Penistaan Agama

Sukmawati Bandingkan Soekarno dengan Nabi Muhammad, Ustadz Felix Siauw Kenang Dirinya Dulu

Sukmawati Bandingkan Soekarno Dengan Nabi Muhammad, Ustadz Felix Siauw Kenang Dirinya Dulu

Penulis: Dwi Rizki | Editor: Dian Anditya Mutiara
Warta Kota/Anggi Liana Putri
Usai memberi Kajian Bulanan di Masjid Fatahillah Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/6/2019), Felix Siauw terpaksa keluar lewat pintu belakang atau melalui gedung DPRD DKI. 

Pernyataan Sukmawati Soekarnoputri bandingkan Presiden Soekarno dengan Nabi Muhammad SAW menjadi pengingat Ustadz Felix Siaw.

Pengingat ketika Ustadz Felix Siaw belum masuk Islam dan mengenal Nabi Muhammad SAW.

Hal tersebut diungkapkan Ustadz Felix Siauw dalam sebuah video yang diunggahnya lewat akun instagramnya, @felixsiauw; pada Sabtu (16/11/2019).

Dalm video berdurasi kurang dari satu menit itu, Ustadz Felix Siauw kenang dirinya dulu.

Dirinya dulu mengaku jengah ketika mendengar nama Nabi Muhammad SAW.

Tagar Tangkap Sukmawati Trending di Twitter Menyusul Opini Perbandingan Soerkarno dan Nabi Muhammad

Nama Muhammad diungkapkannya adalah nama kuno dan jelek.

Ustadz felix Siauw bahkan menyebut nama Nabi Muhammad SAW layaknya sebuah gurun yang tandus.

Bukan hanya nama Muhammad, nama Rasulullah lainnya seperti Abdul ataupun Ahmad yang dulu menurutnya merupakan hanya nama arab yang kuno.

"Karena bagi saya Muhammad itu nama kuno, nama jelek, ya, nama arab. Nama gurun, mad, mad, mad, mad, apa sih?. sam kayak kata-kata, 'Abdul' gitu. Apasih Abdul? Abdul? Muhammad? Ahmad? kuno banget sih?," ungkap Ustadz Felix Siauw.

Hidayat Nur Wahid Bantah Pernyataan Sukmawati Soal Soekarno Melebihi Nabi Muhammad SAW

Namun semua hal yang dulu dipikirkannya kini terbalik.

Dirinya yang telah menjadi mualaf dan kini mengenal lebih jauh sosok Nabi Muhammad menganulir seluruh pikiran buruknya yang dulu.

Ustadz Felix Siauw bahkan kini mengaku sangat bangga memiliki nama Muhammad.

"Saya nggak pernah merasa bahwa saya bakal bangga ketika pakai nama Muhammad. Saya nggak pernah dalam pikiran saya dulu pernah merasa dulu bahwa saya akan bangga menyebut nama Muhammad. Nggak!," ungkap Ustadz felix Siauw.

Baginya, dulu sebelum dirinya memeluk agama Islam, Nabi Muhammad diketahuinya merupakan simbol kekerasan, mulai dari kekasaran hingga penindasan bagi peremouan.

Anggapan serta pikiran itu diungkan Ustadz Felix Siaw muncul karena satu hal.

Kemenag Larang Pakai Cadar, Ustadz Felix Siauw Ingat Putrinya: Sempat Debat dengan Orang Tua

Satu hal tersebut adalah ketidaktahuannya tentang Nabi Muhammad SAW.

"Bagi saya Muhammad waktu itu adalah simbol kekerasan, simbol kekasaran, simbol penindasan terhadap perempuan, simbol yang jelek-jelek lah. Saya nggak tega ngomongnya sekarang," ungjkap Ustadz felix Siauw.

"Terlalu Islami, arab, gurun dan segala macamnya, kenapa saya begitu? karena saya nggak mengenal Rasulullah, Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam," jelasnya diakhir tayangan.

Sukmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri (Tribunnews)

Tidak Etis

Pernyataan Sukmawati Soekarnoputri yang menyebut Presiden Soekarno lebih berjasa dibandingkan dengan Nabi Muhammad menuai polemik.

Ustadz Felix Siauw bahkan ikut angkat bicara.

Dalam status instagramnya, @felixsiaw; pada Sabtu (16/11/2019), Ustadz Felix Siauw menilai SUkmawati sebut Soekarno lebih berjasa dibandingkan nabi muhammad tidak etis.

Menurutnya, pernyataan Sukmawati yang dipanggil Ustadz Felix Siauw dengan sebutan nenek itu kembali membenturkan antara agama dengan negara.

Terlebih, pernyataan Sukmawati disampaikan dalam forum yang tidak tepat, yakni terkait radikalisme dan terorisme.

"Ada tanya, 'Siapa yang paling berjasa di awal abad ke-20 untuk kemerdekaan Indonesia: Bung Karno atau Nabi Muhammad?'. Viral akhir-akhir ini" tulis Ustadz Felix Siauw mengawali postingan berjudul 'Ketika Nabi Diperbandingkan'.

"Dalam forum yang emosional itu, pertanyaan itu disampaikan dengan penuh tendensi. Masalahnya itu ialah pertanyaan yang salah, dan sangat tak etis. Terlebih lagi, itu disampaikan di forum yang membahas tentang radikalisme dan terorisme, yang framingnya mengarah ke ummat Muslim, lengkaplah sudah semuanya," lanjutnya.

Dalam narasi yang kini berkembang, aksi radikalisme dan terorisme menurutnya terus diarahkan hingga memojokkan kepada umat muslim.

Upaya penjegalan radikalisme pun diungkapkannya kini mengarah kepada de-islamisasi.

"Dari segi narasi, saya selalu menggarisbawahi, bahwa radikalisme ini pada prakteknya menyasar ke kaum Muslim, maka de-radikalisasi itu sama dengan de-Islamisasi," ungkap Ustadz Felix Siauw.

"Dari awal, nenek itu selalu membenturkan antara agama dan negara, seolah hanya kaum nasionalis yang berjasa dan menyumbang kemerdekaan bagi Indonesia. Padahal Resolusi Jihad KH Hasyim Asyari yang membuat para pejuang itu meyakini bahwa perjuangan mereka adalah jihad fii sabilillah, syahid menanti keguguran mereka," tegasnya.

Tidak hanya perjuangan para ulama ketika masa kemerdekaan, Undang-undang Dasar 1945 yang menjadi landasan negara juga diakui kemerdekaan bangsa merupakan rahmat Tuhan yang maha esa.

"Padahal kenyataannya, pembukaan UUD sudah jelas, secara jujur semua pejuang mengakui bahwa kemerdekaan itu 'Atas berkat rahmat Allah', bukan yang lain," lanjutnya.

Ustadz felix Siauw juga menyesalkan pernyataan Sukmawati yang menyinggung soal bendera tauhid.

Bendera berlafadzkan syahadat itu dinilai Sukmawati tidak haadir selama masa kemerdekaan.

"Lalu nenek itu bertanya, 'Dimana bendera hitam berlafadz Arab saat perjuangan kemerdekaan?'. Lagi-lagi pertanyaan yang salah, dan tak punya adab," ungkap ustadz Felix Siauw.

"Inti pembicaraan nenek itu, ingin menghilangkan peran Islam dan saham kaum Muslim dalam merdekanya Indonesia. Hingga Islam tak boleh wujud kecuali hanya ibadah," tambahnya.

Cinta

Bagi seorang muslim seperti dirinya, kecintaannya terhadap nabi Muhammad SAW merupakan syarat utama dalam meraih keberkahan.

Kecintaann tersebut diungkapkan Ustadz Felix Siauw melahirkan perasaan lembut dan sikap yang santun bagi umat muslim di mana pun.

"Kembali lagi soal pertanyaannya. Dalam hati saya merenung, bagi saya yang mencoba mencintai Nabi, tak sekali pun terpikir pertanyaan yang bakal menyakiti beliau," ungkap Felix Siauw.

"Bagi yang memiliki cinta, hatinya sensitif. Ia akan memilih kata, memilih sikap, yang paling disukai oleh yang dicintainya. Bagaimana dengan kita pada Rasulullah?," tambahnya.

Dirinya tidak ingin menghakimi Sukmawati yang sebut Soekarbo lebih berjasa dibandingkan Nabi Muhammad SAW.

sebab, bagi siapapun yang mencintai Nabi muhammad SAW, diyakininya pasti mengetahui besarnya jasa dan pengorbanan nabi Muhammad semas hidup hingga saat ini.

"Tulisan ini tak hendak menyerang siapapun, men-judge siapapun. Hanya saja, menjadi pengingat bagi kita semua. Sejauh mana kita tahu jasa Rasulullah bagi kita," tutupnya.

Pernyataan Ustadz Felix Siauw pun menarik empati dari warga net.

Walau begitu, perdebatan terlihat terjadi terkait konteks pernyataan Sukmawati yang menyebut Soekarno lebih berjasa dibandingkan dengan Nabi Muhammad SAW.

Lebih Berjasa

Dikutip dari Demokrasi.co.id; Sukmawati Soekarnoputri mempertanyakan peran Nabi Muhammad SAW dalam merebut kemerdekaan Indonesia dibandingkan Soekarno.

“Sekarang saya mau tanya, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad atau Insinyur Soekarno? Untuk kemerdekaan Indonesia?” tanya Sukmawati dalam diskusi bertajuk ‘Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme’ pada Senin (11/11/2019).

Pertanyaan tersebut sempat ingin dijawab oleh beberapa peserta diskusi.

Salah satu yang diperbolehkan menjawab ialah mahasiswa UIN, Jakarta, Maulana.

“Memang benar, pada saat awal abad ke-20 itu yang berjuang adalah insinyur Soekarno…..,” jawab Maulana.

“Sudah cukup saya tanya itu saja,” potong Sukmawati.

Sukmawati menolak adanya anggapan seorang muslim tidak boleh menghormati sosok selain Nabi Muhammad.

“Memangnya kita tidak boleh menghargai, menghormati orang-orang mulia di awal-awal atau di abad modern? Apakah yang selalu menjadi suri tauladan itu hanya nabi-nabi?” tanya Sukmawati.

“Ya oke nabi-nabi, tapi perjalanan sejarah seperti revolusi industri, apakah kita tidak boleh menghargai seperti Thomas Jefferson, Thomas Alfa Edison, orang-orang mulia untuk kesejahteraan manusia?," tambahnya.

“Saya pikir-pikir Anda tidak benar kalau untuk tidak menghargai dan menghormati mereka-mereka yang berbudi mulia,” jelas Sukmawati. (dwi)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved