Direktur PT Danareksa Sekuritas: UMKM Bisa Dapatkan Sumber Pembiayaan dari Pasar Modal
Friderica Widyasari Dewi menjelaskan, sebelumnya banyak orang berpikir hanya perusahaan besar yang bisa masuk ke pasar modal.
Perempuan kelahiran 1975 ini mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19, Indonesia sudah dua kali mengalami krisis besar pada tahun 1998 dan 2008.
"Saat itu benar-benar berbeda dengan masa krisis sekarang. Orang masih bisa berkoordinasi, berkomunikasi langsung.”
• Ganjar Pranowo: KAGAMA Berkomitmen Bantu Pemerintah Atasi Wabah Corona
"Sekarang semua orang bertemu saja sudah berisiko tertular virus corona. Namun, untungnya pelan-pelan kita beradaptasi dengan teknologi, agar bisa melakukan pertemuan virtual," tuturnya.
Mengatasi berbagai persoalan ekonomi di masa pandemi, pemerintah telah mengeluarkan berbagai stimulus dan kebijakan yang berfokus pada ketahanan hidup masyarakat.
Ada pun skenario makro ekonomi Indonesia. Di masa pandemi ini, kemungkinan pertumbuhan ekonomi ada di angka 2,3 persen atau bahkan -0,4 persen.
Dibandingkan dengan negara-negara lain, Friderica menyebut Indonesia tidak lebih buruk dibandingkan negara-negara lain.
• Inilah 13 Rekomendasi Strategis Kagama untuk Presiden Joko Widodo
Hal ini terlihat dari indikator ekonomi seperti pertumbuhan, depresiasi, nilai tukar, atau cadangan devia. Pelaku UMKM juga penting untuk memperhatikan credit rating.
“Sebab, hal ini mempengaruhi bagaimana investor memandang Indonesia, baik dari sisi pemerintahan dan korporasi besar dalam mengeluarkan surat utangnya,” jelas Kiki.
Alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM lulusan 2001 itu menerangkan, tren pertumbuhan pasar modal Indonesia selama bertahun-tahun selalu positif.
"Kalau kita jualan ke investor-investor asing di luar negeri, market Indonesia ini dianggap long term period investment.”
• Distribusikan 15.000 Paket Sembako, Relawan Gugus Tugas Covid-19 Sasar Para Pendatang
"Jadi, bagi siapapun yang ingin investasi jangka panjang. Indonesia adalah tempat yang tepat," ujarnya.
Dalam daily trading value yang dipaparkan Kiki, nilai transaksi harian di bursa sebesar Rp6,9 Triliun per hari. Sementara sebelum Covid-19, bisa mencapai Rp9 Triliun.
Kemudian kapitalisasi pasar Indonesia, ada di angka Rp 7200 trilyun. Tetapi, karena Covid-19, kapitalisasi kemudian menurun jadi Rp 5400 grilyun.
Menurut kajian yang dilakukan Dareksa Securitas. Saat Tiongkok mengumumkan kasus kematian pertama akibat Covid-19, pasar saham Indonesia langsung merespon negatif.
Sampai bulan Februari 2020, respon negatif tersebut terus berjalan. Selama pandemi, sektor usaha kategori korporasi besar yang paling terdampak adalah coal mining, industrial estate, ritel, dan sebagainya.