Kilas Balik

Soeharto atau Sultan Hamengku Buwono IX Penggagas Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Jawabannya

Terungkap Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta menjadi satu episode penting dalam sejarah revolusi Indonesia.

Spaarnestad Photo/Hugo Wilmar
Tentara Republik di Yogyakarta; Desember 1947. 

Menurut Muhklis, gagasan mendiang Sri Sultan hendak mengadakan SU 1 Maret 1949 itu dilatarbelakangi oleh kepentingan nasional, yakni menunjukkan kepada dunia internasional "denyut nadi" Republik Indonesia masih hidup.

Buku Sepanjang Hayat Bersama Rakyat, 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX
Buku Sepanjang Hayat Bersama Rakyat, 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX (goodreads)

Ide itu, jelas Muhklis, lalu didiskusikan dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan akhirnya dibahas.

Atas saran Jenderal Soedirman, Sri Sultan lalu menghubungi Letkol Soeharto soal ide itu dan membahas pengoperasiannya.

Meluruskan Sejarah

Sekretaris Pengendalian Pemerintahan / Pjs. Menteri Sekretaris Negara Bondan Gunawan ketika berada di Yogyakarta mengungkapkan hal serupa.

Dalam kaitan ini Ia menegaskan, karena dokumen otentik tentang peristiwa sejarah SU 1 Maret 1949 telah dimiliki, pemerintah melalui kepala Arsip Nasional RI akan "meluruskan" masalah ini.

Wawancara itu sendiri dilakukan BBC London ketika Sri Sultan selaku wakil presiden sedang berkunjung ke Inggris.

Presiden Soeharto dan Wapres Sultan HB IX
Presiden Soeharto dan Wapres Sultan HB IX (Ade Sulaeman)

Adapun menyangkut dokumen Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pihaknya belum bisa memberikan penjelasan, karena hingga kini dokumen itu belum jelas keberadaannya.

"Arsip Nasional sedang setengah mati mencarinya. Itu dalam proses," kata Bondan Gunawan.

Namun, di sisi lain Ia mengingatkan, catatan sejarah yang menyangkut Supersemar maupun SU 1 Maret harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya, baru kemudian benar atau salah.

Adapun sikap pemerintah terhadap SU 1 Maret dan dan Supersemar tergantung rakyat.

"Setneg itu, kan, aparat pemerintah, dan pemerintah merupakan alat rakyat. Kalau rakyatnya mau begitu, ya jangan Anda menjauhkan Setneg dari rakyat," kata Bondan Gunawan.

Sultan HB IX Minta Laskar Rutin Latihan Perang

Melansir dari National Geographic, ketika pada bulan Januari 1946 Ibukota RI berpindah ke Yogyakarta, maka sebagai Raja Yogyakarta, Sultan HB IX harus bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan Presiden Soekarno dan semua stafnya.

Tidak hanya menjamin keamanan semua “rombongan Soekarno” Sultan HB IX bahkan mengeluarkan dana Keraton yang cukup besar untuk menjamin roda pemerintahan RI selama sekitar 4 bulan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved