Banjir Jakarta
DPRD DKI Nilai Alat Deteksi Bencana Karya Siswa SMK Gowa Lebih Rasional Ketimbang Toa Anies Baswedan
PEMPROV DKI Jakarta berencana pakai toa alias pengeras suara buatan Jepang untuk sistem peringatan dini kebencanaan yang dioperasikan oleh petugas.
PEMPROV DKI Jakarta berencana pakai toa alias pengeras suara buatan Jepang untuk sistem peringatan dini kebencanaan yang dioperasikan oleh petugas.
DPRD DKI Jakarta khawatir alat itu tidak bekerja, jika petugas yang mengoperasikannya justru kena banjir.
Ketua Komisi D DPRD DKI Ida Mahmudah menilai, gong karya siswa SMK 3 Gowa yang diinisiasi mantan Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan Irman Yasin Limpo, lebih rasional dibanding toa pilihan Pemprov DKI.
• Menkumham Yasonna Laoly Dilaporkan ke KPK Pakai Pasal Merintangi Penyidikan
Gong tersebut berfungsi sebagai alat pendeteksi tsunami, dan diklaim lebih unggul mendeteksi bencana, khususnya banjir.
"Ya karya siswa itu lebih rasional. Kalau pakai TOA itu kan dilakukan petugas."
"Nah, kalau petugasnya sendiri kena banjir gimana?" ucap Ida Mahmudah, Kamis (23/1/2020).
• Maling Pura-pura Salat Lalu Bobol Kotak Amal Masjid di Bekasi, Cuma Sisakan Uang Pecahan Rp 2 Ribu
Ida sendiri mengaku pernah mengusulkan alat karya anak bangsa ini ke Pemprov DKI sebagai alat pendeteksi banjir.
Tapi usulan itu tidak mendapat respons Pemprov DKI. Alasannya, karena alat yang punya fungsi serupa sudah dimiliki.
"Kami usul itu ketika terjadi tsunami di Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu," ungkapnya.
• Jokowi Minta TNI Mulai Berani Pakai Senjata yang Dilengkapi Kecerdasan Buatan
Adapun kegunaan alat karya SMK 3 Gowa ini berfungsi mendeteksi tekanan atau suhu udara.
Suhu tersebut mengirim penanda tinggi air yang terdeteksi sinyal dari alat di tengah laut.
Sinyal itu kemudian disampaikan ke reciever yang berada di Gong raksasa, samping Benteng Rotterdam.
• Diciduk di Masjid Istiqlal, Pengemis Ini Mengaku Cuma Cari Peruntungan
Ketika sinyal ditangkap, seketika Gong raksasa itu mengeluarkan bunyi keras yang dapat langsung didengar masyarakat.
Tak Bermanfaat
Kawasan Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur, menjadi salah satu wilayah yang dialiri Sungai Ciliwung.
Kala debit air meningkat, perumahan warga kerap dilanda banjir.
Warga pun mempertanyakan fungsi alat Disaster Warning System (DWS) alias peringatan dini banjir.
• ADIAN Napitupulu Sakit Hati Jaksa Agung Sebut Kasus Semanggi I dan II Bukan Pelanggaran HAM Berat
Alat itu dipasang di Pos RW 07 oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Ketua RW 07 Mamat Sahroni (58) mengatakan, warganya hingga kini tak pernah merasakan manfaat dari alat yang mengeluarkan suara sirine lewat toa itu.
"Toa dipasang sekitar empat atau delapan tahun lalu, sampai sekarang enggak pernah terasa manfaatnya."
• FOTO-FOTO SDN 04 Samudrajaya Bekasi Rusak Parah, Plafon Bolong Hingga Lantai Keramik Lepas
"Selama dipasang cuma pernah bunyi empat kali," ungkap Mamat di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (20/1/2020).
Alat itu terakhir berfungsi pada tahun 2016 silam.
Sejak saat itu, suara peringatan dini banjir tak lagi terdengar di telinga masyarakat.
• Jokowi Sebut Sandiaga Uno Berpeluang Jadi Capres, PDIP: Kami Punya Ganjar, Risma, dan Puan
Misalnya, saat banjir melanda permukiman warga pada Rabu (1/1/2020) lalu.
"Hanya pernah berfungsi empat kali, itu pun semuanya bunyi pas musim panas, pas enggak banjir."
"Justru pas banjir kemarin, enggak pernah berfungsi sama sekali," bebernya.
• 8 Trotoar di Sudirman-Thamrin Direkomendasikan Boleh Ditempati PKL, Pedagang Harus Pakai Mobil Boks
Kemarin pagi, Mamat menyebut sejumlah petugas dari BPBD DKI Jakarta didampingi pihak kelurahan, datang memperbaiki DWS.
Namun, hasil perbaikan DWS dirasa warga tak optimal, karena bunyi peringatan yang keluar hanya terdengar pelan.
"Warga enggak minta diperbaki, karena buat apa juga minta kalau enggak berguna."
• Wali Kota Tangerang Sindir Bandara Soetta: Kalau Ngasih CSR Jangan Mobil Perpustakaan Mulu
"Tadi saya cek memang berfungsi, tapi bunyinya pelan," ucapnya.
Baru Diperbaiki
BPBD DKI Jakarta baru saja memperbaiki DWS di RW 07 Kelurahan Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara.
Mamat pesimistis perbaikan tersebut mendatangkan manfaat bagi warga.
Hal itu lantaran suara peringatan yang menyalak dari empat toa itu dirasanya sangat kecil.
• TAK Cuma Begal Bokong, Aksi Remas Payudara dan Jambret Juga Pernah Terjadi di Gang Mulia Jatinegara
"Tadi pas saya cek sudah berfungsi. Tapi alarmnya cuma terdengar radius 100 meter dari toa, itu pun pelan," kata Mamat di lokasi, Senin (20/1/2020).
Minimnya jangkauan suara yang dihasilkan toa tersebut disebutnya tak mampu didengar oleh banyak warga.
Terlebih lagi, dari total 18 RT di wilayah RW 07, sebanyak 14 RT selalu terdampak banjir luapan Kali Ciliwung dengan ketinggian maksimal 7 meter.
• Diguyur Hujan Deras Setengah Jam, Ruas Jalan DI Panjaitan Banjir 50 Sentimeter
"Kalau suaranya cuma radius 100 meter dan pelan buat apa?"
"Bangunin warga tidur saja enggak bisa. Dibanding toa musala saja kalah kencang," ungkapnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta jajarannya menyampaikan informasi peringatan dini banjir pakai alat pengeras suara TOA.
• BREAKING NEWS: Gerindra Bakal Umumkan Dua Nama Cawagub DKI Pengganti Sandiaga Uno
Informasi peringatan dini banjir disampaikan lewat alat pengeras suara, dilakukan karena berkaca terhadap pengalaman sebelumnya.
Sebelumnya, banyak masyarakat yang terlambat evakuasi barang berharganya karena minimnya informasi.
“Kemarin kami review (kaji ulang) SOP (Standar Operasional Prosedur) yang ada."
• Adian Napitupulu: Harun Masiku Kemungkinan Pelaku Suap Atau Korban Iming-iming
"Dan salah satunya yang baru diterapkan adalah bila ada kabar, maka pemberitahuan langsung diberikan kepada warga."
"Sehingga tidak perlu berjenjang (ke perangkat wilayah),” ujar Anies Baswedan, Rabu (8/1/2020).
Hal itu dikatakan Anies Baswedan kepada wartawan di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
• Pakar Hukum Duga Ada Modus Penipuan di Kasus Suap Harun Masiku kepada Wahyu Setiawan
Menurut dia, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dapat kabar bencana, wajib memberi tahu secara langsung kepada warga yang akan terkena dampak bencana.
“Bila ada kabar maka pemberitahuan akan langsung ke warga tidak melalui kelurahan, RT dan RW."
"Petugas langsung ke masyarakat dengan berkeliling membawa TOA untuk memberitahu semuanya, termasuk sirine,” jelasnya.
• INI Dua Nama Baru Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Syaikhu dan Agung Yulianto Dicoret
Anies Baswedan menjelaskan, pada kejadian sebelumnya mekanisme informasi yang disampaikan petugas melalui telepon seluler.
Sayangnya informasi petugas tidak efektif karena saat itu masyarakat sedang tertidur lelap.
“Pada malam (Selasa 31/12/2019) itu pemberitahuan telah disampaikan."
"Tapi karena malam hari diberi tahu lewat ponsel, sebagian warga tidak mendapat informasi,” ungkapnya. (Danang Triatmojo)