Bansos Jawa Barat
Amburadul Pendataan, Warga Sudah Meninggal dapat Bantuan Provinsi, Pria ini Serahkan ke Makamnya
"Amanah coba saya sampaikan untuk warga yang sudah meninggal, yang masuk daftar penerima banprov."
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Seorang pria yang diduga sebagai pengurus atau Ketua RW mengungkapkan betapa amburadulnya pendataan untuk penerima Bantuan Provinsi (Banprov).
Pria yang tinggal di kawasan Cibadak, Jawa Barat itu, menceritakan amburadulnya pendataan dengan mengunggahnya di akun Facebook-nya, Ahmad Bocu, pada Selasa (19/5/2020).
Bahkan cerita Ahmad tersebut juga menjadi perbincangan warganet di Twitter.
Setelah ceritanya itu diunggah oleh akun @UusRsd.
Ahmad menyebut bahwa pihaknya diminta untuk melakukan pendataan warga untuk menerima banprov.
• Pemkot Bekasi Izinkan Kelurahan Zona Hijau Virus Corona Gelar Salat Idul Fitri, ini Daftarnya
• Tiga Orang Tidak Pakai Masker di Pasar Kramatjati Ini Pilih Bayar Rp 300.000 daripada Kerja Sosial
• Mengenal Lapas Nusakambangan Tempat Habib Bahar Ditahan, Terdapat Pendeteksi Wajah hingga Hewan Buas
Namun, pendataan itu harus dilakukan dengan waktu yang terbatas.
"Surat perintah datang pagi, sore harus sudah selesai. RT dan kader berjibaku mendatangi rumah warga. Beruntung kalau ada tuan rumahnya, yang masalah yang nggak ada di rumah," tulis Ahmad.
Dengan keterbatasan waktu itu pun akhirnya membuat repot.
Namun, setelah data diserahkan, beberapa hari kemudian data dikembalikan.
Dengan dalih minta dilengkapi.
Namun nyatanya, ketika bantuan datang, banyak warga yang sudah didata justru tidak menerima bantuan tersebut.
"Ketika saatnya dibagikan, ternyata hanya beberapa warga yang dapat. Itu pun tidak sesuai data pengajuan. Yang mati masuk daftar, yang pindah kebagian jatah bantuan juga. Yang sudah dapat bantuan PKH ataupun bantuan beras ketiban berkah," kata Ahmad.
• Viral Surat Peniadaan THR untuk Keponakan saat Lebaran, Tak ada Uang 10 Ribuan Baru untuk Kalian
• Pemkot Bekasi Keluarkan Surat Izin Berpergian, Ini Syarat Pengajuannya
Ia pun enyayangkan pendataan yang amburadul tersebut.
Padahal seharusnya, hal tersebut tidak perlu terjadi.
Di mana saat ini teknologi juga semakin canggih.
Bahkan, Ahmad pun menyindir terkait carut-marut pendataan penerima banprov itu.
Ia memotret dirinya menyerahkan banprov kepada orang yang sudah meninggal ke makamnya langsung.
"Amanah coba saya sampaikan untuk warga yang sudah meninggal, yang masuk daftar penerima banprov...." tulisnya.
Berikut ungakapan Ahmad mengenai amburadulnya pendataan penerima banprov tersebut:
Amburadulnya data penerima banprov
Surat perintah datang pagi, sore harus sudah selesai.
RT dan kader berjibaku mendatangi rumah warga.
Beruntung kalo ada tuan rumahnya, yang masalah yang nggak ada di rumah.
Rame di grup, malem itu juga data warga yang akan diajukan untuk menerima banprov harus segera disetorkan ke pemdes.
Orang desa dibuat pusing karena data hrs diinput sedangkan data tidak lengkap. Lembur jalan keluarnya....
Pagi masih riuh karena masih ada data yg belum masuk disalah satu RW.
Belum lagi ada data tambahan. Warga ada yg belum terdata.
Alhamdulillah selesai juga tugas pendataan. Selang beberapa hari, data itu dikembalikan.
Data diminta untuk dilengkapi. Nik, nama lengkap, penghasilan sebelum dan sesudah corona, sama keterangan.
Pokoknya harus lengkap. Belum lagi datang warga yg protes karena keluarganya tidak masuk data.
Gak mau ambil pusing, masukan aja.
Warga termakan berita, bahwa jangan sampai ada warga yg kelaparan, jangan sampai ada warga yg tidak terdata.
Apabila tdk terdata atau tdk dapat bantuan silahkan laporkan.
Begitu pressrelease dari gubernur kece dan mempesona.
Berita itu masuk alam bawah sadar warga, ketika mereka tahu tdk masuk langsung datang ke rt rw nya.
Lua rbiasa menghadapi warga itu. "Saya terdzolimi" "RT RW ga adil" bahkan sumpah serapah keluar dari mulut mereka....
Ketika saatnya dibagikan, ternyata hanya beberapa warga yg dapat. Itupun tdk sesuai data pengajuan.
Yang mati masuk daftar, yang pindah kebagian jatah bantuan juga.
Yang sudah dapat bantuan PKH ataupun bantuan beras ketiban berkah. Wow emejing, excellent...
Bahkan, warga bolak balik ke rumah minta jatah bantuan karena sdh masuk daftar penerima bantuan, nyatanya bantuan tak kunjung tiba.
Pupus sdh harapan mereka. Marah, kecewa campur aduk.
Kami sebagai pengurus hanya bisa menenangkan saja, sambil menahan kepala yg sedikit oleng....
Kami menduga, data yg sudah cape cape dikumpulkan tdk dipake. Kita ga tau, pemprov ambil data dari mana.
Benar benar amburadul bin bahlul. Padahal sangat mudah mendapatkan data dari kami.
Katanya teknologi sdh canggih, ketua rw bahkan dikash HP satu satu, disitu ada aplikasi sapa warga, kenapa tdk dipake teknologinya??!!
Bahkan mungkin via email pun saya pikir bisa.
Apa tdk ada orang pemprov yang jago IT?? Jago ngoding bikin aplikasi untuk pendataan??atau mungkin hanya bikin google form buat memudahkan??
Semangat para kader, pengurus rt rw dalam mendata warga begitu tinggi, namun ambruk setelah tau hasil jerih payah mereka dibuang begitu z. Ta dipake bahkan tdk dihargai...
Luar biasa kalian.....
***
Amanah coba saya sampaikan untuk warga yg sdh meninggal yang masuk daftar penerima banprov....