Bocah Penderita Pengeriputan Otak
Pengeriputan Otak, Badan Panggah Tinggal Kulit dan Tulang Sang Ibu Tak Mampu Biayai Pengobatannya
Penyakit pengeriputan otak dan gizi buruk membuat Panggah menjadi sangat kurus dan kaku.
KONDISI Panggah Jalu Panawe sangat miris.
Penyakit pengeriputan otak dan gizi buruk membuat Panggah menjadi sangat kurus.
Pengamatan Wartakotalive, kaki Panggah hanya tinggal tulang dan kulit saja.
Apalagi tubuhnya sangat kurus dan kaku, hanya terdengar erangan dari mulut Panggah (14)..
Puji Utami (48) mengaku, telah kehabisan cara untuk membiayai pengobatan anak lelaki bungsunya, Pangguh Jalu Panawe (14) yang didiagnosa mengidap penyakit pengeriputan otak dan gizi buruk.
Hasil diagnosa tersebut, ia terima seketika anaknya di rawat untuk pertama kalinya di RSUD Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan sejak 1 Desember 2018 silam.
Ironinya, ia hanya mampu memberikan pelayanan medis kepada Panggah hingga Mei 2019, dikarenakan kemampuan ekonomi yang tak lagi dapat membiayainya.
Ditambah Puji hanya bekerja sebagai buruh cuci kosan dengan upah Rp 1,3 juta per bulan.
• Pakai BPJS Kesehatan Ibu Panggah Diajarkan Terapi, Saat Bayar 350 Ribu Langsung Pasien Diterapi
Meski, dirinya terdaftar sebagai pengguna aktif BPJS Kesehatan tanpa iuran, Puji tak dapat berbuat banyak dikarenakan Panggah membutuhkan proses penyembuhan melalui monotorik terapi yang ditaksir Rp 350.000 dalam setiap pengobatannya.
Monotorik terapi merupakan langkah penyembuhan anaknya yang mengalami kekakuan pada sekujur tubuh akibat monotorik gerak tubuh yang melemah dari penyakit yang idapnya.
Alhasil, kini Panggah hanya dirawat di kediaman Puji di Gang Rukun, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan beralasan kasur pegas berukuran 90 X 200 cm dengan segala kekurangannya.
• Update Sudinkes Jaksel Memrioritaskan Pelayanan Bocah Pengidap Pengeriputan Otak dan Kurang Gizi
Bantuan dari Komunitas Gerak Bareng
Tersiarnya kabar ironi, menggerakan beberapa komunitas sosial seperti Komunitas Gerak Bareng dengan mendatangi keluarga sekaligus mengecek kondisi Panggah.
Beberapa relawan Komunitas Gerak Bareng yang tiba pada Senin (25/11/2019) sore di kediaman Puji, langsung dijajahi dengan pemandangan tragis bocah laki (14) yang sudah dalam kondisi mengkhawatirkan.

Sungguh pemandangan ini membuat hati terguncang dan tak habis pikir. Sebab, di tengah hiruk pikuk pembangunan Ibu Kota Jakarta terdapat warganya yang harus menderita akibat tak ada biaya untuk pengobatan.
"Peran dari satuan kerja di lokasi (Pasar Minggu) ini aneh. Kenapa ada kasus kemanusiaan ini tidak tertangani dengan cepat. Media, Puskesmas datang sudah lihat tapi tidak ada kepedulian. Lepas tangan pihak pemerintah," sesal Diski salah satu Relawan Komunitas Gerak Bareng seusai melakukan pemeriksaan kepada Panggah dikediamannya, Senin (25/11/2019) malam.
Diski mengatakan, semestinya insiden kemanuasiaan ini dapat diatangani dengan cepat oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui jajaran di wilayah yang bersangkutan.
• Update Ketua RW Siap Bantu Diri Panggah Pengidap Pengeriputan Otak yang Trauma Lihat Ibunya Dipukuli
Ia menjelaskan, kondisi Panggah sudah terkategori kritis dan membutuhkan penanganan medis secara cepat.
Pasalnya, Panggah telah memiliki komplikasi penyakit dalam tubuh kurusnya itu.
"Ada tiga masalah yang kami temukan, devisit nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan mobilitas dan gangguan kerusakan integritas kulit. Kami konsen ke tiga masalah itu," ungkapnya.
Ia pun mengatakan, pihaknya belum dapat menangani Panggah dengan terlebih dahulu mendapati izin dari pihak kesehatan dari pemerihtah setempat.
"Sebenarnya kita mau ambil tindakan. Tapi tidak mau melangkahi aparat (kesehatan) wilayah terdekat. Karena etikanya nggak baik kalau menyerobot langsung," katanya.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Selatan, M Helmi mengatakan, pihaknya telah mengirimkan petugas ahli gizi dari Puskesmas Pasar Minggu pada Senin (25/11/2019) di selang waktu yang berbeda
Helmi menjelaskan, penanganan itu hanya berupa langkah awal untuk memastikan tindakan medis selanjutnya dalam menangani penyakit bocah yang pernah bersekolah di SDN Karet 01 Pagi ini.
"Nunggu persetujuan dari dokternya, apakah dibawa ke RS dulu atau memang ternyata kebutuhan yang sekarang ternyata bukan ke RS gitu. Kan pasien kita lihat dulu yah kondisi dari hasil pemeriksaan," ucap Helmi saat dihubungi, Senin (25/11/2019).
Terkait dengan pembiayaan monotorik terapi, Helmi mengaku, tak tahu bila pengobatan itu dapat dicover oleh BPJS Kesehatan atau tidak.
Ia menjelaskan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan tim kesehatan Puskesmas setempat untuk memastikan terapi yang bakal disediakan oleh pihaknya.
"Saya sudah berbicara kepada kepala Puskesmas (Pasar Minggu) kira-kira fisioterapi yang dibutuhkan seperti apa nanti. Jadi, saya tanya juga apakah di Puskesmas ada fisioterapi atau tidak," jelas Helmi.
"Kalau seumpamanya ada, nanti tentunya fisioterapi dari Puskesmas akan berkunjung ke rumah," sambungnya.
Disisi lain, Ia pun mengakui kelengahan pihaknya dalam mengatasi permasalahan ini.
Ia berjanji, pihaknya bakal memberikan pelayanan intensif kepada Panggah yang kehilangan masa kanak-kanaknya akibat pengerioutan otak dan gizi buruk.
"Tentunya menjadi perhatian kami pasien ini untuk perawatan di RS atau di rumah. Jika ada hal yang masih kurang selama ini, saya juga minta maaf," pungkas Helmi. (m23)