Virus Corona
Butuh Dana Darurat Setahun Saat Ekonomi Labil Akibat Corona, Jika Punya Dana Lebih Lanjut Investasi
Butuh Dana Darurat Setahun Saat Ekonomi Labil Akibat Corona, Jika Punya Dana Lebih Lanjut Investasi
Penyebaran virus corona yang kian pesat membuat pasar keuangan bergejolak.
Pasar saham merosot, begitu juga dengan nilai tukar mata uang.
Dalam kondisi yang serba tidak pasti ini, berinvestasi menjadi hal yang membingungkan, khususnya bagi investor pemula.
• Balon Wali Kota Sebut Kota Tangsel Seksi Bagi Investasi, Namun Pemkot Tangsel Tak Dapat Dipercaya
• 1,5 Juta Warung Mitra Bukalapak Tak Hanya Layani Transaksi Online, tapi Bisa juga Investasi Emas
Pertanyaannya, apakah investasi harus ditunda di tengah kekhawatiran akibat virus corona?
Pakar keuangan Ramit Sethi mengungkapkan, pelemahan pasar keuangan tidak perlu menjadi sinyal untuk berhenti investasi, kecuali Anda kekurangan uang.
"Saham bisa saja murah, memungkinkan Anda membeli saham dengan harga yang lebih miring. Akan tetapi, jika Anda tidak memiliki cukup dana tunai untuk membantu Anda melewati potensi kehilangan pekerjaan, maka ini saatnya menggeser fokus ke dana darurat," ujar Sethi seperti dikutip dari Business Insider, Rabu (25/3/2020).
Sethi pun menekankan pentingnya membangun dan mempertahankan dana darurat setara kebutuhan setahun.
• Nyanyikan Ulang Indonesia Jaya, Melanie Subono: Indonesia Sedang Butuh Tangan Untuk Bergandengan
"Biasanya Anda mendengar soal dana darurat dan orang-orang terus mengatakan harus setara (pengeluaran) tiga bulan atau enam bulan. Tidak. (Harus setara pengeluaran) setahun. Kita cenderung lebih konservatif dan agresif (tentang menabung) berdasarkan apa yang terjadi di berita," tegas Sethi.
Menurut dia, apabila Anda tidak memiliki asuransi dan dana darurat yang mencakup pengeluaran selama setahun, lebih baik Anda menunda investasi dan memupuk dana darurat.
Sethi biasanya menekankan pentingnya investasi. Dalam bukunya yang berjudul I Will Teach You To Be Rich, ia mendorong orang-orang untuk memulai berinvestasi sedini mungkin.
Ia juga menyarankan orang-orang untuk berkontribusi pada dana pensiun sebelum berutang dengan bunga tinggi.
• BREAKING NEWS: Wanita Perawat Italia Bunuh Diri setelah Positif Corona, Khawatir Tulari Orang Lain
Akan tetapi, kata Sethi, dalam kondisi yang penuh ketidakpastian seperti ini, ia meminta Anda memiliki pertimbangan yang terukur.
"Anda mungkin belum pernah mendengar saya mengatakan ini, namun sekarang ini saya percaya bahwa memiliki keamanan selama setahun itu sangatlah penting," jelas Sethi.
Agar sukses memupuk dana darurat, Sethi menyarankan Anda menghitung pengeluaran minimum dalam sebulan, kurangi dengan biaya non esensial, kemudian kalikan 12.
"Itu adalah angka minimum. Saya harap Anda tidak perlu memangkas semua (biaya), namun Anda harus mempersiapkannya," tutur dia.
• Stadion Patriot Bekasi Bakal Dijadikan Ruang Rawat Isolasi Alternatif Bagi Pasien Covid-19
Pada awalnya mungkin terasa menakutkan, terutama jika Anda tidak bekerja saat ini atau takut Anda akan segera kehilangan pekerjaan.
Namun, ini adalah tanda jelas untuk terus menabung uang tunai apapun yang Anda miliki yang tidak dihabiskan untuk kebutuhan mendesak.
Hanya Anda yang bisa mengendalikan uang Anda sendiri, bukan bagaimana pasar saham atau bagaimana perekonomian bekerja, dan saldo di rekening bank Anda adalah salah satu cara untuk melakukannya.
• Jadi Wilayah Paling Terpapar Covid-19, Warga Pegadungan Tuntut Pemerintah Segera Lakukan Rapid Test
"Jika Anda memiliki dana darurat satu tahun dan jika Anda masih memiliki uang, Anda harus terus berinvestasi.
"Kita tidak tahu apakah pasar akan naik atau turun. Tetapi kita tahu bahwa jika Anda ketinggalan beberapa hari terbaik dalam satu dekade investasi, imbal hasil Anda terpangkas secara dramatis," ucap Sethi.
Pendekatan Proaktif
Seperti diketahui, Pasar saham anjlok merespon penyebaran virus corona yang kian pesat di berbagai belahan dunia.
Dalam kondisi pasar saham anjlok seperti saat ini, tidak sedikit investor yang masuk untuk membeli saham yang harganya menukik.
Namun, tak sedikit juga yang tetap tenang menunggu perkembangan kondisi.
• Wali Kota Tangerang Berjemur Tingkatkan Imunitas Lawan Covid-19
Menurut Michael Liersch, pakar perilaku finansial dan global head of wealth planning and advice di JP Morgan Chase menyatakan, dalam mengelola rencana keuangan di periode turbulensi, ada baiknya Anda mengambil pendekatan proaktif.
Biasanya, seseorang akan mengambil satu dari dua strategi di tengah kondisi pasar yang tak pasti, yakni memutuskan untuk bertindak atau tetap berpegang pada pendekatan 'tidak melakukan apa-apa.'
Mereka yang mengambil pendekatan ekstrim, imbuh Liersch, biasanya adalah investor individu yang terlalu terpancing pada berita-berita jangka pendek dan lupa dengan pandangan jangka panjang.
Nah, bagi Anda yang ingin masuk ke pasar saham saat kondisi pasar yang tak menentu, ada baiknya pertimbangkan sejumlah hal terlebih dahulu.
Mengutip CNBC, Jumat (20/3/2020), berikut sejumlah pertimbangan yang harus Anda pikirkan tersebut.
• Perawat yang Pergi dari Indekosannya Dicarikan Tempat Tinggal Baru oleh RSUP Persahabatan
1. Mengukur kapasitas risiko Anda
Ketika Anda telah mengidentifikasi tujuan Anda, yakni alasan Anda berinvestasi, tanya kepada diri sendiri terkait seberapa besar risiko yang dibutuhkan untuk sukses mencapainya.
Liersch menyarankan, jadikan keputusan apakah Anda harus atau tidak harus mengambil risiko sebagai prinsip dan pedoman Anda.
"Jika Anda harus mengambil risiko, jawabannya adalah kembali mengevaluasi portfolio investasi Anda atau kembali memikirkan apakah strategi yang Anda lakukan sesuai untuk Anda," ujarnya.
2. Cek kebutuhan arus kas Anda
Jika Anda membutuhkan uang dalam jangka pendek, maka kemungkinan Anda membutuhkan uang dari investasi Anda sekarang.
Namun, jika Anda memiliki tujuan jangka panjang, maka Anda memiliki kapasitas yang besar untuk mengambil peluang.
"Melihat keseimbangan antara kebutuhan untuk mengambil risiko dan kapasitas untuk melakukannya dapat membantu investor memahami apakah dinamika pasar sangat relevan bagi mereka atau tidak," ungkap Liersch.
3. Cek toleransi diri terhadap risiko
Liersch pun menyarankan Anda melakukan asesmen terkait bagaimana gejolak pasar mengubah toleransi diri Anda terhadap risiko.
"Meskipun penting untuk berempati dengan diri sendiri dan mengenali emosi yang Anda rasakan di tengah gejolak pasar, hal itu seharusnya tidak menjadi prioritas pertama Anda," terang Liersch.
Sebaliknya, biarkan tujuan Anda mengatur pengambilan keputusan investasi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kondisi Tak Menentu akibat Corona, Haruskah Tunda Investasi? ", Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan