Video Viral

Viral Video Dua Petugas Kelelahan tidak Kuat Gotong Jenazah ke Pemakaman, Warga Sibuk Merekam

Kemudian, dua petugas itu kembali mencoba mengangkat peti itu. Tapi baru berjalan sekira empat meter kembali peti itu diturunkan karena tidak kuat.

Editor: Mohamad Yusuf
Tribunnews/Irwan Rismawan
(ilustrasi) Petugas mengangkat jenazah pasien virus corona atau Covid-19 yang meninggal untuk dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (25/3/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sebuah video viral dua petugas yang kelelahan tidak kuat menggotong peti berisi  jenazah ke pemakaman.

Video tersebut berdurasi 2.54 menit.

Dua petugas itu menurunkan peti berisi jenazah dari mobil ambulans bertuliskan RSUD Genteng.

Beralamatkan Jalan Hasanudin, Dusun Krajan, Genteng Wetan, Kec. Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Video itu diunggah oleh akun @faktamediaofficial di Instagram, Kamis (16/4/2020).

 Terkuak Telepon Rahasia Pejabat China, Jika Kasus Corona Diumumkan lebih Awal, Ribuan Orang Selamat

 Catat! Kemensos Fokus Bansos Sembako di Jakarta, Pastikan belum ada Penyaluran Bansos Rp 600.000

 Sebut Penanganan Covid-19 di Indonesia Buruk, Pelatih Timnas Shin Tae-yong Beberkan Buktinya

 Anies Usulkan ke Luhut Agar Operasional KRL Selama PSBB Dihentikan

 Bocah 9 Tahun Ini Bawa Uang Koin Hasil Tabungannya Lalu ke Polsek Minta Disumbangkan untuk Beli APD

Namun, ketika hendak dibawa ke pemakaman, dua petugas berpakaian APD itu tampak kelelahan.

Sempat peti jenazah diangkat.

Namun belum sempat berjalan peti itu kembali diturunkan karena tidak kuat.

Warga pun berteriak, "Nggak kuat Pak, Nggak kuat, nggak mampu."

Kemudian, dua petugas itu kembali mencoba mengangkat peti itu.

Tapi baru berjalan sekira empat meter kembali peti itu diturunkan.

Tampak kedua petugas itu kelelahan hingga tak mampu mengangkat peti tersebut.

Sebenarnya ada satu petugas lagi yang berpakaia APD, namun entah kenapa tidak turut membantunya.

Sementara banyak warga di sekitar lokasi hanya menonton dan merekam kejadian tersebut menggunakan ponsel.

Tak lama kemudian, warga memberikan dua buah alat pengangkut pasir.

Tapi tidak diketahui, apakah peti jenazah itu berhasil diangkat dan dibawa ke pemakaman atau tidak.

• Lawan Penimbun, Ridwan Kamil Minta Produksi Masker Medis di Bogor Minimal 1 Juta Buah Per Hari

 Ternyata Tiket Asimilasi Napi yang Mau Bebas Dihargai Rp 5 Juta, Menteri Yasonna kembali Disorot

 Orangtuanya Sembuh dari Corona, Bocah yang 30 Hari Tinggal di Rumah Ridwan Kamil Akhirnya Pulang

 Justin Bieber Live Instagram Bareng Fans Asal Indonesia, Bilang Aku Sayang Kamu

 Ini Jadwal Bus Damri Terbaru, Rute yang masih dan Stop Operasi, Cara Refund dan Reschedule Tiket

Video itu pun mendapatkan tanggapan beragam dari netizen.

Mereka banyak yang menyayangkan warga sekitar yang hanya menonton dan merekam meliat kejadian tersebut.

Namun beberapa tanggapan lainnya banyak yang mendoakan para petugas itu.

Berikut tanggapan netizen: 

@bro_deon
Kok malah pd nonton...lo ambil jas hujan pake helm sarung tangan bantu tu bawa jenazah

@trizna_rizka
Klo gw disitu, demi Allah, gw bantuin gotong. Bismillah Pake sarung tangan dan masker, lebih etis membantu daripada menonton seperti itu gaes.

Masalah tertular atau itu Takdir. Atau lebih baik tim pengurus covid seharusnya persiapkan tim lebih dari 2 orang yg dilengkapi APD untuk bagian penguburan jenazah agar tidak seperti ini.

@kheni_cha
Cm pada sibuk ngerekam ga ada yg bantuin

@zahra.za24
Ya Allah semoga mereka kelak dapat hadiah dr allah

@haryatiida6
Ya Allah, kenapa cuma berdua yang angkat petinya, semoga Allah melindungi kalian

Berikut unggahan tersebut:

Curahan Hati Pengantar Jenazah

Curahan dan jeritan hati Muhammad Nursyamsurya terkuak dalam wawancara khusus Program Mata Najwa pada Selasa (16/4/2020) malam.

Keluh kesah itu disampaikan usai Najwa Shihab menanyakan tentang jumlah korban meninggal dunia yang dimakamkan lewat prosedur tetap (protap) jenazah positif virus corona.

"Sehari bisa memakamkan berapa korban Pak Syam?," tanya Najwa Shihab.

"Puluhan mbak Nana," jawab Muhammad Nursyamsurya singkat.

"PUluhan? dan pak Syam melakukan semua, bukan hanya membawa mobil tapi juga mengurus memakamkan, menggali tanah, apakah Pak SYam?," tanya Najwa SHihab lagi.

"Kami ada beberapa bagian, kami dari Dinas untuk mobil jenazah dan teman-teman yang ada di pemakaman, khusus untuk (penggalian) lubang pemakaman," ungkap Muhammad Nursyamsurya.

"Jadi ada bagian-bagiannya mbak Nana," tambahnya.

Merujuk pernyatan Muhammad Nursyamsurya, Najwa Shihab menanyakan perasaan serta kekhawatiran para petugas pemakaman.

"Adakah rasa khawatir, rasa ketakutan pak Syam klau harus menguburkan pasien covid-19?," tanya NAjwa Shihab.

Mendapatkan pertanyaan tersebut, Muhammad Nursyamsurya mengaku khawatir terpapar virus corona.

Perasaan yang menurutnya sangat manusiawi.

Namun, terus bertambahnya korban meninggal dunia setiap hari, Muhammad Nursyamsurya mengaku sedih.

"Pertama itu memang tugas Mbak Nana, memang kami harus menjalankan itu. Memang ada rasa khawatir ada, manusiawi Mbak Nana," ungkap Muhammad Nursyamsurya.

"Tapi bertambahnya (korban) hari ke hari, karena bertambahnya yang meninggal, itu yang membuat kami sedih Mbak Nana, karena bertambah terus," ungkapnya terbata.

"Awalnya biasa, karena kami dari tanggal 6 (Maret 2020) itu sudah menjalankan tugas itu (pemakaman dengan protap covid-19). semakin hari ke sini, semakin bertambah setiap hari," tambahnya.

Kesedihan itu katanya terus bertambah melihat sikap masyarakat yang seaakan tidak perduli dengan situasi selama pandemi.

Jalanan Ibu kota diungkapkannya masih terlihat padat.

Hal tersebut katanya menjadi pertanda masyarakat tidak menjalani anjuran dari pemerintah untuk berdiam diri di rumah.

"Rasa khawatir itu muncul karena publik banyak yang belum sadar akan pandemi ini ya pak SYam?," tanya Najwa SHihab.

"Iya, seharusnya mereka tahu Mbak Nana. Jalanan Jakarta itu masih penuh, masih macet, seharusnya mereka tahhu apa yang kami kerjakan sekarang," balas Muhammad Nursyamsurya.

"Kami memakamkan jenazah-jenazah ini setiap hari bertambah, 'tolong ikuti instruksi dari pemerintah, diam di rumah, kurangilah pekerjaan kami!'. Sedih ngeliatnya setiap hari Mbak Nana, jalanan Jakarta masih macet Mbak Nana," tambahnya.

Pernyataan Muhammad Nursyamsurya menggelitik Najwa Shihab untuk menggali lebih dalam.

Najwa Shihab kemudian menanyakan keinginan Muhammad Nursyamsurya terdalam mengenai sikap acuh masyarakat terhadap virus corona.

"Apa yang rasanya mau Pak Syam lakukan? apa yang betul-betul dalam hati, gemas begitu, ketika membawa mobil jenazah ambulans tetapi melihat kanan-kiri mobil masih ramai-masih macet, apa yang sebetulnya ingin dilakukan Pak Syam?," tanya Najwa Shihab.

"Saya pengen naik pakai (truk) tronton, teriak di jalanan kepada masyarakat, 'haloo.. tolong kalian dsiam di rumah, tolong ikuti anjuran pemerintah, kalau kalian tahu berapa banyak jenazah yang kamin makamkan tiap hari, pasti kalian akan sedih, karena jenazah itu nggak ada yang diantar! Nggak Ada yang didoain! langsung masuk liang lahat'," ungkap Muhammad Nursyamsurya.

"Saya minta tolong kepada masyarakat tetap di rumah, ikutin anjuran pemerintah untuk beberapa hari ini, ini nggak jelas sampai kapan kita (epidemi) ini (berakhir) Mbak? sampai kapan kita nggak tahu, sampai kapan kita begini! kehidupan seperti ini kita nggak tahu mbak!," tegasnya.

Tidak hanya menyesalkan sikap masyarakat yang acuh, Muhammad Nursyamsurya mengaku sedih lantaran dirinya tidak mengetahui kapan wabah virus corona berakhir.

Padahal diungkapkannya bulan suci Ramdhan akan segera tiba.

Dirinya yang merupakan seorang muslim berharap dapat beribadah layaknya bulan puasa pada tahun-tahun sebelumnya.

"Sebentar lagi bulan puasa, pengen teraweh berjemaah! pengen Idul Fitri! tolong buat masyarakat diam di rumah sebentar aja, 14 hari. Sebentar lagi kita puasa, minta tolong," ucapnya kembali terbata.

"Kami memakamkan jenazah-jenazah ini udah puluhan tiap hari, minta tolong, kita juga punya keluarga," ucapnya menangis.

"Kita punya tetangga, kita punya kehidupan. Ini kehidupannya seperti ini nggak..," ujar Muhammad Nursyamsurya kembali menangis.

Terhenti sejenak, Muhammad Nursyamsurya melanjutkan curahan hatinya.

Dirinya mengaku sangat ingin berteriak kepada masyarakat di tengah jalanan padat.

Sehingga masyarakat yang acuh terhadap imbauan pemerintah dapat tersadar dan berdiam diri di rumah.

"Masa kita harus (jalani) kehidupan seperti ini terus? kita harus bersosialisasi. 'Minta tolong kepada masyarakat untuk diam di rumah'. Sedih Mbak, sebentar lagi bulan puasa, saya pengen teriak Mbak di jalanan, di lampu merah macet, dini hari masih macet. masyarakat nggak ada yang ngerti," ujarnya menarik nafas panjang.

"Sedih mbak setiap hari terima telepon, tiap menit telepon masuk, ada jenazah yang harus dilayani, yang harus dilakukan protap 19 (virus corona)," ungkap Muhammad Nursyamsurya.

"Sedih mbak, tapi masyarakat nggak ada yang ngerti. Capek, tapi itu emang kerjaan, mau apa?," ujarnya menghapus air mata.

Mendengar jawaban dari Muhammad Nursyamsurya, Najwa Shihab tersontak.

Dirinya terlihat tertunduk dan terdiuam sejenak.

Sesaat terdengar, suaranya ikut lirih seiring dengan tangisan Muhammad Nursyamsurya.

Namun, Najwa Shihab terlihat kembali menguatkan Muhammad Nursyamsurya.

Bahwa sebenarnya seluruh kelurga Muhammad Nursyamsurya sangat mengkhawatirkan keselamatannya setiap kali pergi bekerja.

"Iya pak syam, saya mungkin membayangkan keluarga Pak Syam di rumah juga sebetulnya khawatir melihat Pak SYam setiap hari harus berjibaku menyelesaikan pekerjaan. Tapi di sisi lain banyak masyarakat yang bahkan tidak perduli dan cuek, seperti tadi Pak Syam katakan," ujar Najwa Shihab.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved