Bisnis

Peneliti INDEF Ungkap Penyebab Anjloknya Saham NAM yang Berpotensi Kegagalan Membayar Dana Nasabah

Abdul Manaf Pulungan menilai, anjloknya saham NAM hingga potensi kegagalan membayar penempatan dana nasabah.

thinkstockphotos
Ilustrasi. 

Saham portofolio Narada Asset Management (NAM) mengalami penurunan dan anjlok hingga angka 25 persen, dalam kurun waktu 3 tiga hari berturut-turut.

Peneliti INDEF, Abdul Manaf Pulungan menilai, anjloknya saham NAM hingga potensi kegagalan membayar penempatan dana nasabah yang disebabkan dari faktor internal perusahaan berupa manajemen aset perusahaan itu sendiri.

"Biasanya, dari sisi internal perusahaan karena perusahaan asset itu biasanya mereka menghimpun dana dari domestik dan mereka menjanjikan return yang sangat tinggi bagi investor," ungkap dia kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (14/11/ 2019).

Penyebab turunnya saham-saham tersebut lantaran kegagalan membayar fasilitas margin di beberapa perusahaan sekuritas seperti Kiwoom Sekuritas, Samuel Sekuritas, KGI, Mega Capital, dan beberapa perusahaan lain nya senilai Rp 150 miliar.

Pria Perancang Hukuman Cambuk Tertangkap Basah Selingkuh Malunya Mak Dicambuk Melebihi Dihukum Mati

Saham-saham NAM yang turun sendiri mencakup PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) mengalami penurunan dari Rp 850 per lembar menjadi Rp 314 per lembar, PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) turun dari Rp 1,100 per lembar menjadi Rp 466 per lembar, PT Forzaland Indonesia Tbl (FORZ) turun dari Rp 900 per lembar menjadi Rp 298 per lembar, PT Borneo Olah Sarana Tbk (BOSS) turun dari Rp 500 per lembar menjadi Rp 179.

Abdul Manaf menjelaskan, ketika perusahaan asset management itu menetapkan yield yang tinggi, maka mereka harus melepaskan  instrumen yang tinggi ke investasi - investasi yang kurang aman.

"Misalnya, ratingnya di bawah peluang untuk default sangat tinggi."

"Jadi, oleh karena ada desakan return (pengembalian) yang harus dikasih pemilik dana jadi tidak secure (aman)," ungkap dia.

Terungkap Keanehan Ikan Berwajah Manusia Tertangkap Kamera Tampak di Danau Bukti Manusia Ikan Ada?

Dengan janji mengembalikan return yang tinggi, kata Abdul Manaf, sejumlah perusahaaan tersebut juga terbiasa untuk membuat profil sebaik mungkin.

Namun, tidak memikirkan resiko ke depannya.

"Biasanya, perusahaan asset management yang baru berkembang biasa cari muka dulu."

"Yang terpenting mereka populer dulu tanpa memikirkan risiko ke depan."

"Nah, ini yang tidak diawasi oleh otoritas karena dia profilnya di awal-awal bagus, tapi keterbukaan resiko nya tinggi," katanya.

Dengan kondisi demikian, dia menyarankan, agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat bertindak tegas kepada perusahaan asset management NAM yang berpotensi gagal membayar penempatan dana nasabah.

Pengemudi Ojol Dilarang Masuk ke Area Polsek Gunung Putri yang Memperketat Penjagaan Kantor Polsek

OJK telah men-suspend transaksi dari NAM.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved