Danone-AQUA Umumkan Hasil Implementasi Interceptor 001 Buatan The Ocean Cleanup
Hingga saat ini, sudah ada empat Interceptor di dunia: dua diantaranya telah beroperasi di Jakarta (Indonesia) dan Klang (Malaysia).
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Ichwan Chasani
JAKARTA - Danone-AQUA (AQUA) bekerja sama dengan The Ocean Cleanup yang fokus pada pengembangan teknologi untuk mengurangi sampah plastik dari laut, mengumumkan hasil penelitian terkait dengan upaya penanganan sampah di sungai dengan memanfaatkan Interceptor 001.
Interceptor 001 yang saat ini berada di drainase Cengkareng (Cengkareng Drain), Pantai Indah Kapuk, Jakarta, menjadi salah satu solusi pencegahan sampah di sungai untuk tidak masuk ke laut pertama yang ada di dunia. Penelitian ini didukung oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sistem ini dinilai ramah lingkungan karena 100 persen bertenaga surya dengan baterai lithium-ion sehingga dapat beroperasi siang dan malam tanpa suara bising ataupun mengeluarkan asap. Sistem ini berfungsi untuk mengambil sampah plastik dari sungai, yang kemudian akan disortir, dan mencegah agar sampah tersebut tidak masuk ke laut.
Hingga saat ini, sudah ada empat Interceptor di dunia: dua diantaranya telah beroperasi di Jakarta (Indonesia) dan Klang (Malaysia). Sistem ketiga akan segera ditempatkan di Can Tho yang terletak di Mekong Delta (Vietnam), dan sistem keempat akan ditempatkan di Santo Domingo (Republik Dominika).
Direktur Utama PT Tirta Investama (Danone-AQUA), Corine Tap, menyatakan bahwa pihaknya berbahagia dapat bekerja sama dengan The Ocean Cleanup untuk mengoperasikan sistem pertama yang bukan hanya dapat mencegah sampah plastik masuk ke laut, namun juga membantu membersihkan sungai-sungai.
Menurut Corine, AQUA yang sudah punya pengalaman lebih dari 46 tahun, senantiasa akan melakukan inovasi-inovasi dan fokus pada aksi nyata dalam mencapai tujuan dan membawa kebaikan kepada masyarakat.
"Kerja sama kami dengan The Ocean Cleanup merupakan bukti dari komitmen kami tersebut dan AQUA merasa bangga bermitra dengan The Ocean Cleanup untuk memulai penelitian ini," ujar Corine dalam keterangan tertulis,Kamis (31/10).
The Ocean Cleanup memulai penelitian dan proyek mereka untuk sungai sejak 2015. Interceptor 001 sendiri merupakan bagian dari kerjasama penelitian antara Danone dan The Ocean Cleanup yang dimulai Januari 2018.
Di Indonesia, kerja sama tersebut dimulai sejak 2018 antara Pemerintah Indonesia dan Belanda, dan dikembangkan lebih lanjut di Mei 2019 dengan penambahan program penelitian yang dikoordinir oleh AQUA untuk menemukan metode pengumpulan dan pengolahan sampah plastik dari sungai terbaik agar sampah tersebut tidak mengotori laut.
Penelitian yang berlangsung di lokasi yang sama dengan Interceptor 001 tersebut mencakup 3 lingkup. Pertama, Plastic Waste Flow yakni mengukur kuantitas dan tipologi sampah plastik di sungai. Kedua, Facility Design yakni mengembangkan sistem pemilahan yang efektif dan aman untuk memproses sampah plastik dari sungai. Ketiga End Market Solution, adalah mengindentifikasi teknologi dan industri yang mampu mendaur ulang sampah plastik dari sungai.
“Hasil penelitian tersebut menunjukkan bagaimana sistem ini selain dapat mengakomodir kondisi lokal juga mendesain solusi agar mesin dapat beroperasi secara efisien. Mencegah sampah plastik masuk ke laut dari sungai merupakan bagian penting dari sebuah solusi pengelolaan sampah di Indonesia.
Karena permasalahan ini sangat kompleks dan mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan sampah plastik, AQUA bekerja sama dengan pemerintah, komunitas pemulung, bank sampah dan pemangku kepentingan lain, membentuk program untuk mengumpulkan 12.000 ton sampah setiap tahun melalui enam unit daur ulang (RBU) yang dikembangan AQUA bersama partner local untuk kemudian diolah kembali menjadi bahan baku botol baru.
“Kami berencana untuk terus mengembangkan upaya ini dengan melibatkan lebih banyak pihak, menambah 10 titik pengumpulan sampah plastik serta memperkuat 10 fasilitas pengolahan sampah terpadu,” ungkap Corine.
Ia berharap, dengan program-program ini, perusahaan dapat mewujudkan target di 2025, yaitu dapat mengumpulkan dan mengolah lebih banyak sampah plastik dibanding dengan yang digunakan.
“Lalu 100 persen menggunakan bahan-bahan yang dapat di daur ulang, digunakan kembali, atau dapat terurai, dan menggunakan lebih dari 50 persen bahan daur ulang pada botol kemasan kami,” ujar Corine.