Imlek

Kebiasaan Kalangan Pengemis Memperebutkan Angpau Berharap Pemberian Warga yang Ibadah di Klenteng

Mereka sengaja berkumpul di depan gerbang tempat ibadah untuk menantikan umat yang selesai ibadah memberikan uangnya.

Penulis: Luthfi Khairul Fikri |
Warta Kota/Luthfi Khairul Fikri
Tahun Baru Imlek 2571 juga dimanfaatkan pengemis berdatangan ke klenteng atau vihara Hok Lay Kiong, Jalan Kenari I, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat. 

Momen Tahun Baru Imlek 2571 juga dimanfaatkan pengemis berdatangan ke klenteng atau vihara Hok Lay Kiong, Jalan Kenari I, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Mereka sengaja berkumpul di depan gerbang tempat ibadah untuk menantikan angpau dari warga yang selesai ibadah berharap mereka memberikan uangnya.

Pantauan Warta Kota, situasi di Klenteng sejak pagi ada lebih dari 20 pengemis yang berkerumun di depan gerbang masuk kelenteng.

Para pengemis ini didominasi ibu-ibu dan anak-anak. Mereka biasa disebut pengemis musiman karena muncul tiap kali ada hari raya besar di klenteng atau vihara.

Dua Tersangka Penodongan di Sebuah Warteg Digelandang ke Mapolsek Pesanggrahan Setelah Ditangkap

Beberapa anggota jemaat ketika keluar dari kelenteng tampak membagi-bagikan uang.

Tampak pengemis langsung berebut berharap mendapatkan uang yang dibagikan, dari pecahan Rp 2.000, Rp 5.000, hingga Rp 100 ribu.

"Koh angpau Koh. Ci angpau Ci," teriak sejumlah pengemis dengan muka memelas sembari menyodorkan tangan kanannya saat meminta kepada jemaat.

Bahkan, saat jemaat hendak mengeluarkan uangnya, pengemis nampak berebutan untuk mengambil uang tersebut.

Salah satu pengemis bernama Rohiah (49) yang ikut berebut angpau mengaku merupakan warga asli Bekasi yang sengaja datang ke Vihara Hok Lay Kiong.

"Jadi, memang setiap tahun kesini, saya setiap begini minta angpau deh. Namanya kita nyari uang buat ini makan deh," ujar Rohiah kepada Warta Kota, Sabtu (25/1/2020).

Kata dia, biasanya saat meminta angpao akan mendapatkan uang dari pecahan Rp 2.000 hingga Rp 50.000. Jika dikumpulkan bisa mencapai Rp. 100.000.

"Tahun lalu sih, saya cuma dapat Rp 110 ribu doang, gak tau tahun ini. Kalau sekarang baru terkumpul Rp 60 ribu, mudah-mudahan terus bertambah," paparnya.

Pengemis lain yang ikut mencari angpau adalah Indah (36) bersama anaknya, belum sama sekali mendapatkan uang dari pemberian jemaat.

"Yah, kalah sama yang lain. Makanya saat berebutan gak dapat uangnya itu," katanya.

Tak hanya pengemis, terlihat juga pedagang pernak-pernik Imlek hingga para petugas kepolisian yang sedang berjaga di lokasi.

Melongok Kedai Kopi Bang Ancah di Bendungan Hilir yang Merupakan Kedai Kopi Milik Cawagub DKI

Sebelumnya, diberitakan bahwa perayaan Tahun Baru Imlek 2571 sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian kalangan.

Berbagai rangkaian kegiatan dilakukan etnis Tionghoa di Indonesia di saat Imlek.

Selain melakukan peribadatan dengan datang ke klenteng atau vihara.

Mereka juga berziarah ke makam orang terkasih yang sudah dimakamkan.

Salah satunya adalah pemakaman Teluk Buyung di Jalan Perjuangan, RT 2/RW 1, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat yang dikenal sebagai kuburan Cina.

Pantauan Warta Kota, gerbang depan Permakaman Teluk Buyung terlihat megah, namun sayang tak terawat pun juga jalan yang berlumpur.

 Wuhan Menjelma Sebagai Zombieland yang Terisolasi dan Pengidap Corona Bergelimpangan di Tempat Umum

Saat memasuki area tersebut, tamu yang datang akan langsung bisa melihat berbagai macam bentuk makam dengan penuh seni ornamen yang memukau.

Berbagai makam itu dipermak sedemikian rupa. Ada yang disediakan tempat duduk, ada pula yang ditambah naungan berupa atap.

Arsitektur makam etnis Tionghoa sangat khas, yakni terdapat tempat membakar kertas pada sisi kiri atau kanan makam.

Selain itu, juga tampak tonggak Dewa Bumi pada tepi makam dan meja persembahyangan di depan batu nisan.

Di batu nisan, tertulis jelas nama, tanggal lahir, hingga tanggal wafat. Lalu juga ditulis nama anak hingga cucu-cucu mendiang.

Bahkan, uniknya di Permakaman Teluk Buyung akan mendapatkan banyak tulisan di batu nisan dengan menggunakan tulisan China.

Menurut Suwanda (75), juru kunci Permakaman Teluk Buyung bahwa setiap Imlek memang akan didatangi para peziarah.

Lokasi pemakaman etnis Cina di kawasan Teluk Buyung, Kota Bekasi.
Suasana di lokasi pemakaman etnis Cina di kawasan Teluk Buyung, Kota Bekasi. (Warta Kota/Luthfi Khairul Fikri)

Selama ritual berziarah, juga ada banyak persembahan mulai dari membawa buah-buahan, hingga dupa yang di letakan di tepong.

"Jadi, tepong tanah itu tuh, persembahan untuk Buddha tuh, jadi tradisi mereka seperti itu setiap ziarah," ujar Suwanda kepada Wartakota, Sabtu (25/1/2020).

Menurutnya, pemakaman itu mulai ramai didatangi peziarah dari keluarga ke Permakaman Teluk Buyung pukul 08.00 WIB, sampai pukul 19.00 WIB.

Namun begitu, ia menerangkan bahwa ada juga makam sudah lama tak dikunjungi oleh pihak keluarga, sehingga terkadang nampak tak terawat.

Lokasi pemakaman etnis Cina di kawasan Teluk Buyung, Kota Bekasi.
Suwanda di lokasi pemakaman etnis Cina di kawasan Teluk Buyung, Kota Bekasi. (Warta Kota/Luthfi Khairul Fikri)

Suwanda juga tak menampik bahwa terkadang secara sukarela untuk membersihkan dan merapihkan makam tersebut saat Tahun Baru Imlek seperti ini.

"Sebulanan sebelum Imlek lah, sebelumnya kan banyak semak dan sampah yang berserakan di makam nya, makanya kita langsung bersihkan," jelasnya.

Saat membersihkan pemakaman, yang memiliki luas 12 hektare itu, juga dibantu 12 pegawai lainnya termasuk anak dan istrinya yang membantu.

"Total pegawai yayasan sih 12. Dibagi-bagi sesuai masanya. Kalau saya tengah karena orang lama, udah miliknya gitu. Sesuai miliknya jadi pembersihan ini," kata dia.

 Dugaan Corona Ditularkan Kelelawar dan Ular di Kala Derita Warga Wuhan yang Diisolasi Bertahan Hidup

Sementara, untuk kapasitas permakaman sendiri saat ini sudah dinyatakan melebihi kapasitas dengan mencapai 1.000 makam yang tersebar di area tersebut.

"Sekarang, sudah penuh."

"Untuk total makam sendiri Gak kehitung."

"Lebih 1000-an."

"Susah menghitungnya," katanya.

 Seperti Ini Kondisi Kawasan Kapuk Tampak Masih Tergenang Meski Tidak Ada Rumah Warga yang Tergenang

Sementara, salah satu peziarah bernama Roni Setiawan (40) mengaku datang bersama anak dan istrinya untuk menghormati dan menjaga tradisi dari orangtuanya.

"Jadi, tradisi ziarah saat Imlek ini kita untuk menghormati dan mendoakan mereka yang sudah berada di sana," kata dia.

Adapun, permakaman Teluk Buyung yang telah berdiri sejak ratusan tahun silam ini tercatat dimiliki oleh Yayasan pancaran Tridharma Budha Bekasi.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved