Virus Corona

Pagebluk Pes Indonesia Masa Kolonial Belanda Mirip Pandemi Corona, Berikut Kisah Lengkapnya

Jauh sebelum pandemi corona, pada masa penjajahan Belanda Indonesia, khususnya Jawa pernah dilanda pagebluk pes (tikus).

Willy Mullens/NV HAGHE-FILM/EYE
Seorang lelaki menunjukkan tikus yang mati dari dalam bumbung rumah. Adegan program woningverbetering—pemberantasan tikus rumah, perbaikan, dan penggantian rumah dalam film propaganda berjudul De Pest Op Java, 1927. 

Penyakit pes telah mewabah di Asia terutama pada akhir 1800-an dan awal 1900-an. Sederet negara yang pernah terjangkiti adalah Tiongkok, Myanmar, dan di wilayah Arab Saudi tempat orang-orang berhaji.

Pada 1905, kasus pes tercatat pertama kali di Hindia Belanda, tepatnya di perkebunan Deli, Sumatra Utara. Kebetulan penderitanya adalah dua kuli asal Tiongkok.

Pemilik perkebunan segera mengisolasi mereka dalam stasiun karantina sehingga tidak sempat menjadi wabah yang meluas, demikian ungkap Syefri.

Kasus pes dianggap selesai saat itu. Kemudian Syefri menuturkan beberapa aspek bagaimana penyakit ini bisa berjangkit kembali sampai di Jawa, bahkan dalam skala yang mengerikan.

“Pada 1905-1910 terjadi kegagalan panen di Jawa,” ujarnya, "terutama Malang.”

Cerita Keresahan Setelah Menikah, Podcast Tarra Budiman Masuk 10 Besar Topcaster Indonesia

Jawa yang pernah dikenal pada abad sebelumnya sebagai lumbung padi dari timur itu menderita defisit beras.

Akhirnya, pemerintah kolonial mengimpor beras dari Myanmar. “Negara itu memiliki riwayat pandemi pes,” tegas Syefri.

“Namun, karena pemerintah kolonial tidak mau tahu dan tidak peduli, beras tersebut dikirim begitu saja.”

Beras impor asal Birma, yang di dalamnya terdpat tikus-tikus terinfeksi pes, diangkut menggunakan kereta menuju Malang. Karena tanah longsor, beras disimpan di Turen. Sejak saat itu wabah pes menjalar tak terkendali di Jawa.

Beras impor dari Myanmar dikirim ke Pelabuhan Tanjungperak, Surabaya.

Soal dan Jawaban Belajar dari Rumah TVRI Materi Kain Batik untuk SMP Senin 4 Mei 2020

Impor beras itu memuat tikus yang terinfeksi bakteri pes, namun tidak menyebarkan penyakit sama sekali saat disimpan di gudang-gudang pelabuhan.

Baru setelah tiba di Malang, pagebluk pes menjalar-jalar dari kampung ke kampung. “Lucu dan ironis,” ucap Syefri.

Beras yang datang bersama tikus-tikus yang terinfeksi itu dikirim melalui gerbong-gerbong kereta dari Surabaya menuju Malang.

“Ternyata pada Oktober-November, daerah antara Welingi dan Malang, itu terjadi hujan dan longsor,” demikian Syefri berkisah.

“Jadi beras-beras tersebut akhirnya disimpan di gudang-gudang beras di daerah Turen.”

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved