Virus Corona

Warga Panik Virus Corona, Pasien Kanker Keluhkan Kosong dan Mahalnya Harga Masker

Pasien Kanker Keluhkan Kosong dan Mahalnya Harga Masker di Pasaran. Padahal Mereka yang Paling Membutuhkan

Editor: Dwi Rizki
Kolase Warta Kota (Twitter @xin_tan/ @alva_roe_lee_)
Pasien Leukimia mengeluhkan tentang kosongnya stok dan mahalnya harga masker di pasaran 

"Sobat miskin cuma bengong dimatiin saudara sendiri dalam keadaan kelaparan. Siapa lebih jahat, corona apa manusia?," tanyanya.

Penyintas Kanker Minta Tolong

Susanto Tan (46) dan Celine (6), ayah dan anak penyintas kanker ini butuh masker dengan harga normal.
Susanto Tan (46) dan Celine (6), ayah dan anak penyintas kanker ini butuh masker dengan harga normal. (istimewa)

Fenomena panic buying atas pembelian masker dirasakan oleh Susanto Tan (46) dan Celine (6), ayah dan anak penyintas kanker.

Masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) diungkapkannya sangat langka di pasaran, harganya diketahui melambung berkali lipat kalau pun tersedia. 

Kepada Kompas.com, Susanto menyebutkan, dia didianogsa mengidap kanker nasofaring.

Sementara anaknya menderita leukimia atau kanker darah.

"Saya rutin menggunakan masker sejak tahun 2018. Sementara anak saya sejak tahun 2016," kata Susanto, Rabu (4/3/2020).

Selama bertahun-tahun itu, dia mengaku, paling tidak menggunakan 1 buah masker setiap hari.

Untuk anaknya lebih banyak, bisa mencapai 3 masker per hari.

Terutama bila bepergian. Menurut dia, kebutuhan masker bagi penyintas kanker sangat penting.

Sebab, mereka akan rentan terhadap kondisi udara yang tidak baik, seperti misalnya asap rokok, debu, dan polusi.

Terlebih, saat ini, mereka masih dalam tahap kontrol kesehatan rutin di rumah sakit.

Susanto setiap tiga bulan sekali harus ke Jakarta untuk sekadar check up perkembangan penyakitnya yang sudah masuk dalam tahap stadium 2.

Sementara anaknya setiap bulan mesti cek darah di Klinik Prodia Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

"Karena masih dalam tahap kontrol, kebutuhan masker tentu sangat penting, sebab kondisi tubuh rentan terhadap asap, debu dan polusi udara," ujar Susanto.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved