Gunung Anak Krakatauu Erupsi
Gunung Salak Jadi Trending Menyusul Dugaan Asal Dentuman Bukan dari GAK, Tapi dari Gunung Salak
Kini muncul kemungkinan asal dentuman, bukan dari GAK, namun dari Gunung Salak. Sebab pada saat bersamaan terjadi hujan petir di sekitar Salak
WARTAKOTALIVE.COM, BOGOR -- Dentuman pada Sabtu (11/4/2020) dini hari masih menjadi misteri di masyarakat. Dentuman tersebut sebelumnya diduga berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau (GAK).
Namun, kini muncul kemungkinan asal dentuman, yakni dari Gunung Salak.
Sebab, pada saat bersamaan terjadi hujan petir di sekitar gunung tersebut.
Gunung Salak menjadi trending sejak Sabtu malam hingga Minggu dini hari.
Semula trending dengan kata Gunung Salak, mulai Minggu Dini Hari disertai tagar jadi #GunungSalak.
• Tiga Pekan Kerja di Rumah, Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak Terlihat dari Kembangan Jakbar
• Viral, Wisata Negeri di Atas Awan Gunung Luhur di Kawasan Gunung Salak Banten Instagramable Banget
Berikut komentar netizen dengan tagar #GunungSalak
@MDeni65: Jadi hari ini ada dentuman lagi puku 1.15?
@insankelam5134: #gunungsalak aku tau indonesia lagi sakit, tapi plis kamu harus sehat terus ya, cukup sebagian indonesia yang sakit kitamah jangan..
@Alkatiri_9: waktu masih SD, pas tinggal di bogor, rumah gw deket sama gunung salak. Kebetulan pas kejadian pesawat sukoi itu lewat nya persis di atas rumah gw, dan suara tabrakan nya kedengeran jelas. bapak gw sering kesono dan sering ngeliat hal aneh, banyak cerita pokonya.
#gunungsalak
@lolagiproject: Sengaja belum tidur sampe jam 3 ini waktu bekasi, biar gak ketinggalan trending seperti dentuman kemarin. Masih sepi aja nih. Semoga beneran sepi, jangan karena gw yg gak peka.
#gunungsalak
#malamminggu
@alberrts_: Gunung salak masuk trending seketika gw flashback pas naik waktu itu betapa suges dan was was gw pas lewat rute ini aselii, gw naik berdua doang dan gw bedua gatau kalo hari itu pas banget sama malem satu suro gblk bgt gw bedua wkwk #gunungsalak #kisahtanahjawa
Penjelasan PVMBG
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali memastikan dentuman yang terdengar oleh sebagian masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) bukan berasal dari erupsi GAK.
"Bukan (dari GAK), melainkan dari sumber lain. Nah, sumber lainnya kami tidak bisa menentukan," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Khaerani melalui sambungan telepon kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan berdasarkan laporan dari pos pemantauan terdekat di sekitar GAK, petugas tidak menemukan bahwa dentuman itu berasal dari GAK karena intensitas erupsinya relatif kecil, sehingga tidak mungkin menghasilkan suara dentuman yang terdengar sampai 125 kilometer ke wilayah Jabodetabek.
• TERUNGKAP: Anarko Sindikalis Incar Satu Provinsi di Kalimantan Sebagai Sasaran Utama Vandalisme
"Apalagi di pos pengamatan Gunung Anak Krakatau sendiri yang jaraknya 42 km. Itu tidak terdengar," katanya.
Meski demikian, petugas di sekitar pos pemantauan Gunung Gede, Bogor, dan Gunung Salak di Sukabumi, menurut laporan memang mendengar juga adanya suara keras.
Tetapi mereka menduga suara itu berasal dari petir saat hujan petir yang terjadi menyusul erupsi di GAK. Demikian juga petugas di sekitar GAK.
• Luhut Curhat Soal Kebangsaan Terkait Penanganan Virus Corona, Netizen Langsung Menduga Said Didu
"Jadi bukan hanya di Gunung Gede dan Gunung Salak yang mendengar petir, di sekitar Gunung Anak Krakatau pada saat bersamaan dengan erupsi itu memang terdapat juga hujan petir, karena saat ini sedang musim hujan disertai petir," katanya.
Terkait dengan suara dentuman, PVMBG sendiri memasang alat bernama infrasound untuk merekam kemungkinan adanya sinyal akustik dari erupsi gunung api.
Namun, infrasound hanya merekam gelombang suara yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia, berbeda dengan dentuman yang terdengar oleh sebagian masyarakat di wilayah Jabodetabek.
• Kisah Driver Ojol, Diusir dari Kontrakan, Viral di Medsos, Kembali ke Kontrakan dan Dapat Sembako
"Jadi walaupun dengan alat itu dia terekam, tapi kan frekuensinya berbeda dengan dentuman yang langsung bisa terdengar oleh telinga manusia," katanya.
Oleh karena itu, Nia memastikan suara dentuman menyusul erupsi Gunung Anak Krakatau bukanlah berasal dari gunung tersebut, melainkan dari sumber lain yang belum diketahui secara pasti.
Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar dalam tulisannya di akun Instagram resmi PVMBG KESDM juga sependapat dengan hal itu.
Ia menyimpulkan bahwa ancaman primer yang langsung dari erupsi GAK bersifat lokal karena lontaran batu atau lava hanya terlokalisir di tubuh gunung api.
• Hanya Ketemu Tukang Sayur Positif Corona, Begini Perbincangan Ibu Rumah Tangga dengan Ganjar Pranowo
"Sangat kecil kemungkinan, bahkan diabaikan ancaman bahaya seperti ini sampai ke Pulau Jawa atau Sumatera," katanya.
Suara dentuman, kata dia, tidak merefleksikan eksplosivitas erupsi, tidak juga dapat dijadikan indkator akan terjadinya erupsi besar.
Ancaman bahaya sekunder berupa abu vulkanik jangkauannya dapat lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
"Untuk hal itu PVMBG sudah menerbitkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan kode warna orange," katanya.
• Rumah Lawan Covid-19 Kota Tangsel Dibuka Pekan Depan, Dibangun Mirip Rumah Warga Agar Pasien Kerasan
VONA tersebut sudah terintegrasi dengan sistem penerbangan sehingga tindak lanjut dari stakeholder dari penerbangan dapat dilakukan.
Untuk itu, PVMBG mengimbau masyarakat di Pulau Jawa dan Sumatera untuk tidak khawatir terhadap kemungkinan dampak erupsi GAK.
Tentang Gunung Salak
Sekadar catatan, Tahun 1600-an Gunung Salak pernah meletus beberapa kali hinga terakhir tahun 1938.
Menurut Wikipedia, Gunung Salak merupakan gunung api strato tipe A.
Puncak tertinggi (Puncak Salak I) menurut Hartmann (1938) adalah puncak berusia tertua.
Puncak Salak II berketinggian 2.180 m dpl. dianggap yang tertua kedua.

Selanjutnya muncul Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.
Terdapat sejumlah kawah aktif yang tidak berada di puncak.
Kawah terbesar, Kawah Ratu, merupakan kawah termuda. Kawah Cikuluwung Putri dan Kawah Hirup merupakan bagian dari sistem Kawah Ratu.
Semenjak tahun 1600-an tercatat terjadi beberapa kali letusan, di antaranya rangkaian letusan antara 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935.
• Waspada Pandemi Covid-19, Ada 894 Kasus Virus Corona Ditemukan di Tangsel Hingga Sabtu (11/4/2020)
Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.
Menurut catatan PVMBG, erupsi terbesar pernah terjadi pada tahun 1699, yang bersifat erupsi magmatis dan bersifat merusak, catatan korban tidak diketahui.
Secara morfologi, Gunung Salak memiliki banyak jurang curam dan dalam. Karena seluruh tubuh gunung sampai puncak tertutup hutan lebat, kontur gunung ini tidak mudah terlihat.
Hal ini sering kali menipu pendaki maupun penerbang yang melewati kawasan pegunungan ini.