Info Balitbang Kemenag

Halaqah Ulama Asean, Kegiatan Balitbangdiklat Kemenag yang Dikemas di INCRE 2019

Pihak Balitbangdiklat Kemenag RI, mempunyai kegiatan rutin bertaraf ASEAN, yakni Halaqah Ulama Asean.

Penulis: Advertorial | Editor: PanjiBaskhara
Tangkap Layar Akun Twitter Kemenag RI @Kemenag_RI
Logo Kementerian Agama (Kemenag) RI 

Pihak Balitbangdiklat Kemenag RI, mempunyai kegiatan rutin bertaraf ASEAN, yakni Halaqah Ulama Asean.

Kegiatan Halaqah Ulama Asean, dikemas dalam Konferensi Internasional pertama tentang keagamaan dan pendidikan The 1st International Conference on Religion and Education (INCRE) 2019 di Bintaro, Tangerang.

Dalam satu dekade ini, Badan Litbang dan Diklat Agama Kementerian Agama RI memulai tahun 2010 dengan membuat kegiatan rutin.

Kegiatan rutin itu merupakan kegiatan konsultasi pemerintah dengan tokoh-tokoh agama, untuk membicarakan masalah-masalah sosial keagamaan yang terjadi di Indonesia.

Simak Pengembangan Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan Keagamaan Menurut Balitbangdiklat Kemenag

Bagaimana Kesiapan Pelaku Usaha Terkait Sertifikasi Halal di Indonesia? Ini Hasil Penelitiannya

Bagaimana Dinamika Moderasi Beragama di Indonesia? Begini Penjelasannya

Beberapa permasalahan pernah dibicarakan seperti masalah pendidikan, hisab rukyat, masalah haji, produk halal, ekonomi umat pernah dibincangkan dalam kegiatan tersebut.

Saat itu kegiatan ini diberi nama Halaqah Ulama Nasional.

Mulai Tahun 2015, bersamaan diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Halaqah Ulama berawal skala nasional kemudian diperluas menjadi konsultasi pemimpin agama dari negara-negara Asean dan disebut Halaqah Ulama Asean.

Halaqah Ulama Asean 2016 yang dihadiri perwakilan Ulama dari 5 negara Asean (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, dan Thailand) menghasilkan Komitmen Bogor yang merekomendasikan:

1). Perlunya sosialisasi Islam Wasathiyah sebagai penjabaran Islam rahmatan lil alamin sebagai misi bersama umat beragama Asean

2). Membuat forum ilmiah bersama

3). Membuat program bersama guna meningkatkan kualitas pesantren di negara-negara ASEAN

4). Pertukaran santri dan guru (santri and teacher exchange) tingkat ASEAN.

5) Membuat pertemuan ulama dan majelis kerjasama tingkat ASEAN

6) Menyerukan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dalam beragama di wilayah ASEAN dan bersama-sama menanggulangi berkembangnya radikalisasi agama di Asia Tenggara dan dunia internasional

7). Membuat kerjasama program pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya pesantren dan kegiatan lain yang mendukung.

Seiring waktu, ada pemikiran pertemuan tokoh agama tidak saja di kalangan Islam tetapi melibatkan tokoh pendidikan lintas agama.

Kegiatan dimulai membangun komunikasi pendididikan lintas agama diadakan di Bandung.

Forum komunikasi ini menghasilkan gagasan untuk membangun komunikasi dan kerjasama antar lintas keagamaan dalam memajukan pendidikan dan peradaban bersama.

Berdasarkan dinamika kegiatan Halaqah Ulama tingkat nasional hingga regional ASEAN dan Simposium Pendidikan Keagamaan, maka dibentuklah sebuah kegiatan.

Kegiatan tersbeut mengundang para peneliti, akademisi, praktisi pendidikan agama dan keagamaan semua agama.

Baik dari dalam negara-negara Asean maupun internasional.

Kegiatan ini dikemas dalam kegiatan The 1 International Conference on Religion and Education International Conference ini bertujuan:

1). Menguatkan sikap moderasi beragama sesama negara Asean melalui pendidikan agama

2). Merumuskan pemikiran-pemikiran tentang agama dan pendidikan agama yang mampu merespon tantangan dunia kontemporer

3). Mendialogkan berbagai pemikiran agama dan pendidikan agama dalam menjawab permasalahan kekinian.

Mampukah pendidikan merespon dilema dan problem yang muncul baik dari aspek agama maupun modernitas?

Atas dasar itu, pendidikan ditantang untuk mampu merespon manusia modern yang maju tetapi tidak teralienasi dan tercerabut dari nilai kultural dan agamanya.

Di sisi lain, pendidikan dituntut untuk menyesuaikan diri untuk kemajuan teknologi (4.0) agar agama tidak ditinggalkan oleh pemeluknya.

Apakah pendidikan mampu merespon tersebut?

Terhadap fenomena kontemporer yang sangat maju dan fenomana agama yang berumur puluhan abad.

Apakah agama dan pendidikan mampu menjembatani dua akibat fenomena, yaitu alienasi dan konservatisme beragama?

Reformasi agama diperlukan untuk memberikan kontribusi bagi pendidikan agama.

Untuk menjawab permasalahan ini, Badan Litbang dan Diklat pada tahun 2019 adakan Konferensi internasional dengan tema:

Bagaimana Agama dan Pendidikan Merespon Tantangan dunia Kontemporer?

Acara dilaksanakan meliputi dua tahap, yaitu call for Paper untuk para peneliti, akademisi dan praktisi agama dan pendidikan, serta penyelenggaraan konferensi internasional.

Target kegiatan ini adalah:

1). Pertemuan dan komunikasi tokoh umat beragama negara-negara Asean

2). Terjadinya pertemuan gagasan dan pemikiran agama dan pendidikan dalam menjawab berbagai persoalan

3). Dihasilkannya naskah-naskah kerjasam antar negara Asean dalam pengembangan moderasi beragama dan pendidikan

4). Tersusunnya prosiding internasional yang terindeks global.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan International Conference on Religion and Education berhasil dilaksanakan hari Selasa-Kamis, 8-10 Oktober 2019, bertempat di Hotel Santika Bintaro Tangerang Selatan.

Kegiatan ini dihadiri oleh Menteri Agama RI dan peserta dan narasumber dari 10 negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunai, Timor Leste, Philipina, Tunisia).

Kegiatan International Conference on Regilion and Education ini dilaksanakan meliputi 3 tahapan, yaitu call for paper, konferensi internasional, dan publikasi internasional.

Call for Paper

Kegiatan Call for Paper yang merupakan rangkaian kegiatan konferensi internasional ini berhasil mengumpulkan 123 paper dari dalam dan luar negeri.

Untuk event yang pertama kali diselenggarakan, terkumpulnya jumlah paper sebanyak itu adalah sesuatu yang dapat dikatakan berhasil.

Namun dari kegiatan ini masih ada catatan perbaikan:

1) Jumlah pengirim paper masih banyak dari akademisi dalam negeri. Sementara peserta dari luar masih sangat minim. Hal ini perlu langkah terobosan agar peserta dari luar dapat lebih banyak lagi.

2) Penjaringan ini juga masih minim dalam keberhasilannya menjaring paper dari peserta dari berbagai agama. Saat ini masih didominasi akademisi dari kelompok muslim.

3) Perlu publikasi yang lebih gencar untuk meningkatkan jumlah paper di event-event berikutnya

4) Perlu kerjasama dan pembangunan networking yang lebih luas, agar partisipasi umat beragama dan lembaga pendidikan lebih meningkat lagi.

Konferensi Internasional

Sebagai ajang presentasi dari paper-paper yang terkumpul, pelaksanaan konferensi internasional ini berhasil mengumpulkan peserta dari 10 negara Asean.

Negara itu terdiri dari Indonesia, Brunei, Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, Kamboja, Laos, Miyanmar dan Timor Leste.

Beberapa catatan terkait dengan pelaksanaan konferensi ini, yaitu:

1) Peserta dari luar masih lebih banyak didominasi oleh delegasi sebagai penggagas awal perlunya forum ilmiah antar bangsa

2) Ke depan, harapanya peserta dari dalam dan luar negeri diharapkan lebih banyak sebagai penyaji sehingga dialog pemikiran dan naskah sebakin optimal

3) Perlu pembuatan jaringan komunikasi dari berbagai arah untuk meningkatkan partisipasi konferensi dari luar negeri.

Publikasi Internasional

Tahap berikutnya dari paper yang disajikan dalam konferensi internasional akan didorong untuk masuk dalam publikasi internasional.

Karena itu diberikan penawaran kepada pengirim paper untuk memilih antara prosiding internasional atau jurnal internasional.

Dari tawaran ini ternyata masih menyisakan naskah yang belum siap untuk publikasi internasional.

Sebagai jalan keluar, maka paper yang sudah disajikan namun belum kuat untuk publikasi internasional.

Maka, akan dipublikasikan dalam prosiding nasional.

Dari harapan publikasi internasional ini perlu langkah-langkah:

1) Perlunya kegiatan call for paper dan konferensi internasional ini dilakukan secara reguler setiap tahun

2) Perlunya penguatan bahasa asing sebagai bahasa untuk mempublikasi pemikiran-pemikiran di kancah global melalui penulisan artikel ilmiah

3) Perlunya penguatan terus-menerus budaya akademik yang mendukung penguatan penulisan ilmiah

4) Perlu pemanfaatan dan pembiasaan yang lebih optimal terhadap aplikasi-aplikasi digital yang membantu bagi penulisan ilmiah

REKOMENDASI

Menghadapi tantangan kekinian pendidikan agama dan keagamaan, konferensi internasional ini selain berhasil mendiskusikan 80 paper terpilih, forum ini juga merumuskan rekomendasi sebagai jawaban atas pertanyaan:

Bagaimana agama dan pendidikan merespon tantangan dunia kontemporer? (How Religion and Education Respond to the Contemporary World Challengges?).

Rekomendasi itu meliputi:

1. Agama dan pendidikan merupakan institusi saling mendukung. Agama menjadi salah satu faktor penting menyatukan di tengah keberagaman sehingga agama dan pendidikan dapat menjadi media dalam membangun keharmonisan sosial.

2. Menghadapi tantangan zaman yang lebih kompleks, pendidikan agama lebih diarahkan menjawab permasalahan praktis yang dihadapi manusia seperti perlunya peningkatan pendidikan kecakapan hidup yang berorientasi pada teknologi digital. Melalui teknologi digital diharapkan umat menjadi lebih mandiri dan berdaya saing.

3. Teknologi digital di era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 merupakan tantangan yang harus dihadapi. Teknologi digital sebagai sarana atau alat dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan dan memverifikasi ajaran agama secara massif dan cepat.

4. Meningkatkan kerja sama di semua aspek kehidupan beragama baik intern maupun ekstern umat beragama dan bangsa-bangsa ASEAN.

5. Mereformasi pendidikan agama dan keagamaan di semua jenjang dan jalur pendidikan untuk penguatan karakter.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved