Berita Jakarta

3 Tips Agar Terhindar dari Kejahatan Skimming ATM Hingga Dijelaskan Cara Kerjanya

skimming dilakukan dengan memasang perangkat skimmer di slotcard alias lubang tempat memasukkan kartu pada mesin ATM.

the balance
Ilustrasi-- Skimming lewat ATM 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Dugaan skimming Anjungan Tunai Mandiri (ATM), uang belasan nasabah raib di Cengkareng, Jakarta Barat.

Diketahui, uang belasan nasabah raib ratusan juta rupiah di ATM di Cengkareng merupakan warga Rumah Susun (Rusun) Bumi Cengkareng Indah, Jakarta Barat.

Mereka jadi korban dugaan skimming ATM di Cengkareng.

Satu di antara korban Septi Yudiana (29) mengungkapkan, ada 19 warga Rusun yang menjadi korban skimming usai bertransaksi menggunakan ATM tersebut.

Kejadian itu sudah terjadi sejak bulan April 2020 lalu.

BOBOL ATM Hingga Ratusan Juta Rupiah, Dua Anggota Komplotan Skimming Kartu ATM Dibekuk Polda Metro

"Saya sendiri jadi korban pada Minggu (12/4/2020) saat hendak mengecek saldo di mesin ATM BRI tersebut," kata pria yang akrab disapa Yudi itu dihubungi Rabu (13/5/2020).

Metode skimming adalah pencurian data nasabah pada kartu debit.

Kejahatan ini dialami oleh nasabah sejumlah bank di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah bank-bank besar.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana menjelaskan, skimming dilakukan dengan memasang perangkat skimmer di slotcard alias lubang tempat memasukkan kartu pada mesin ATM.

Pakai Dialek Melayu untuk Tipu Korban, Pelaku Penipuan Modus Skimming ATM Belajar dari Televisi

Kemudian, data nasabah yang terdapat di dalam kartu debit yang dilengkapi pita magnetik (magnetic stripe) digandakan dengan menggunakan skimmer dan dipindahkan ke kartu baru.

"Mereka menjebolnya (dana nasabah) di luar negeri. Pemain-pemain di Indonesia dipakai sebagai alat saja oleh pemain internasional," kata Heru seperti dikutip Wartakotalive.com dari Kompas.com

Lebih lanjut, skimming biasanya dilakukan pada mesin ATM yang lokasinya relatif jauh dari kantor cabang bank, seperti di daerah-daerah yang jauh, hingga di pusat-pusat perbelanjaan.

Keterangan pers yang mengungkap dua WNA Rumania pencuri dana nasabah modus skimming di Mapolda Metro Jaya, Senin (11/11/2019).
Keterangan pers yang mengungkap dua WNA Rumania pencuri dana nasabah modus skimming di Mapolda Metro Jaya, Senin (11/11/2019). (Warta Kota/Budi Sam Law Malau)

Pelaku skimming di Indonesia tutur Heru, hanya bertugas memasang skimmer dan datanya dikirim ke luar negeri.

Terkait hal ini, Heru menyebut pengawas-pengawas di OJK secara periodik memeriksa sistem keamanan bank.

Tujuannya adalah untuk menjamin transaksi nasabah aman dan tidak terjadi masalah pada sistem.

Meskipun demikian, hal yang terjadi adalah pelaku menyerang mesin ATM.

Selain itu, Heru juga berpandangan, tidak ada alat untuk mencegah skimming alias anti-skimming.

Sehingga, satu-satunya upaya yang paling efektif untuk mencegah terjadinya skimming adalah mengganti kartu debit dari teknologi pita magnetik ke kartu yang dilengkapi cip.

Sebab, data nasabah yang bisa diambil oleh pelaku kejahatan adalah yang tersimpan di kartu yang dilengkapi pita magnetik.

"Tidak ada alat anti skimming, yang paling efektif adalah menggantik kartu ATM dari magnetic stripe ke cip. Sampai saat ini (kartu dengan cip) belum bisa digandakan. Kalau diganti ke cip akan lebih aman," tutur Heru.

Ia menjelaskan, OJK pun terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk mempercepat penggantian kartu dari pita magnetik ke cip.

Heru menyebut, bank sentral sudah menyetujui percepatan tersebut.

"Memang ada kendala ada bank yang kartunya banyak dan mengganti kartu biayanya antara 1-2 dollar AS," ujar Heru.

Ia mengatakan, apabila terbukti nasabah menjadi korban skimming, maka bank wajib mengganti dana nasabah yang raib.

Bank-bank yang menjadi korban skimming pun telah mengganti dana nasabah yang terdampak.

"Tetapi daripada berulang terus mengganti dana, kartunya lebih baik diganti. Kami sepakat dengan BI akan terus percepat dan koordinasi teknis kapan harus mengganti kartu," terang Heru.

Tips menghindari skimming

Ahli digital forensik, Ruby Alamsyah mengatakan, kasus kejahatan perbankan metode pencurian akses atau sistem milik orang lain (skimming) di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 2009.

Kasus kejahatan skimming sejak saat itu terus berulang dan memunculkan banyak korban.

Hal itu terjadi karena akses yang mudah bagi pelaku untuk melakukan tindak kejahatan skimming pada mesin ATM.

Menurut dia, terdapat 3  tips agar terhindar kejahatan skimming ATM

1. Usahakan transaksi ATM di kantor bank

Ruby menjelaskan, pelaku tidak pernah menaruh alat skimming-nya di mesin ATM yang berlokasi di kantor bank.

Sebab, di kantor bank penuh pengamanan dan ramai dikunjungi.

"Kalau mau lebih aman, memastikan kita mengakses ATM itu di mesin ATM yang tanpa alat skimming. Itu mengakses ATM di mesin ATM yang ada di kantor bank," kata Ruby saat dihubungi Kompas.com

2. Rutin ganti PIN

Tips kedua, lanjut Ruby, masyarakat harus rajin secara berkala mengganti nomor pin ATM-nya.

Hal itu agar menyulitkan pelaku mencari tahu nomor pin nasabah.

"Rutin berkala kita ganti PIN, gunakan PIN yang aman dan mudah diingat. Tetapi juga rutin melakukan penggantian nomor PINnya," ujar Ruby.

3. Perhatikan mesin ATM

Pelajari regulasi indikasi mesin ATM yang terdapat alat skimming dari media sosial maupun website lainnya.

Ruby menambahkan, masyarakat harus memahami indikasi alat skimming berada di mesin ATM atau alat-alat yang seharusnya tidak ada di mesin ATM sebelum memasukkan kartu ATM.

"Kebanyakan pelaku itu memasang alat skimming pakai double tape sehingga biasanya kurang rapi gitu yah. Nah kita perhatikan lah apakah ada alat-alat tambahan yang mencurigakan di mesin ATM," ujar Ruby.

Jika ditemukan alat-alat atau hal yang mencurigakan, maka batalkan saja transaksi di mesin ATM tersebut dan ganti dengan mesin ATM lain yang lebih aman.

Terkait hal itu, polisi baru saja menangkap tersangka kasus skimming bernama Ramyadjie Priambodo yang dibekuk di kamar apartemennya di Jalan Jenderal Sudirman pada 26 Februari 2019 lalu.

Saat ditangkap, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya mesin ATM, dua kartu ATM, laptop, dua kartu putih yang berisi data nasabah, telepon genggam, masker, uang tunai Rp 300 juta, dan kerudung.

Ramyadjie memperoleh data-data nasabah dari sebuah komunitas online di pasar gelap (black market) di internet) untuk melakukan aksi pencurian atau akses ke sistem milik orang lain.

Di komunitas online tersebut, Ramyadjie mempelajari teknik skimming dan mendapatkan data-data rekening korban.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved