Virus Corona
Sufmi Dasco Minta Pemerintah Tak Terlalu Fokus Pemulangan WNI eks ISIS: Mending Urus Virus Corona
Kata Dasco, pemerintah seharusnya lebih fokus pada pencegahan virus corona dan kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk kategori Kelas III.
WARTA KOTA -- Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta pemerintah tidak terlalu fokus untuk pemulangan WNI eks ISIS.
Kata Dasco, pemerintah seharusnya lebih fokus pada pencegahan virus corona dan kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk kategori Kelas III.
"Sementara pemerintah sekarang menurut saya harus lebih banyak berkonsultasi bagaimana mencegah virus corona yang sekarang ini sudah merebak di mana-mana dan masih juga tuntutan sebagian rakyat kecil yang minta iuran BPJS Kesehatan diturunkan itu yang paling penting menurut saya," kata Dasco yang berasal Fraksi Partai Gerindra di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (10/2/2020).
Selain itu, menurutnya pemulangan WNI eks ISIS perlu kajian yang mendalam lantaran mereka bisa saja menjadi korban.
• Mantan Tentara ISIS Sudah Bukan WNI, Rachland Minta Pemerintah Abaikan Pemulangan 600 WNI eks ISIS
Karena itu, Dasco meminta pemerintah tidak terburu-buru memulangkan WNI eks ISIS dan lebih fokus pada pencegahan virus corona dan permasalahan BPJS Kesehatan.
"Kita tahu biasanya yang direkrut itu bukan cuma kepala keluarga termasuk keluarganya juga biasanya sudah direkrut dan juga kemudian mengalami pelatihan-pelatihan yang kita juga harus mengkaji lebih dalam. Apakah kemudian bijaksana kalau kita kemudian mengambil langkah-langkah yang menurut kita perlu didalami lagi," kata Dasco.
Sebelumnya tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menyebutkan, pemerintah saat ini tengah mendata warga negara Indonesia (WNI) eks anggota Islamic State of Iraq and Syria ( ISIS).
Menurut dia, hingga saat ini ada sekitar 600 WNI yang terkonfirmasi sebagai eks ISIS, dan ada 1.800 orang yang tak terkonfirmasi.
"Sebagai negara, sebagai pemerintah, tidak mungkin hanya memonitor dari jauh, tentu masih lakukan cek satu-satu," kata Ngabalin dalam sebuah diskusi di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Minggu (9/2/2020).
• Basis ISIS Mau Dipindahkan ke Indonesia, Ini Penjelasan Ryamizard Ryacudu Soal Operasi Our Eyes
• Mantan Tentara ISIS Sudah Bukan WNI, Rachland Minta Pemerintah Abaikan Pemulangan 600 WNI eks ISIS
Ngabalin mengatakan, pendataan itu meliputi hal-hal detail yang berkaitan dengan diri WNI.
Tidak hanya WNI tersebut lahir, tinggal, dan sekolah di mana, tetapi juga seperti apa rekam jejak kehidupannya.
Hasil pendataan nantinya akan digunakan oleh pemerintah untuk mengambil keputusan apakah menyetujui atau malah menolak wacana pemulangan WNI terduga teroris lintas batas, terutama eks ISIS.
Sejauh ini, pemerintah telah memiliki dua draf terkait wacana pemulangan WNI eks ISIS, yaitu draf persetujuan pemulangan dan draf penolakan.
"Draf itu kan musti memuat (profiling WNI eks ISIS) supaya Bapak Presiden bisa mendapatkan informasi yang baik dan akurat kemudian summary-nya harus mantap dari draf-draf yang ada, kenapa begitu? Karena ini menjadi dokumen negara," ujar Ngabalin.
• Pria Lansia Tewas Tertabrak KA, Berdiri di Tengah Jalur KA, Sudah Dibel Tak Mau Minggir Juga
Proses pendataan ini, lanjut Ngabalin, perlu waktu yang tidak sebentar.
Ditargetkan prosesnya akan selesai paling lambat Mei mendatang.
Sehingga pada Juni 2020, diharapkan presiden sudah dapat mengambil keputusan soal wacana pemulangan WNI terduga teroris lintas batas negara, terutmaa eks ISIS.
"Seberat apa pun pasti Presiden punya keputusan. Kalaupun nanti persoalan waktu kemudian bapak presiden punya pertimbangan-pertimbangan itu juga menjadi keputusan kan," kata Ngabalin.
Diberitakan, Menteri Agama Fachrul Razi menyampaikan, sebanyak 600 WNI di Timur Tengah yang sempat bergabung dalam kelompok ISIS akan dipulangkan ke Tanah Air.
• VIDEO: Karen Pooroe Sebut Anaknya Kembali ke Pelukan dalam Keadaan Sudah Dipanggil Tuhan
Informasi rencana pemulangan WNI eks ISIS itu diperoleh Fachrul dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Adapun Presiden Joko Widodo menyatakan, pemulangan WNI eks ISIS itu masih perlu dikaji dalam rapat tingkat menteri.
Sementara itu Ketua Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia Ahmad Taufan Damanik mengatakan, wacana pemulangan warga negara Indonesia yang pernah bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria ( ISIS) tak bisa disikapi secara hitam dan putih.
Namun, sepanjang landasan hukumnya jelas, tidak masalah jika pada akhirnya pemerintah memutuskan untuk menolak pemulangan 600 WNI yang diduga sebagai teroris pelintas batas, khususnya eks anggota ISIS.
• Setelah Lamaran di Tepian Pantai, Caesar Hito dan Felicya Angelista akan Segera Menikah, Kapan?
"Sepanjang landasan hukumnya jelas, internasional juga bisa memahaminya, ya enggak ada masalah, itu pilihannya," kata Taufan dalam sebuah diskusi di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Minggu (9/2/2020).
Taufan mengatakan, jika penolakan pemulangan para terduga teroris lintas batas adalah keputusan yang akan pemerintah ambil, sudah pasti hal ini akan menuai kritik.
Namun demikian, hal yang sama pun terjadi di negara-negara yang pernah menghadapi polemik serupa.
Paling penting, pemerintah punya argumen hukum yang kuat terhadap keputusan yang nantinya mereka ambil.
• Menangis Tanpa Henti dan Nyaris Pingsan, Ini Ucapan Karen Pooroe di Pemakaman Anaknya, Bikin Sedih
"Pemerintah harus cermat tapi enggak boleh berlama-lama. Kan jadi polemik politik, ini bukan isu politik, ini isu hukum. Ini bukan soal kemanusiaan, ini isu hukum," ujar Taufan.
Jika nantinya pemerintah menolak memulangkan 600 WNI yang merupakan terduga teroris lintas batas, menurut Taufan, pemerintah tidak bisa begitu saja lepas tangan terhadap mereka.
Harus tetap langkah yang pemerintah ambil untuk mengurus WNI itu karena bagaimanapun mereka masih menjadi bagian dari warga negara.
Namun, bagaimana prosedur mengurusnya, hal itulah yang kini jadi PR pemerintah.
"Kalau enggak mau mengurusi, ya keliru, kita harus mengurusi," ujar Taufan.
Nada Fedullah
Wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) eks ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah terus mencuat dalam beberapa waktu terakhir.
Setelah kekalahannya di Irak (2017) dan Suriah (2019), para kombatan kini ditempatkan di kamp pengungsian khusus yang ada di sejumlah tempat.
Salah satunya adalah kamp pengungsian al-Hol, Suriah Utara, wilayah yang berada di bawah kekuasaan Pasukan Demokratik Suriah atau SDF.
• TKA China Ditemukan Tewas di Lokasi Proyek Meikarta, Diduga Jatuh karena Kenakan Jaring Pengaman
Di kamp pengungsian tersebut, terdapat sejumlah WNI yang tengah menanti kepastian nasib mereka, salah satunya adalah Nada Fedulla.
Dalam sebuah wawancara di BBC, Selasa (4/2/2020), Nada Fedulla mengaku dibawa oleh ayahnya ke Suriah sejak 2015 silam.
Saat itu, dia masih duduk di bangku sekolah dan harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter.
"Saat masih sekolah, saya bercita-cita menjadi dokter dan saya sangat senang belajar," kata Nada kepada BBC.
• Antusias Menyaksikan Pawai Cap Gomeh di Jatinegara Meski Hujan, Ada Juga Ondel-ondel dan Reog
Menurutnya, dia tak tahu bahwa sang ayah akan membawanya ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
Selain Nada, ayahnya juga membawa anggota keluarga mereka yang lain, termasuk sang nenek.
Penulis: Cherul Umam
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemerintah Akan Mendata WNI Eks ISIS Sebelum Putuskan Wacana Pemulangan", Penulis : Fitria Chusna Farisa