Ekspedisi Citorek Negeri di Atas Awan

Kepala Kasepuhan Citorek Jadi Penentu Kapan Mulai Menanam dan Memanen Padi

Keberadaan leuit juga menjadi bukti bahwa warga kasepuhan mampu menjalankan sistem ketahanan pangan dengan cerdas.

Penulis: Feryanto Hadi | Editor: Achmad Subechi
Warta Kota
Keberadaan leuit juga menjadi bukti bahwa warga kasepuhan mampu menjalankan sistem ketahanan pangan dengan cerdas. (Foto: Angga Bhagya Nugraha) 

TIM Ekspedisi Citorek Negeri di Atas Awan (Warta Kota Production), menemukan leuit (lumbung padi) di sepanjang jalan menuju Gunung Luhur, Citorek. Apa filosofi dibalik berdirinya bangunan leuit di desa-desa? Berikut hasil liputan kami:

TENARNYA wisata Negeri di Atas Awan Gunung Luhur membuat nama Citorek makin dikenal luas masyarakat.

Tetapi, tak banyak yang tahu bagaimana sesungguhnya kehidupan masyarakat Citorek yang sudah lama mendiami area Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Kekayaan Citorek bukan hanya soal pemandangan alamnya saja. Kawasan itu juga dikenal karena masyarakatnya masih menjaga eksistensi dalam menjalankan tradisi adat warisan leluhur.

Secara geografis, Kasepuhan Citorek mencakup lima desa, yaitu Desa Citorek Timur, Desa Citorek Tengah, Desa Citorek Barat, Desa Citorek Sabrang, dan Desa Citorek Kidul. Lima desa itu termasuk ke dalam Kesatuan Wewengkon Citorek.

Pemimpin adat di kasepuhan itu digelari Abah. Dalam aktivitas pemerintahan adat sehari-hari dibantu oleh para pejabat adat yang disebut baris kolot.

Peran Abah cukup vital dan keberadaanya begitu disegani oleh masyarakat.

Kepala Desa Citorek Kidul, Narta atau Jaro Atok mengungkapkan, sebenarnya masih ada potensi wisata lainnya yang ingin dikembangkan, sebagai sebuah paket bagi wisatawan datang ke Gunung Luhur.

Dikatakannya, masyarakat Citorek masih menjaga kearifan lokal sebagai sebuah komunitas kahuripan.

Masyarakat adat Citorek, masing-masing memiliki leuit atau lumbung padi, untuk menjalankan sistem ketahanan pangan. Foto: Angga Bhagya Nugraha
Masyarakat adat Citorek, masing-masing memiliki leuit atau lumbung padi, untuk menjalankan sistem ketahanan pangan. Foto: Angga Bhagya Nugraha (Warta Kota)

Warga Desa Citorek hingga kini masih menjadi bagian dari Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul.

"Jadi, tidak hanya pemandangan alam. Kami juga ingin sekaligus mengangkat kearifan lokal di sini. Masyarakat Citorek sampai saat ini masih memegang adat dari leluhur, salah satunya di bidang pertanian," ungkapnya.

Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul mayoritas bekerja pada bidang pertanian.

Meskipun ada sebagian kecil menjalani profesi sampingan, semisal berladang, buruh, beternak atau menjadi penambang emas di lahan bekas PT Antam.

Kendati demikian warga sama sekali tidak meninggalkan lahan pertanian.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved