies baru saja memulai."

(FAF/Wartakotalive.com)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved